sebuah ungkapan yang menjadi impian semua orang bukan suatu keinginan. Namun, hanya suatu kenyataan yang realistis kepada kepemimpinan dan pola di Aceh yang harus berubah dengan berbagai pekembangan zaman, jika kita melihat beberapa abad yang lalu Aceh hanya bermodalkan senjata dan semangat jihad untuk terus bertahan hingga sekarang ini. Kejayaan, berkembang, dan visi misi Aceh apakah hanya sampai sebuah cita-cita yang hanya sebatas terjaga ketika bangun tidur ?.
yang menjadi latar belakang bagi mimpi untuk Aceh 2045, apakah Aceh mampu mengubah permasalah ekonomi dan pendidikan. Hal ini juga berpengaruh kepada pola dan daya dari kepemimpinan Aceh, dalam segi Learning.
Kemiskinan menjadi Mimpi buruk bagi AcehÂ
dahulunya Aceh adalah daerah modal yang memerdekakan Indonesia sebagaimana yang diungkapkan oleh presiden soekarno ketika berkunjung ke Aceh. Banyak sumbangan Aceh yang telah menjadi sejarah yang tidak akan pernah di lupakan. Seiring berubahnya zaman sangat di sayangkan ketika Aceh adalah daerah modal yang banyak membantu Indonesia menjadi daerah yang termiskin di Sumatra. Yang dilansir dalam detik.com Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh mencatat jumlah penduduk miskin di Aceh bertambah 11,7 ribu orang pada September 2022. Penambahan penduduk miskin itu membuat Tanah Rencong masih bertahan sebagai provinsi termiskin di Sumatera. Hal ini juga membingungkan, jika kita melihat secara realita di Aceh Aceh bahkan bisa mengembalikan dana otsus yang di berikan oleh pusat. Pertanyaan yang pantas bagi realita ini adalah dimana miskin nya Aceh ?.
Ketika Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh mencatat jumlah penduduk miskin di Aceh bertambah 11,7 ribu orang pada September 2022. Pemerintah Aceh menyebutkan, inflasi menjadi dalang meningkatnya jumlah warga miskin di Serambi Mekah.
"Meningkatnya angka kemiskinan dari 14,64 persen pada Maret 2022 menjadi 14,75% pada September 2022 disebabkan inflasi lebih tinggi sebesar 3,62% terutama makanan dan minuman, tembakau 7,93% dan inflasi transportasi 21,0%," kata Juru Bicara Pemerintah Aceh Muhammad MTA, Rabu (18/1/2023).
Menurutnya, penyebab lainnya adalah garis kemiskinan meningkat 6,57% lebih tinggi dari peningkatan rata-rata pengeluaran Per Kapita Penduduk (3,57%). Selain itu, laju pertumbuhan ekonomi juga lebih rendah dari Triwulan I sebesar 3,24%. Sektor pertanian juga mengalami kontraksi (4,19) dan produksi padi September 2022 hanya 52,46 ribu ton, lebih rendah dari Maret 2022 sebesar 207,71 ribu ton.
"Garis kemiskinan Aceh September 2022 juga meningkat menjadi Rp 617.293 per kapita per bulan dari sebelumnya September 2021 sebesar Rp 552 939," jelasnya.
Dia menyebutkan, angka kemiskinan di Aceh pada 2019 yakni 15,01 persen dan mengalami kenaikan pada 2020 menjadi 15,43 persen disebabkan pandemi COVID-19. Angka itu naik lagi pada 2021 menjadi 15,53 persen dan turun menjadi 14,64 persen pada 2022.
"Sedangkan target penurunan dalam RPA 2023-2026 pada tahun 2023 adalah sebesar 15,53%," jelasnya.
Dari pernyataan ini pemerintah Aceh memberikan solusi bagi sejumlah program untuk menanggulangi kemiskinan di Aceh. Pemerintah juga disebut telah membangun sekitar 8 ribu rumah untuk warga kurang mampu pada 2022.