Saat mata terbuka hanya dia yang ada di mata. Saat tidur hanya dia yang memenuhi mimpi-mimpinya
Tidak seorang pun tidur pada malam hari sebagai penjahit baju dan kemudian bangun esok harinya dengan pikiran sebagai pembuat sepatu. Apa pun kesibukan seseorang, pada keasyikannya itulah ia akan kembali.
Ketika sepasang suami isteri tidur dalam satu ranjang. Pada waktu bersamaan. Setelah mengucapkan selamat malam. Mereka terlena. Samakah waktunya?
Setelahnya, suami bermimpi dikelilingi kalajengking, ular berbisa, serta mahluk mengerikan lainnya. Suami berteriak-teriak meminta tolong dalam igauannya.
Keringat dingin mengucur, meronta-ronta. Sebentar-sebentar menjerit, kaki memancal-mancal selimut dan terlepas semuanya hingga menjelang pagi.
Bukankah mimpi bunganya tidur
Sementara isteri, dalam mimpinya bertemu kekasih dambaannya. Memadu kasih di taman indah penuh bunga-bunga semerbak harumnya. Ia betah berlama-lama dengan kemesraan penuh canda.
Dalam igauan, kadang tertawa cekikikan manja. Senyum lepas tak henti-hentinya. Sinar wajahnya terang dan berbunga-bunga. Tampak rona kecantikan memancar dari raut mukanya. Ia begitu bahagia.
Baca juga Uniknya Bahasa Cinta
Begitu pagi hari mereka saling bercerita tentang mimpi sengsara dan mimpi bahagia. Akankah suami isteri yang saling mencinta ini mau bertukar mimpinya? Entahlah...
Saat janji suci terucap, "Engkau adalah milikku sepenuhnya. Aku adalah pelindungmu yang setia. Cintaku tak akan tergantikan dengan siapa pun."
Dan janji manis lainnya, siapa pun yang mendengar dan melihat mereka mengucapkan janji menjadi terharu. Kadang air mata turut bahagia menetes tanpa terasa.
Padahal hanya untuk sebuah mimpi mereka enggan saling menggantikan. Bagaimanakah jika kejadian itu benar-benar ada di alam nyata?
Majnun ingin menulis surat kepada Laila. Ia mengambil pena kemudian menulis bait:
Bayangmu di mataku
Namamu di bibirku
Ingatan tentangmu di hatiku
Ke mana lagi harus aku alamatkan?
Mungkin maknanya adalah bayanganmu menetap di mataku, namamu tak pernah lepas dari mulutku. Ingatan tentangmu ada di jiwaku. Maka ke mana lagi harus aku alamatkan suratku ini, sementara kau salalu ada di tempat-tempat ini.
Majnun kemudian mematahkan pena dan merobek-robek kertas suratnya. Mungkinkah Majnun bersedia bertukar mimpi dengan Laila?
Tentu saja Majnun tak akan tega menyaksikan Laila yang begitu dicintainya menderita.
Dengan kondisi mimpi yang tertukar, maukah majnun melepaskan kenikmatan dalam mimpinya dan menggantikan Laila? Jika mimpi itu benar nyata.
Cinta tidak akan bisa hilang karena ketidakmampuam mengungkapkannya. Karena cinta adalah bagian utama dalam hati.
Seorang bayi yang mencintai susu, karena susu menjadi makanannya. Meskipun begitu ia tidak dapat menjelaskan apa itu susu. Padahal jiwanya menghasratkan susu.
Mustahil ia mengungkapkan dengan lisan kepuasan yang diperoleh dari minum susu. Demikian juga siksaan ketika ia dihalangi dari minum susu.
Ada pun orang dewasa mampu menerangkan dengan detail dengan ribuan sudut pandang tentang susu. Namun ia tidak mampu membawa kenikmatan dan kepuasan untuknya. Karena susu bukan lagi bagian untuknya.
Kalau tak mampu bertukar tempat demi sebuah bahagia bagi yang tercinta. Kalau tak mau mengganti derita orang yang kita cinta. Apakah yang demikian disebut egois namanya? Entahlah....
Jadi rasa cinta yang selama ini didamba, dipuja-puja bahkan rela berebut dan melepas nyawa kemana perginya? Entahlah....
Duhai para pencinta, berdirilah di depan cermin dan lihat wajah cantik dan tampan itu. Kemudian katakan, "Siapa yang mencintai diri ini?"
Tentu kau tak akan berani menyebutkan nama seseorang setelah membaca ceritaku di atas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI