Mohon tunggu...
Literasi Kita
Literasi Kita Mohon Tunggu... Aktris - Rakyat Biasa

Rakyat Biasa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Surat Cinta kepada Karl Marx, Marxisme, dan Marxis

6 Mei 2020   20:32 Diperbarui: 7 Mei 2020   09:08 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Marxisme dalam posisi ini melabelkan dirinya sebagai "ratu adil" yang menggandeng sejuta harapan kelompok marjinal dan kelas buruh untuk diperjuangkan dihadapan kekuasaan raksasa kapitalis yang dianggap membawa sisi kebinatangan dalam dirinya ditentang, padahal proses sejarah yang dikontruk dari proses materialisme dialektis adalah membentuk siklus pandangan dan kehendak yang sama yaitu merebut ruang kepemilikan, kedaulatan, dan kesejahteraan ekonomi sebagai keniscayaan dari proses gerak materi yang mendasari falsafah dasar materialisme dibangun oleh Karl Marx, hanya saja beda nya adalah bentuk kepemilikan pribadi (kapitalisme) dengan kepemilikan bersama (sosialisme).

Dalam hal ini yang paling pokok kita persoalkan adalah sejarah marxisme bergerak pada garis sejarahnya sendiri yaitu materialisme, karena itu bukan tidak kita akui sumbangsi karl marx pada proses kebangkitan perlawanan kelas sosial (buruh tani) tapi cara pandang marxis tidak sampai memahami hukum pembeda antara pembebasan determinasi ekonomi dari kuasa kapitalisme yang digaungkan oleh marxisme membentuk garis perjuangan perlawanan kelas sosial (moralitas aksidental), adalah tidak sama dengan proses pembebasan spritual manusia menurut Islam (moralitas hakiki). 

Demikianlah saya menegaskan bahwa gerak materi sifatnya hampa membentuk ide ide dan struktur tindakan individu maupun masyarakat manusia dalam perjuangan kelas mewujudkan keadilan, kebebasan, kesetaraan, alat produksi dan atau infrastruktur dalam kepemilikan bersama, secara aksiologis tidak pada proses transendensi, mata rantai perjuangan kelas dengan agama samawi terputus, itulah yang saya sebut esensi mendahului eksistensi, infrastruktu mendahului suprastruktur, materi mendahuli agama dan Tuhan.

Saya kritik Karl Marx dan Marxisme yang bersenggama dengan sosialisme adalah tidak juga berdiri pada hukum relasi antara agama dan kehidupan sosial masyarakat modern menurut Max Weber dalam etika protestan dan spirit kapitalisme yang menjadi dasar bagi Adam Smith membangun teori ekonomi dalam bentuk cita cita terwujudnya Walfare State. 

Kita memahami doktrin-doktrin agama disana yang puritan dengan fakta-fakta sosial dan ekonomi, pada perkembangan industri modern yang melahirkan corak dan ragam nilai dijadikan tolok ukur keberhasilan individu, oleh mereka melalui tafsir Marthin Luther menjadikannya sebagai sistem kepercayaan bahwa keberhasilan di dunia (kemakmuran dan kejayaan material) ialah cerminan kebahagiaan di akhirat. Dalam pada itu, saya tidak berdiri membela kapitalisme dengan landasan dangkal seperti itu lalu mengutuk sosialisme, atau sebaliknya

Jika terdapat kekhawatiran revolusi kelas sosial yang hampir punah disebabkan karena cita-cita kepemilikan alat produksi secara merata dalam hukum keadilan distributif Karl Marx telah beralih pada kuasa kapitalisme menjadikan alat produksi sebagai kepemilikan pribadi, atau perkembangan teori teori sosial bernuansa marxis dan marxian yang telah bergeser dari basis kolektif menjadi individual sehingga sosialisme mengutuk kapitalisme sebagai yang dituduh seolah olah mewujudkan cita-cita komunisme pada masyarakat internasional lewat sistem globalisasi, adalah bentuk nyata dari proses gerak sejarah materialisme dialektis yang bergerak pada sejarahnya sendiri (kapitalisme dan sosialisme setali mata uang yang berpijak pada pandangan dunia yang sama yaitu materialisme). 

Disinilah wajah asli Karl Marx ketika membangun hukum gerak materi sebagai sumbu dasar munculnya teori konflik yang dibangunnya menuntun perkembangan sejarah, sehingga antara sosialisme dan kapitalisme tumbuh berkembang atas bentukan pandangan dunia materialisme yang sama, kendati pada dasarnya konsep dasar materialisme adl bertentangan dengan idealisme hegel, ini semacam Marx telah meracik bahan baku kopi mentah yang dicampur dengan gula dan susu menjadi "kopi susu" sehingga muncullah konsep tesa, anti tesa dan sintesa yang merupakan cikal bakal karl Marx membangun teori konflik sosial dalam mempengaruhi proses perkembangan sejarah benturan peradaban sosial politik mengikuti gerak materi.

Mendekonstruksi bangunan nalar marxisme, bukan tidak mengapresiasi fungsi kebaikan marxisme dalam memberikan sumbangsi materil terhadap proses kemajuan peradaban manusia, atau bukan tidak mengargai perjuangan buruh dan kelompok marginal (kita tetap mendukung itu). 

Hanya saja spiral pertumbuhan manusia sepertinya masih berevolusi mengikuti kehendak marxisme, termasuk jika dikaitkan dengan fenomena covid-19 saat ini dan juga konfigurasi politik kekuasaan yang lebih didorong oleh spirit materialisme. Kita membongkar bongkahan struktur bangunan marxisme yang bermodus konspirasi global karena menyisahkan kerusakan dan kekacauan bangsa manusia yang tidak akan pernah berakhir sepanjang sejarah kehidupan ummat manusia selama kelaparan dan kemapanan individu dan masyarakat masing masing berdiri sendiri dan bersinggungan. 

Konsep kerahmatan diri terhadap sesama dan alam sebagaimana nilai Islam (sebagian hartamu hak milik yg lain dan letakkan keadilan itu pada tempatnya, mizan) yang dibawa oleh Nabi Muhammad adalah tidak terdapat dalam ajaran Karl Marx dan Marxisme, termasuk juga pada nilai ajaran kapitalisme yang ditentang.

Mengakhiri tulisan ini saya ingin menyatakan bahwa masyarakat yang berperadaban adiluhung hanya bisa diwujudkan dengan syarat individu dan masyarakat harus bersenyawa, tidak boleh satu sama lain melenyapkan hak hak dasarnya, apalagi oleh negara. Negara melalui sistemnya harus menjadi payung hukum dalam mewujudkan keadilan antara keduanya dan memberi ruang mutualisme simbiosis tanpa ada penindasan, tanpa ada eksploitasi, tanpa ada keserakahan individu maupun oleh kelompok masyarakat dan sistem sosial tertentu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun