Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menandai Pupusnya Masa Keemasan Industri Buku

25 Mei 2023   21:59 Diperbarui: 29 Mei 2023   10:13 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nasib sama juga dialami toko buku Books&Beyond. Penutupan secara permanen gerai toko buku ini dilakukan di gerai Siloam Kebun Jeruk pada 2 Mei 2023, disusul dengan gerai di Siloam Karawaci tutup pada 3 Mei 2023. Sebelumnya gerai di Maxxbox Lippo Village juga tutup pada 28 April 2023. (1)

Kisah tumbangnya gerai-gerai buku yang telah puluhan tahun berjuang untuk mewujudkan literasi maju untuk Indonesia ternyata belum berakhir. Setelah selama 70 tahun berdiri, Toko Buku Gunung Agung, sebuah toko buku yang memiliki 14 toko buku di 10 kota di Jawa dan 20 toko buku di Jabodetabek ini akhirnya tak kuasa bertahan dari gempuran zaman. 

Gunung Agung telah berjuang untuk menjadi toko buku rantai ritel terkemuka di Indonesia yang menyediakan kelengkapan produk buku dan alat tulis berkualitas tinggi. 

Dengan harga yang bersaing dan layanan yang memusakan, Toko Gunung Agung telah berperan menjadikan toko bukan hanya menyediakan buku berkualitas, tetapi menyediakan beragam alat tulis, kebutuhan sekolah, barang mewah, barang olahraga, alat musik, otomatisasi/peralatan kantor, dan produk teknologi tinggi. Toko Buku Gunung Agung telah menjelma menjadi sebuah bisnis buku dan peralatan tulis. 

Kini, Toko Gunung Agung tinggal menyisakan sebuah sejarah perjalanan emas toko buku di Indonesia. Kondisi ekonomi membuat perusahaan tak mampu bertahan dengan semakin meningkatnya biaya operasional per bulannya. 

Ketidakberdayaan menghadapi serangan bisnis buku online, penyedia buku online, semakin menjamurnya buku bajakan yang begitu mudah diperoleh dari internet, membuat buku tidak lagi mempunyai daya tarik. 

Kebijakan 

Ratusan judul buku tidak lagi menarik untuk dijadikan sahabat dan teman dalam setiap perjalanan. Buku tidak lagi menjadi bukti kualitas sebuah pendidikan. Buku tidak lagi dianggap menjadi sumber pengetahuan. Karena zaman telah berlari begitu cepat dan kita tak sanggup lagi mengejarnya. 

Harapan masih ada. Saatnya kita berlari sekencang mungkin agar kondisi ini tidak terus-menerus terjadi. Namun, kita tak akan sanggup berlari jika pemerintah tidak mendorong dan memberikan energi. 

Kebijakan pengembangan literasi Indonesia selayaknya menghidupkan kembali peran perusahaan, toko buku, instansi pendidikan dan masyarakat. Saatnya arah literasi Indonesia semakin diperjelas agar kita tidak semakin dikuasai kedangkalan pengetahuan karena buku-buku tidak lagi tersedia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun