Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Seksualitas yang Terlupakan

30 Mei 2023   22:53 Diperbarui: 30 Mei 2023   22:54 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Padu (Sumber: Ralphs Fotos-Pixabay.com)

Kasus kekerasan berbasis gender di media sosial disebut semakin membahayakan seiring kecanggihan teknologi dan kian terbukanya orang-orang mempertontonkan diri di sosial media. 

Data Komnas Perempuan pada 2022 menyebutkan kasus yang dilaporkan sebanyak 1.721 atau naik 83% dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebanyak 940 kasus. Komnas Perempuan mencatat kasus yang paling sering terjadi di antaranya penyebaran konten porno, peretasan dan pemalsuan akun, hingga pendekatan untuk memperdayai (grooming). (2)

Sebanyak 41 santri jadi korban pencabulan di ponpes daerah Sakra Timur, Lombok Timur, NTB. Modus yang digunakan pelaku dengan membuka kelas pengajian khusus santri yang diincar.  Usia korban rata-rata masih 15-16 tahun dan duduk di kelas 3 MTs/SMP. Seluruh korban dijanjikan mendapatkan wajah berseri dan berkah masuk surga oleh pelaku. (3)

Dalam beragam peristiwa yang berkaitand dengan kekerasan seksual, anak-anak dan remaja selalu ditemaptkan sebagai korban. Masalah pelik remaja karena tidak cukupnya pengetahuan dan ketrampilan dalam menjaga diri tetap sehat dan tidak berperilaku beresiko terkadang begitu menghantui kehidupan remaja saat ini sehingga masalah kehamilan tidak diinginkan, penyakit menular seksual dan juga pernikahan dini seakan menjadi penyebab hancurnya masa depan remaja. 

Media Sosial 

Beragam informasi di media sosial yang terkadang menyesatkan membuat pemahaman akan seksualitas begitu sempit. Seksualitas dipahami hanya sebatas hubungan fisik. Apalagi pengetahuan terhadap kesehatan reproduksi msyarakat kita sangat rendah dan kontrol orangtua akan akses media sosial berkaitan informasi seksualitas juga sangat minim mengakibatkan banyak remaja mempunyai perilaku seksual berisiko, bahkan cenderung menyimpang. 

Akses terhadap informasi yang tinggi dengan semakin berkembangnya internet, tanpa dibarengi dengan pengetahuan dan informasi relevan dan bertanggung jawab tentunya akan semakin membuat remaja hidup dalam perilaku beresiko. Menghadirkan kembali sebuah dunia yang penuh dengan informasi aktual, relevan, dan menarik tentunya menjadi harapan besar orang tua agar setiap anak mampu menaham gempuran dan serangan infomasi tidak benar dan membabi buta di media sosial. 

Situasi anak muda yang terancam karena informasi yang tidak benar yang berkembang di media sosial turur didukung oleh adanya pengetahuan atau literasi kesehatan yang semakin terbatas atau minim di kalangan remaja kita.  Padahal, akses terhadap informasi sangat tinggi. Maka, perlu media untuk setiap remaja mendapatkan informasi dengan benar. Kurikulum seksualitas remaja mungkin salah satu yang bisa dihadirkan di sekolah-sekolah. 

Kurikulum pendidikan seksualitas

Gempuran informasi berkaitan dengan seksualitas diberbagai media sosial memang sangat masif. Kecenderungan menghadirkan seksualiats hanya sebatas relasi fisik lebih dominan dibandingkan memahami, menghargai dan menghormati tubuh sebagai anugerah terindah Sang Pencipta. Seksualitas hanya dipandang sebagai hubungan intim yang melibatkan lawan jenis. 

Oleh karena itulah, sebenarnya pendidikan seksualitas perlu dihadirkan kembali dalam kurikulum. Karena dalam pendidikan seksualitas, setiap manusia akan diarahkan untuk  memahami, mengetahui dan mempunyai sikap  positif terkait anatomi reproduksi, perkembangan seksual, hubungan antarpribadi, identitas gender, orientasi seksual, kehidupan seksual, dan isu-isu lain terkait seksualitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun