Bayangan akan pulang membawa sekeranjang kepiting bakau dengan telur besar-besar di bagian bawah perutnya. Sungguh kesenangan tersendiri.
Agustus 2014
Dini hari
Lampu petromak di tangan kanan, sementara tangan kiri membawa tali rapia yang tidak sedikit lagi. Keranjang sudah terisi separo. Kepiting bakau memang sedang musim bertelur saat itu. Rata-rata yang masuk dalam lingkar jebak hampir dua kepal orang dewasa.
Temanku memang ahli menentukan tempat di mana kepiting bakau akan keluar dari sarang persembunyiannya.
Baca juga Ketika Sekian Banyak....Â
Di samping itu, karena tinggalnya dekat dengan pantai, hapal betul kapan air laut akan pasang dalam. Waktu yang tepat memasang jebak.
"Malam ini kita panen besar ya?" sambil tersenyum lebar.
Aku hanya mengangguk saja.
Bukan harga kepiting bakaunya yang terbayang, tapi ilmu menjebak kepitinglah yang begitu menyenangkan.
Jarang orang ada yang berbagi trik dan tips mendapatkan kepiting bakau. Mengingat nilai jualnya yang begitu mahal.
Tahun 2014, harga 1 kg kepiting bakau yang bertelur seperti yang kami dapatkan tidak kurang dari Rp 40.000,- Kalau sekeranjang yang aku bawa sekarang kurang lebih 10 kg, sudah Rp 400.000 masuk saku untuk satu kali perburuan.
Sebuah penghasilan melebihi penghasilan pengusaha. PNS kalah jauh pasti. Sayangnya pendapatan dari mencari kepiting bakau tidak pasti. Kadang banyak, kadang sedikit.