Mohon tunggu...
Literasi Kita
Literasi Kita Mohon Tunggu... Aktris - Rakyat Biasa

Rakyat Biasa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Surat Cinta kepada Karl Marx, Marxisme, dan Marxis

6 Mei 2020   20:32 Diperbarui: 7 Mei 2020   09:08 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Agus Fahrin
GENERASI INDONESIA

Tulisan saya yg kedua dibawah ini adalah tanggapan balik terhadap bantahan Marxis Dan Marxian terhadap tulisan saya "KARL MARX DAN MARXISME, VIRUS PANDEMI PERADABAN"

Tangga pahaman Marxis terhadap marxisme setelah diperiksa secara konprehensip dari sanggahannya terhadap tulisan saya "Karl Marx, Marxisme, Virus Pandemi Peradaban", tidak menyentuh filsafat materialisme pada saat pertama kali Karl Marx bicara gerak materi terhadap Hegel (idealisme) usai memahami basis ontologi Materialisme Feurback yg dijadikan dasar oleh Engels dan Karl Marx itu sendiri membangun teori materialisme dialektis. 

Karena itu landasan teologi dan filosofis nalar marxis terhadap marxisme sungguh tidak saya jumpai, termasuk pada bantahannya terhadap kritik saya, kerangka analisisnya aksidental emosional, tidak holistik mengenal sisi ontologi marxisme. 

Hanya menyentuh ranah sosio historis dlm perkembangan marxisme membentuk wajah sejarah, model, bentuk dan corak peradaban yg vis a vis menurut hukum pertentangan kelas sosial, menentang kapitalisme (hegemoni, monopoli, dan industrialisasi sumber daya ekonomi oleh borjuasi kapitalis) dalam garis sejarah perjuangan kelas sosial. Itulah yg saya sebut bangunan struktur pengetahuan marxis yg megah tapi tidak menyentuh wilayah esensi hukum dasar materialisme sebagai landasan falsafah marxisme (gerak materi).

Bangunan struktur pengetahuan marxisme yg kita anggap lemah secara eksistensial bukan soal dirobohkannya Tembok Berlin 1989 dan bubarnya Uni Soviet dua tahun kemudian yang dianggap sebagai kemenangan kapitalisme dan berakhirnya sosialisme, bukan pula soal perkembangan sejarah pertentangan kelas sebagai satu realitas seperti gerakan sosialisme yang menyebar di berbagai belahan dunia mulai dari gerakan Zapatista, perlawanan rakyat Bolivia, Venezuela, gerakan rakyat tak bertanah (MST) di Brazil, gerakan kaum pengangguran di Argentina, sampai gerakan rakyat di Lembah Narmada, dan India. 

Bukan mengenai fakta sejarah sosialisme yang menjadi roh setiap gerakan yang menentang neoliberalisme. Bukan pula cerita tentang Inggris sebagai negara maju di dunia yang mengusung dan menyebarkan gaung revolusi industri atau bukan menjelaskan sistem feodalisme yang dianut oleh negara-negara Eropa yang ditumbangkan oleh ekonomi kapitalis atau yang diusung kaum borjuis. 

Bukan pula soal hebatnya James Watt menemukan mesin uap yg berhasil mendukung proses produksi sabagai cikal bakal munculnya teknologi canggih membawa kehidupan masyarakat ke arah modern, merubah kota-kota industri berkembang luas disertai pendirian pabrik-pabrik yang menyediakan lapangan kerja bagi para buruh. Bukan pula soal menentang adanya jaringan rantai kapitalisme global yg menyatukan konsep rantai pasokan gobal dengan konsep jaringan produksi global, yang menjadi penentu utama dari kapitalisme global mutakhir dan imperialisme baru. 

Tentu kita sangat tidak mundukung proses perkembangan sejarah dunia yg demikian, yg menyatu terintegrasi dalam jaringan kompleks raksasa kapitalisme itu, saya pribadi mengutuk perkembangan fakta Industri kapitalisme di semua wilayah dunia yang ditandai dengan ledakan revolusi teknologi informasi, fragmentasi produksi, pembangunan infrastruktur besar-besaran yang bergerak bebas nilai mengikuti arus kuasa kapitalisme.

Namun, seluruh sejarah umat manusia, bangunan intelektual dan moral, prahara sosial dan politik oleh marxisme dipahami sabagai pantulan dari sejarah ekonomi. Semua cabang ilmu pengetahuan modern menentukan dunia sosial atau wajah peradaban modern dipahami sebagai perkembangan terakhir dan tertinggi, menjadi pengembangan dan realisasi semua hukum alam yang mengkonstruksi atau menciptakan intelektual dan keyakinan moral secara aksidensial. 

Menurut mereka, manusia pada dasarnya cerdas dan buas, tapi dianugerahi martabat yang lebih tinggi daripada monyet dan spesies hewan lainnya dengan memiliki dua kemampuan yaitu kekuatan untuk berpikir dan keinginan untuk memberontak.

Marxisme dalam posisi ini melabelkan dirinya sebagai "ratu adil" yang menggandeng sejuta harapan kelompok marjinal dan kelas buruh untuk diperjuangkan dihadapan kekuasaan raksasa kapitalis yang dianggap membawa sisi kebinatangan dalam dirinya ditentang, padahal proses sejarah yang dikontruk dari proses materialisme dialektis adalah membentuk siklus pandangan dan kehendak yang sama yaitu merebut ruang kepemilikan, kedaulatan, dan kesejahteraan ekonomi sebagai keniscayaan dari proses gerak materi yang mendasari falsafah dasar materialisme dibangun oleh Karl Marx, hanya saja beda nya adalah bentuk kepemilikan pribadi (kapitalisme) dengan kepemilikan bersama (sosialisme).

Dalam hal ini yang paling pokok kita persoalkan adalah sejarah marxisme bergerak pada garis sejarahnya sendiri yaitu materialisme, karena itu bukan tidak kita akui sumbangsi karl marx pada proses kebangkitan perlawanan kelas sosial (buruh tani) tapi cara pandang marxis tidak sampai memahami hukum pembeda antara pembebasan determinasi ekonomi dari kuasa kapitalisme yang digaungkan oleh marxisme membentuk garis perjuangan perlawanan kelas sosial (moralitas aksidental), adalah tidak sama dengan proses pembebasan spritual manusia menurut Islam (moralitas hakiki). 

Demikianlah saya menegaskan bahwa gerak materi sifatnya hampa membentuk ide ide dan struktur tindakan individu maupun masyarakat manusia dalam perjuangan kelas mewujudkan keadilan, kebebasan, kesetaraan, alat produksi dan atau infrastruktur dalam kepemilikan bersama, secara aksiologis tidak pada proses transendensi, mata rantai perjuangan kelas dengan agama samawi terputus, itulah yang saya sebut esensi mendahului eksistensi, infrastruktu mendahului suprastruktur, materi mendahuli agama dan Tuhan.

Saya kritik Karl Marx dan Marxisme yang bersenggama dengan sosialisme adalah tidak juga berdiri pada hukum relasi antara agama dan kehidupan sosial masyarakat modern menurut Max Weber dalam etika protestan dan spirit kapitalisme yang menjadi dasar bagi Adam Smith membangun teori ekonomi dalam bentuk cita cita terwujudnya Walfare State. 

Kita memahami doktrin-doktrin agama disana yang puritan dengan fakta-fakta sosial dan ekonomi, pada perkembangan industri modern yang melahirkan corak dan ragam nilai dijadikan tolok ukur keberhasilan individu, oleh mereka melalui tafsir Marthin Luther menjadikannya sebagai sistem kepercayaan bahwa keberhasilan di dunia (kemakmuran dan kejayaan material) ialah cerminan kebahagiaan di akhirat. Dalam pada itu, saya tidak berdiri membela kapitalisme dengan landasan dangkal seperti itu lalu mengutuk sosialisme, atau sebaliknya

Jika terdapat kekhawatiran revolusi kelas sosial yang hampir punah disebabkan karena cita-cita kepemilikan alat produksi secara merata dalam hukum keadilan distributif Karl Marx telah beralih pada kuasa kapitalisme menjadikan alat produksi sebagai kepemilikan pribadi, atau perkembangan teori teori sosial bernuansa marxis dan marxian yang telah bergeser dari basis kolektif menjadi individual sehingga sosialisme mengutuk kapitalisme sebagai yang dituduh seolah olah mewujudkan cita-cita komunisme pada masyarakat internasional lewat sistem globalisasi, adalah bentuk nyata dari proses gerak sejarah materialisme dialektis yang bergerak pada sejarahnya sendiri (kapitalisme dan sosialisme setali mata uang yang berpijak pada pandangan dunia yang sama yaitu materialisme). 

Disinilah wajah asli Karl Marx ketika membangun hukum gerak materi sebagai sumbu dasar munculnya teori konflik yang dibangunnya menuntun perkembangan sejarah, sehingga antara sosialisme dan kapitalisme tumbuh berkembang atas bentukan pandangan dunia materialisme yang sama, kendati pada dasarnya konsep dasar materialisme adl bertentangan dengan idealisme hegel, ini semacam Marx telah meracik bahan baku kopi mentah yang dicampur dengan gula dan susu menjadi "kopi susu" sehingga muncullah konsep tesa, anti tesa dan sintesa yang merupakan cikal bakal karl Marx membangun teori konflik sosial dalam mempengaruhi proses perkembangan sejarah benturan peradaban sosial politik mengikuti gerak materi.

Mendekonstruksi bangunan nalar marxisme, bukan tidak mengapresiasi fungsi kebaikan marxisme dalam memberikan sumbangsi materil terhadap proses kemajuan peradaban manusia, atau bukan tidak mengargai perjuangan buruh dan kelompok marginal (kita tetap mendukung itu). 

Hanya saja spiral pertumbuhan manusia sepertinya masih berevolusi mengikuti kehendak marxisme, termasuk jika dikaitkan dengan fenomena covid-19 saat ini dan juga konfigurasi politik kekuasaan yang lebih didorong oleh spirit materialisme. Kita membongkar bongkahan struktur bangunan marxisme yang bermodus konspirasi global karena menyisahkan kerusakan dan kekacauan bangsa manusia yang tidak akan pernah berakhir sepanjang sejarah kehidupan ummat manusia selama kelaparan dan kemapanan individu dan masyarakat masing masing berdiri sendiri dan bersinggungan. 

Konsep kerahmatan diri terhadap sesama dan alam sebagaimana nilai Islam (sebagian hartamu hak milik yg lain dan letakkan keadilan itu pada tempatnya, mizan) yang dibawa oleh Nabi Muhammad adalah tidak terdapat dalam ajaran Karl Marx dan Marxisme, termasuk juga pada nilai ajaran kapitalisme yang ditentang.

Mengakhiri tulisan ini saya ingin menyatakan bahwa masyarakat yang berperadaban adiluhung hanya bisa diwujudkan dengan syarat individu dan masyarakat harus bersenyawa, tidak boleh satu sama lain melenyapkan hak hak dasarnya, apalagi oleh negara. Negara melalui sistemnya harus menjadi payung hukum dalam mewujudkan keadilan antara keduanya dan memberi ruang mutualisme simbiosis tanpa ada penindasan, tanpa ada eksploitasi, tanpa ada keserakahan individu maupun oleh kelompok masyarakat dan sistem sosial tertentu. 

Kita mendambakan masyarakat madani tanpa ada dominasi, tanpa ada arogansi, tanpa saling menghancurkan, tanpa melupakan nilai nilai universal, kemanusiaan yang beradab, asas persatuan, musyawarah mufakat, asas keadilan sosial dan ekonomi yg proporsional, harapan itu hanya bisa terwujud dengan menghadirkan Tuhan dalam struktur sosial, dalam fungsi ekonomi, sains dan tekhnologi, dalam nafas perjuangan hidup individu dan masyarakat, dalam sistem kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kesimpulan Surat Cinta, jangan ada dua diantara kita yang saling bersinggungan, jangan ada individu dan masyarakat yang  menindas dan melenyapkan, jangan ada kawan dan lawan yg bermusuhan, karna itu individu dan masyarakat itu real adanya. Peradaban luhur butuh hubungan yang seimbang dari keduanya supaya tidak berlaku kacau, seimbang bukan dalam arti persamaan meniadakan individu, bukan pula meniadakan kelompok masyarakat, perbedaan perbedaan bukan untuk dibenturkan, persamaan bukan pula untuk meniadakan yang lain, tapi harmoni dalam integrasi dan holistikasi, dalam dua sisi saling melengkapi dan menyempurnakan. Sama seperti ide dan realitas butuh kesesuaian sehingga hukumnya benar adanya.

Pahami hidup ini seperti mobil dengan ban mobil atau mobil dengan mesin mobil, bukan seperti CH2O yang melebur menjadi air, materi itu hukumnya keras terbatas dan hampa, ia tdk bisa bergerak sendiri tanpa penggerak, materi sifatnya berubah ubah, berbentuk dan terbatas, hukumnya tidak abadi adanya. Meski benda mati, nasi itu menjadi baik karena ada kebaikan yg hidup di dalamnya, karena itulah dia menghidupkan tiap diri, melayani rasa lapar menjadi kenyang. Dibalik materi ada jiwa yang menggerakkan sesuatu pada tempatnya, "jiwa" bukanlah ego yang serakah, "jiwa" bukanlah ego yang menguasai, "jiwa" bukanlah ego yang mengekploitasi, "jiwa" bukanlah ego yang mendominasi, bukan pula mewujud dalam bentuk persamaan, persamaan yang tidak punya pembeda, bukan pula keterpisahan yang terputus rantai kesamaannya. Dengan demikian individu dan masyarakat itu hukumnya jauh tak berjarak, dekat tak bersentuhan.

Semoga ini dipahami sampai ego tidak nampak keangkuhannya menindas yang lain, tidak nampak pula kelemahannya yang butuh kasih yang lain. Dari itu semoga ilmu pengetahuan menjadi rahmat bagi alam dan manusia, bukan menciptakan benturan dan kekacauan serta bala bencana, hakikat ilmu itu cahaya peradaban yang menjelaskan adanya alam dalam setiap rupa dan bentuknya bergerak beraturan menuju penciptanya yang sempurna.

Selamat menjalankan ibadah puasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun