Mohon tunggu...
Arin
Arin Mohon Tunggu... Lainnya - amateur

🍉

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Loteng Tante Amara

3 Maret 2024   16:13 Diperbarui: 21 Maret 2024   20:59 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meoww, jawabnya. Ajaib kalau memang Kuroi yang melakukannya. Kubuka perlahan pintu itu, di dalam tidak gelap ada penerangan berupa lampu gantung hias dan keadaannya tidak seperti yang kubayangkan, tidak ada benda usang yang berdebu. Bukan berupa gudang terbengkalai yang biasa ditempati banyak tikus untuk bersarang. Di sana seperti kamar anak perempuan pada umumnya, ruangan itu dipenuhi frame foto kebersamaan Rie dan orangtuanya, Rie sangat cantik bermata sipit juga memiliki senyuman indah, seindah peony favoritnya. Hatiku memelas mengingat kembali kemalangan hidupnya. Di sana juga terdapat banyak mainan, buku-buku dan boneka. Seluruh dinding dicat pink senada dengan karakter Disney Princess, Sleeping Beauty. Loteng tampaknya terawat sekali, aku nyaris tidak menemukan debu hinggap di benda-benda yang ada di sana. Kupikir karena jendelanya sudah tak pernah dibuka lagi, di dalamnya pun menjadi tak terawat. Tak kusangka semuanya begitu rapih dan bersih.

Meskipun loteng sangat colorful akan tetapi auranya berkebalikan dengan tampilannya. Aku menyentuh tengkuk leher. Merinding. Awalnya aku ingin segera turun karena merasa tak nyaman tetapi Kuroi memanduku agar mendekat ke arah tempat tidur minimalis yang ditutupi kelambu. Oke untuk yang terakhir kali aku menuruti keinginannya. Semakin dekat jarakku dengan kelambu, semakin kusadari ada sesuatu yang ganjil di dalam sana. Kubuka kelambu itu dan sontak terbelalak melihat apa yang terbujur di sana, bergaun pink, dengan sebuket bunga peony di sampingnya. Aku cepat mundur, lalu ngibrit turun keluar menerobos pintu rumah langsung berlari ke klinik mencari Dianti. Perempuan itu sedang melayani beberapa pembeli di apotek.

"Ada apa, Mbak?" tanya Dianti terkejut.

"J---asad Rie ada di loteng!" tuturku keras-keras.

Semua orang yang ada di sana terdiam, mencoba mencerna apa yang aku katakan. 

"Mbak, jangan melantur!" sergah Dianti, dia memelankan suaranya. "Tadi kuburan Rie baik-baik saja, bukan? Itu tidak mungkin."

Aku tidak salah lihat, tadi di ranjang ada jasad Rie yang diawetkan. Aku mencoba meyakinkan mereka. Begitu mereka percaya, mereka pun membawa kabar itu ke tokoh-tokoh masyarakat juga pihak berwajib untuk menindaklanjuti laporan penemuan jasad seorang bocah di Loteng Tante Amara.

Aku tercengang sampai-sampai merasa trauma menemukan jasad di sebuah rumah seperti itu. Aku bergidik mengingat dua malam sebelumnya tidur seatap dengan seonggok mayat. Pantas saja aku sampai dihantui karena Rie belum beristirahat dengan tenang. Astaga! Tanteku benar-benar sudah sinting! Dia pasti menggali kuburan Rie diam-diam, mengawetkan jasadnya, disimpan di loteng berbulan-bulan dan dirawat seolah Rei masih hidup. Aku mengerti sekarang alasan sebenarnya loteng selalu ditutup adalah agar perbuatan menyimpangnya tidak terbongkar. Dia pintar memanipulasi keadaan. Rasa penyesalan begitu besar membuatnya sampai tak terima anaknya telah meninggal hingga mendorongnya berbuat sejauh itu. Sungguh miris, aku yakin dia butuh perawatan kejiwaan, aku akan mengusulkan hal itu ke keluarga setelah urusan ini terselesaikan.

"Meoww." Kuroi melihatku lurus-lurus dari bawah. Aku berjongkok dan mengelusnya. "Tenang, majikan kesayanganmu pasti akan disemayamkan lagi dengan wajar dan layak."

End.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun