"Saya jualan sejak kurang lebih 40 tahun yang lalu, waktu masih muda, berangkat dari rumah naik sepeda, jam 05.00 WIB," kata Hartini (78) saat ditemui di depan lapaknya.
Dirinya mengaku, sebelum pandemi Covid-19 melanda, dalam sehari biasanya bisa menjual 60 hingga 100 porsi cabuk rambak per harinya.
Namun, saat pandemi, penjualannya sempat menurun bahkan lebih dari 50 persen per harinya.
"Waktu sudah Covid-19 paling banyak ya hanya 30 pincuk saja," Hartini yang sehari-hari tinggal di daerah Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta.
Nah, jika ingin mencicipi cabuk rambak Bu Hartini, kamu bisa datang menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda motor maupun mobil.
Kemudian, kamu bisa menikmati sensasi makan cabuk rambak di emperan toko sembari menghirup udara pagi yang masih segar dan belum terkena polusi.
Saat masuk ke mulut, gurihnya rasa sambal wijen yang khas meleleh di mulut berbaur dengan renyahnya karak yang bercampur lembutnya ketupat.
Sebagai saran, mengingat Bu Hartini tidak menyediakan menu minuman, jika ingin makan cabuk rambak di lapaknya secara langsung, sebaiknya kamu membawa minuman dari rumah.
Selamat mencoba!
(Arimbihp/2021)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H