Mohon tunggu...
Arimbi Haryas Prabawanti
Arimbi Haryas Prabawanti Mohon Tunggu... Jurnalis - Behind Arimbihp Photo and Craft

Half Photographer, half a Journalist Tempo.co

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Gurihnya Cabuk Rambak, Sajian Kuliner Khas Solo yang Jarang Ada di Kota Lain

15 Desember 2021   15:40 Diperbarui: 15 Desember 2021   15:44 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Surakarta - Sarapan pagi adalah salah satu kebiasaan yang sebenarnya penting untuk dilakukan seseorang namun jarang dilakukan sebelum beraktivitas seharian.

Kegiatan ini bermanfaat untuk menambah sumber energi, meningkatkan imun, dan mencegah penyakit asam lambung yang biasa terjadi pada seseorang dengan tingkat kesibukan tinggi.

Menu-menu sarapan sangat beragam, mulai dari bubur ayam hingga nasi goreng yang biasa disajikan di rumah maupun dijual di berbagai warung.

Selain berbagai menu tersebut, sebenarnya, ada menu khas daerah Solo yang bisa kamu pilih saat sarapan karena rasanya unik, harganya murah dan mengenyangkan.

Makanan khas untuk sarapan yang dimaksud adalah cabuk rambak.

Sebagai informasi, cabuk rambak adalah makanan yang dibuat dari ketupat nasi yang diiris tipis-tipis, lalu disiram dengan saus wijen yang dicampur kemiri dan kelapa parut yang terlebih dulu disangrai, serta ditambah beberapa potong karak. 

Cara menyajikannya biasanya menggunakan pincuk yang terbuat dari daun pisang. 

Tak perlu khawatir soal harga, cabuk rambak biasanya hanya dibanderol Rp 2.500 hingga Rp 5.000 per porsinya, sangat terjangkau dan wort to buy bukan?

Jika ingin membeli cabuk rambak di Solo, kamu bisa datang ke sekitar jalan RE Martadinata , Sudiroprajan, Kecamatan Jebres atau di Pasar Ledoksari.

Namun, jika mencari cabuk rambak yang legendaris, kamu bisa mendatangi Bu Hartini yang biasa membuka lapaknya depan toko Limolasan pukul 05.30 hingga 10.00 WIB.

Cabuk Rambak di Sudiroprajan (Arimbihp/2021)
Cabuk Rambak di Sudiroprajan (Arimbihp/2021)

"Saya jualan sejak kurang lebih 40 tahun yang lalu, waktu masih muda, berangkat dari rumah naik sepeda, jam 05.00 WIB," kata Hartini (78) saat ditemui di depan lapaknya.

Dirinya mengaku, sebelum pandemi Covid-19 melanda, dalam sehari biasanya bisa menjual 60 hingga 100 porsi cabuk rambak per harinya.

Namun, saat pandemi, penjualannya sempat menurun bahkan lebih dari 50 persen per harinya.

"Waktu sudah Covid-19 paling banyak ya hanya 30 pincuk saja," Hartini yang sehari-hari tinggal di daerah Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta.

Nah, jika ingin mencicipi cabuk rambak Bu Hartini, kamu bisa datang menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda motor maupun mobil.

Kemudian, kamu bisa menikmati sensasi makan cabuk rambak di emperan toko sembari menghirup udara pagi yang masih segar dan belum terkena polusi.

Saat masuk ke mulut, gurihnya rasa sambal wijen yang khas meleleh di mulut berbaur dengan renyahnya karak yang bercampur lembutnya ketupat.

Sebagai saran, mengingat Bu Hartini tidak menyediakan menu minuman, jika ingin makan cabuk rambak di lapaknya secara langsung, sebaiknya kamu membawa minuman dari rumah.

Selamat mencoba!

(Arimbihp/2021)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun