Saya selalu terngiang saat kawan saya berkata, "ingatan kita begitu pendek, maka tulislah." Apa yang kawan saya katakana senada dengan Ali Bin Abi Thalib, sahabat Rasul paling cerdas. Kata Ali, "Ikatlah ilmu sebanyak mungkin dengan menulis. Bagikan itu menurut kita baik dan bermanfaat, meskipun bagi orang lain tak lebih dari kumpulan kata-kata yang menyampah."
Apa yang dikatakan Sahabat Nabi dan juga teman saya diteruskan oleh Pramoedya Ananta Toer, "tulislah apa saja, sembarangan, suatu saat itu akan ada gunanya."
Setiap apa yang lewat dan peristiwa keseharian kita adalah tambang bagi seorang penulis. Pagi yang penuh kicau burung, pemandangan indah pegunungan, serta sawah yang berpetak-petak berubah jadi perumahan. Cerita jalanan kita yang tiap hari jadi kuburan.
Pagi ini saya diberi kiriman video jalanan yang dibangun oleh Kementrian PUPR oleh teman saya. Jalanan itu adalah jalan yang akan menghubungkan Yogya, Sleman dengan Klaten, konon bukit itu kelak akan dibelah ala Tol Semarang-Salatiga yang pemandangannya ajib abis.
Di jalanan dekat tempat saya bekerja di MBS Piyungan, saya melihat video mobil baru saja kecelakaan menabrak motor yang akan menyeberang. Dari arah timur mobil Avanza begitu kencang melaju. Tiba-tiba motor dari arah selatan tidak melihat mobil dari arah timur, dan kecelakan terjadi. Video itu nampak jelas memperlihatkan kendaraan motor yang remuk.
Saya tak tahu berapa kali kecelakaan terjadi di Indonesia, tetapi saat kecelakaan itu ada di depan mata, saya seperti kelu di lidah dan perih di hati. Saya seperti tidak bisa berkata apa-apa. Apakah jalanan di Indonesia yang kini amat halus dan berubah menjadi tol yang banyak nian itu tidak selalu benar dalam pelajaran pembangunan di Indonesia?
Bukankah semestinya semakin banyak pembangunan dan jalan yang halus semakin meminimalisir kecelakaan? Bagaimana dengan angka kecelakaan Indonesia dan di luar negeri?
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu hinggap di kepala saya.Â
Saya mendapati data cukup mencengangkan ihwal kecelakaan lalu lintas di Indonesia. Korlantas Polri merilis ada sekitar 152.000 kecelakaan yang terjadi di tahun 2023, dari data tersebut 27.000 orang tewas di jalan. Anehnya, belum ada kajian menyeluruh dan upaya mengatasi dan antisipasi kecelakaan termasuk meninjau keselamatan jalan dan infrastruktur.
Keajaiban
Menulis bukan sekadar aktivitas mencatat semata. Peristiwa di sekitar kita membuka mata kita akan banyak hal. Semakin banyak kita menulis kita akan semakin paham bagaimana membaca peristiwa. Ihwal kecelakaan di depan rumah kita misalnya, ia akan dibaca dari berbagai perspektif, berbagai sudut pandang dan kaca mata teori.
Kecelakaan di jalanan dekat tempat kerja saya hanya salah satu peristiwa yang bisa ditulis. Ada banyak ribuan kasus dan juga peristiwa di sekitar kita yang merupakan big data. Data yang amat besar dan kaya itu hanya akan berharga bagi yang mau mengambil pelajaran.
Semakin kita tekun menulis satu bidang tertentu, semakin ahli kita mengamati, menganalisis, membeberkan satu peristiwa dengan aneka perspektif dan sudut pandang. Sebaliknya bila kita jarang menulis tentang topik tertentu, tiba-tiba diminta membedah atau mengulas, tentu akan sulit bagi kita.
Menulis sebagai rutinitas membuat kita terbiasa membaca hal-hal kecil tetapi subtil. Detail dan aneka hal yang tersembunyi yang kita angkat mampu membuka banyak mata untuk tertarik membincangkan apa yang kita tulis.
Menulis sebagai rutinitas juga membantu kita mengembangkan diksi, menyoroti dari sudut pandang mana aneka masalah dalam kehidupan kita. Dan terakhir menurut saya, menulis sebagai rutinitas akan membuat kita menciptakan cermin besar dari sebuah peristiwa besar di alam ini. Dengan begitu, kita akan lebih berhati-hati dan penuh pertimbangan terhadap apa pun yang kita lakukan di kehidupan kita. Dari situ, sejatinya dengan menulis kita telah belajar kehidupan itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H