Mohon tunggu...
Arif Riduan
Arif Riduan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mau Bagaimana Lagi?

8 Agustus 2016   18:31 Diperbarui: 8 Agustus 2016   18:57 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“ Awaasss loooohh kalo gak pada dateng, gue gak rela”. Kata Riduan. Sekilas saya melihat tulisan di undangan tersebut “ undangan pernikahan Riduan Alfani Daud, S.Pd.I & Normaya Sari, SE. Aku sungguh tak tahu siapa perempuan yang bernama Normaya Sari ini, yang pasti dia bukan anak IAIN, sudah pasti kamps lain, karena IAIN tidak memilki lulusan dengan gelar Sarjana Ekonomi.

Aku pun tak sempat bertanya kepada Riduan, karena pada saat itu Handphone Riduan berbunyi ada yang memanggil. “ Eh, sorry ya, aku duluan ni, Dosen pembimbingku manggil aku ke kantor, makanan udah aku bayar, owh ya Tank ya, udah datang hari ini dan jangan lupa datang juga minggu depan ke nikahanku “. Riduan pun pergi, dan disusul oleh teman-teman yang lain. Kini tinggal aku dan Ismi.

“ Ngapain kamu masih di sini Lef ?” . Ismi mulai meneteskan air mata, dan memberika isyarat aku harus pergi, Ismi menunjuk pintu keluar kantin kepadaku. Tanpa ada kata yang terucap di bibirku aku pun berdiri dan langsung menuju pintu keluar kantin. Betapa takutnya aku, selama ini mengagumi dan merindukan Ismi bagiku sudah cukup untuk bahagia, namun jika akhirnya Ismi membenciku apa lagi kebahagiaanku ?. Aku pun pegi.

Setelah aku sampai ke parkiran untuk mengambil sepeda aku baru ingat bahwa ranselku ketinggalan di kantin. Aku takut untuk mengambilnya, aku takut jika Ismi masih ada di sana. Aku memutuskan untuk menunggu sampai 30 menit, setelah itu baru ke kantin lagi.

Ku lihat jam tangan di tangan kananku sudah 30 menit aku di sini, aku pun bergegas ke kantin. Setibanya di depan pintu kantin aku lihat Ismi masih ada di tempat tadi. Tiba-tiba Ismi melihatku sepertinya dia marah, karena aku masih ada di hadapannya. “ Pergiiiiiiiiiiiii !”. Ismi berteriak. Orang lain yang juga ada di kantin saat itu langsung terkejut dan menatap Ismi dan juga menatapku. “ Tapiii Iss,, “ . Aku mulai melangkahkan satu langkah kakiku ke depan, belum selesai aku bicara Ismi kembali berteriak “ Pergiiiii !!! aku benci ama kamu !!, pergiiiii !! “. Mau bagaimana lagi aku yang takut Ismi semakin membenciku, aku pun pergi dan melupakan ranselku. Mau bagaimana lagi ? semua karena Ismi.

                                                 --------------------------------------------

Menjelang sidang skripsiku besok aku sangat cemas, aku lebih banyak menyendiri. Rasa cemasku itu karena ransel yang tertinggal di kantin tak ada lagi, beberapa hari ku cari gak ada yang mengetahuinya. Di ransel tersebut terdapat bahan persentasiku yang sudah ku bikin di laptop untuk sidang skripsiku besok.

Ingin ku tanya Ismi, gak mungkin, aku gak mau melihat ia berteriak benci lagi kepadaku, karena dengan itu membuat hatiku semakin bersalah karena sudah lancang mencintai Ismi. Sebenarnya yang lebih membuatku cemas adalah laptopku yang isinya banyak dengan foto-foto Ismi yang sengaja diam-diam aku sering memotretnya dengan handphone Nokia N70 milikku. Dari pertama kali masa perkuliahan hingga mendekati ke lulusan aku punya semua foto Ismi, tak ada folder lain di laptop tersebut hanya ada tiga, yakni folder yang ku beri nama “ ISMIKU”, “ PELAJARANKU: sama FILM, hanya ada tiga folder. Folder ISMIKU itu semua berisi foto-foto Ismi dan video Ismi yang ku ambil secara sembunyi-sembunyi ketika kami nongrong di depan kelas dulu. Aku sengaja mengumpulkan uang untuk membeli pulpen yang ada kameranya yang bisa merekam video. Pulpen itu selalu ku letakkan di kantong kemejaku dan ketika aku bersama Ismi pasti ku rekam momen tersebut. Canda tawa, cerita-cerita Ismi semua ku rekam dan ku pindah ke laptop itu. Aku sangat cemas jika ternyata laptopku itu ada di tangan Ismi dan aku takut ia melihat semua isinya, pasti bakalan membuat Ismi semakin benci kepadaku

                                                   ------------------------------------------

“ Hey.. bodooooohhhh !!! ey,, culuuuunnn !! kemana aja kamu aku cariin “. Aku mendengar  ada teriakan kecil dari kejauhan di sisi belakangku. Aku yang membelakangi suara tersebut langsung menolehkan kepala ke belakang. Ternyata Ismi, jangtungku mati rasa.

“ Eyyy culuuuuuunnn !!! berani-berani ya kamu menghilang setelah apa yang kamui lakuin “. Ismi mendatangiku, dia semakin dekat denganku. Kini Ismi berada tepat berada di hadapanku, aku masih mati rasa, tak tahu untuk berkata apa. Tiba-tiba Ismi tersenyum dan berkata “ Ey, Reza Fahlefi yang culun, yang cemen yang bermental tempe, kalo suka ama seseorang itu bilang dong, kamu harus berani mengatakannya, kamu inikan laki-laki “. Ismi memegang bahuku dengan tangan kanannya. Senyumnya sangat manis, sedangkan aku semakin kaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun