Mohon tunggu...
Arif Riduan
Arif Riduan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mau Bagaimana Lagi?

8 Agustus 2016   18:31 Diperbarui: 8 Agustus 2016   18:57 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku lihat Ismi sangat senang, sangat girang, tak henti-hentinya dia mengajak Riduan berfoto bersamanya. Riduan yang tampak sangat gembira juga mengiyakan ngikut saja berfoto dengan Ismi. Aku hanya bisa terdiam.

Riduan mengajak, aku, Ismi, Lia, Nadia, Halim, Ahmad, Syukriani, Siti dan Iqbal untuk makan-makan untuk merayakan keberhasilannya ke kantin. Kami banyak ngobrol di sana, ngomongan awal-awal kuliah, dosen-dosen, dan lainnya, karena aku hanya sedikit bicara maka akulah yang menjadi objek pembicaan kali ini. “ Wah, seminggu lagi Lefi ni yang sidang “. Kata Nadia. “ Iya ni, bakalan diam-diem ajaa ni dosen, pasti para dosen gak akan nanya macam sama loe Lef, karena langka banget klo loe mau jawab pertanyaan pertanyaan dosen “. Riduan menggodaku. Aku cengar cengir aja.

“ Owh ya Lef, kapan loe mau nembak Ismi, ini udah pada mau lulus loh kita “. Kalimat yang yang diucapkan Riduan kali ini langsung mengheningkan kami yang sedang tadi gaduh dengan berbagai macam pembicaraan. Dua bola mata Ismi langsung memandangiku dengan serius dan penuh tanda tanya. Aku tak tahu mau menjawab apa, hening masih terasa. Teman-teman yang lain juga tampak bingung dengan perkataan Riduan tadi.

“ Maksud kamu apa Riduan ? “. Raut wajah Ismi mulai berubah ketika ia bertanya kepada Riduan perihal apa yang diucapkanya.

“ Loh, jadi kamu sampai saat ini gak nyadar kalo Lefi suka sama kamu “. Riduan menjawab pertanyaan Ismi. Aku menjadi gugup dan kehilangan rasa. Aku jadi ingat bahwa dulu aku pernah bercerita kepada Riduan bahwa aku suka dengan Isma, tapi itu lama, waktu semester dua dulu waktu aku menginap di kosnya Riduan, dulu aku sering bermalam dikosnya Riduan, sekarang udah semester delapan. Sumpah aku mati rasa dan takut.

“ Gini Is, dari dulu Lefi ini suka ama kamu, tapi dia gak berani nyatain perasaannya ke kamu, coba buka laptopnya si Lefi isinya kamu semua “. Riduan memperpanjang ceritanya. “ Ah, bisa aja kamu Riduan, mana ada seperti itu, kan yang sebenarnya suka ama Ismi itu kamu kok jadi aku ? “ . Dengan agak terbata-bata dan tersendat aku mulai ingin menghindar dari perbincangan ini.

“ Lohhh !! kok aku sih Lef, kan kamu yang pernah bilang ama aku gitu ? hahahahaha, kalo suka ya suka aku ama Ismi, tapi itu duluuu !! pas awal-awal kuliah aku juga jatuh cinta ama Ismi tapi pas aku tau kalo kamu juga suka ama Ismi, ya aku ngalah hahaha “. Sambil tertawa kecil Riduan memulai lagi menceritakan kisah masa lalu. Teman-teman yang lain hanya diam menatap kami bertiga. Ismi juga tampak kebingungan.

“ Ya setelah itu Ismi ku anggap seperti adikku sendiri, karena aku berpikir Ismi itu cocok banget ama kamu Lef “. Riduan meneruskannya. “ Loh, kenapa bisa begitu Riduan ? kan kamu sering jalan ama Ismi ? “ tanya Iqbal kepada Riduan. “ Emangnya salah bila seorang kakak jalan dengan adiknya ? . Riduan menjawab dengan serius.

Aku mulai memberanikan diri untuk menatap wajah Ismi, ku lihat dia menahan air mata yang menggumpal di ujung sisi matanya. Rasa sukaku pada Ismi ternyata menghilangkan rasa suka Riduan kepada Ismi sekaligus menghilangkan impian Ismi untuk menjadi kekasihnya Riduan. Aku bersalah atas rasa sukaku kepada Ismi. Tiba-tiba Ismi memandangiku dengan penuh kekosongan, namun matanya masih menahan air mata yang menggumpal.

“ Tu, Is jangan sia-siakan Lefi, walau dia agak sedikit culun, namun di lah yang sayang banget ama kamu “.  Dengan tanpa rasa bersalah kepadaku Riduan ceplos aja berkata itu kepada Ismi.

“ Owh.. ya temen-temen jangan lupa ya, hari minggu depan pada datang ya ke rumahku “. Riduan membuka ransel miliknya, dan mengambil beberapa undangan dari ransel itu. Ternyata itu adalah undangan pernikahan sekaligus resepsi perkawinannya Riduan. Alangkah terkejutnya kami, Riduan masih saja mengumbar senyum

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun