Sambil menunggu es teh di Segitiga Tugu Lilin, kawan saya di sebelah, sedang membincang keadaan Rembang Timur yang sedang hangat bergolak. Sebelah saya sedang taruhan, semudah apa Gusman akan mendulang suara di pilbup Rembang? Tidak semudah itu menguasai Rembang Timur. Suara pemilih bukanlah sesuatu yang bisa diborong dengan mudah dengan kepatuhan, partai, dan uang.
Bagi yang belum tahu, suara di Rembang Timur tidak sepenuhnya milik sekelompok orang. Bahkan GPK (Gerakan Pemuda Ka'bah) yang ada di bawah PPP, dalam tebakan kawan saya, tidak sepenuhnya mendukung Gusman. Bisa jadi, ada gerakan yang mencegah agar Gusman gagal di pilbup Rembang.
GPK (Gerakan Pemuda Ka'bah) pada Pilpres Prabowo vs. Jokowi, terjadi perbedaan dukungan. GPK satu komando, di bawah Gus Wafie, mendukung Prabowo, sedangkan Gusmanmendukung Jokowi.
GPK menjalankan "amar ma'ruf nahi munkar". Kalau ini jalan, umat Islam lebih tenang, kehidupan berlandaskan syari'ah Islam bisa terwujud. Tidak ada orang judi slot, adu jago, judi online putaran harian Sydney SGP Hongkong. Tidak ada orang jual minuman beralkohol. Tidak ada karaoke yang jual miras dan LC dengan aurat terbuka.
GPK hanya patuh ke Gus Najih dan Gus Wafie. GPK tidak mematuhi apa kata Gusman, ketua mereka.
Akhirnya publik mengerti bahwa PPP Rembang memang pecah. Ada cerita yang sudah santer beredar tentang peristiwa memilukan, ketika terjadi konflik antara gus-gus Sarang dengan Gusman
Begini ceritanya. GPK resah melihat kondisi Rembang yang tidak syar'i. GPK akan sweeping sarang maksiat dan sudah menandai lokasi-lokasi pekat (penyakit masyarakat). Gusman mencegah ini. Gusman tidak sejalan dengan Gerakan Pemuda Ka'bah, yang merupakan kader-kader PPP militan, yang ingin Rembang bersih, Rembang kota santri. Perpecahan semakin meruncing ketika Gusman bertentangan dengan para ulama' yang sudah kompak mendorong Perda Minol (minuman beralkohol). Entah apa alasannya, Gusman tidak setuju dengan para ulama' yang sudah jelas-jelas mendukung Perda Minol.
Kita perlu bertanya, mengapa Gusman begitu gigih menginginkan agar tidak ada Perda Minol?
Rumor dari warung sebelah menyebutkan, Gusman suka karaoke. Kelasnya sudah luar kota. Kalaupun itu hanya rumor, mari bertanya sekali lagi, mengapa Gusman tidak setuju Perda Minol, biarpun para ulama' Sarang dan GPK ingin memberantas minol?
Mungkin karena Gusman lebih "bebas" dibandingkan dengan Gus Baha', meskipun sebenarnya keduanya tidak layak diperbandingkan.
Ada baiknya, untuk menebak lebih baik, kita perlu melihat apa saja "permainan" Gusman di luar partai.
Gusman lebih suka bermain hal-hal duniawi. Suka bekerja, yang tidak terlalu melelahkan, tetapi dapat hasil yang lumayan.
Tolong, para kontraktor dan pemain slot, ikut menghitung berapa kira-kira keuntungan Gusman.
Ketika bisnis pertambangan sedang naik daun, Gusman ikut bermain, mulai dari mengurus perizinan dan penjualan galian C. Gusman menjadi "jembatan", meskipun orang lebih merasa istilah paling tepat untuk ini adalah "markus", alias makelar kasus. Para kades di Kec. Sarang menginduk di Gusman apabila terjadi masalah korupsi maupun didatangi LSM. Maling hape yang tertangkap dan sudah ditangani penyidik, bisa bebas karena lobi Gusman. Tentu saja ini memalukan, bagaimana kasus yang sudah jelas merupakan tindak pidana kriminal, bisa "dikomunikasikan" dan "diupayakan" sampai bebas. Keuntungan menjadi jembatan maling hape, tidak seberapa dibandingkan pekerjaan tambang dan korupsi kepala desa. Gusman juga mengurus perjanjian investor pelabuhan Sluke antara PT. RBSJ (Setiawan) yang menuntut MoU awal kepada Pemkab Rembang, tanpa ada hasil. Ada proyek pusat yang ditujukan ke Rembang? Gusman datang. Misalnya, proyek APBD break water di Tasikagung Rembang.
Apa yang tersebut di atas, bukan rahasia lagi. Gusman sudah menjadi perbincangan di warung kopi. Masyarakat sudah tahu perpecahan di PPP dan sepak terjang Gusman. Sekarang, ulahnya bertambah dengan menjadikan Pipit sebagai perisai untuk menuntaskan petualangan kepentingan dirinya. Bukan kepentingan GPK dan para ulama'. Apalagi masyarakat Rembang, yang pendiam melihat satu orang ini diam-diam punya bisnis mengurus kasus.
Selain konflik dengan para ulama' dan GPK, Gusman juga tidak sejalan dengan kelompok Mbah Kaji. Karena memang PPP itu kekuasannya tersebar di 3 titik. Sudah ada penumpang ojek datang, kita akan ulas ini di lain kesempatan.
Masih betah diam saja dengan keadaan Rembang sekarang?
Segitiga Tugu Lilin Rembang, 5 September 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H