"Huusshh ngaco kamu! Saya sudah usia kepala 7 begini, bagaimana bisa menikah dengan dia yang semuda itu?"
"Ah, buktiinya saya bisa kok. Dia mau."
"Beda usia kamu dan dia kan jauuuhhh sekali ... " ujar Ginting gusar.
"It doesn't matter how old you are, the matter is how feel you are!" tegas Kento.
"Duh ... bukan begitu ... duh gimana ngomongnya ya?" Ginting makin uring-uringan.
Kento pun tidak paham ... dan hanya melongo melihat Ginting yang kebingungan garuk-garuk kepala tanpa rasa gatal. "Ginting ada apa nih? Saya sudah tahunan loh kenal dan berpacaran dengan Sisil. Selama ini saya memang tidak cerita sama kamu. Itulah kenapa saya sekarang bisa bahasa Indoensia."
"Sebentar ya," ujar Ginting sambil menjauh dari Kento dan menelepon seseorang.
Kento makin penasaran. Ia melihat Sisil yang sudah duduk sambil melempar senyuman dan kasih kode ok, "Everything is fine. Nothing to worry."
Kemudian terlihat Ginting tidak hanya melakukan calling, tapi video call juga.
Kento sekarang yang makin uring-uringan. Garuk-garuk kepala tanpa ada yang gatal. Ia pun menghampiri Ginting.
"Bro Ginting ... maaf ya. Bisakah kamu jelaskan ada apa ini?"