Mohon tunggu...
Bledhek
Bledhek Mohon Tunggu... Operator - ____________

Pengkhayal LEPAS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peringatan Pemerintah!

22 Desember 2020   05:37 Diperbarui: 22 Desember 2020   05:42 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila kita mendengar ada yang mengucapkan "Peringatan Pemerintah", akan tergambar dalam benak kita tentang bahaya merokok.

Begitu gencarnya peringatan itu disosialisasikan hingga tanpa kita sadari kata "peringatan pemerintah" melekat erat dengan larangan merokok. Di samping itu, ada yang langsung tertuju pada datangnya bahaya bencana alam.

Ada juga yang lain, kalau ketemu istilah "peringatan pemerintah", sebagian besar PNS anak bersorak. Artinya pada hari itu mereka akan libur. Apa itu? Peringatan pemerintah yang berkaitan dengan perayaan hari besar. Baik hari besar nasional maupun hari besar agama. Jelas PNS anak libur.

Yang paling menghemberikan adalah ketika peringatan pemerintah dalam konteks perayaan itu jika datang pada hari kamis. Karena hari jumat biasanya dianggap hari kejepit nasional. Dan pekan itu menjadi liburan panjang. Kamis, jumat, sabtu dan minggu. Implikasinya, tempat wisata akan disebru banyak pelancong.

Maka iseng-iseng saya coba berselancar di laman maya dengan mengetik "peringatan pemerintah".

Pada saat saya ketik kata "peringatan" dalam laman tersebut bermunculan kata "peringatan hari ibu, peringatan maulid, peringatan natal dan tahun baru, dan seterusnya."

Namun, ketika katanya saya tambah, "peringatan pemerintah" akan muncul hampir semua berbunyi "peringatan pemerintah tentang bahaya merokok". Seperti kompak isinya. Setidaknya ada empat kalimat yang berbunyi hampir sama. Peringatan pemerintah tentang larangan merokok.

Jika pembaca masih penasaran, maka silakan coba berselancar dengan dua kata tersebut. Bisa juga dengan kata-kata lainnya.

Kalau ada yang berkata, "Sepertinya penulis kurang kerjaan deh! Yang seperti ini saja dijadikan bahan tulisan. Kayak gak ada bahan tulisan lain. Gak bermanfaat blas!"

Bukan begitu Saudara! Ha ha ha, mengutip sedikit  ucapan Habib Riziq. Tidak bermaksud melecehkan sih. Hanya terlintas saja.

Dalam wikipedia, Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kewenangan untuk membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu. Artinya mulai dari urutan tertinggi  (presiden) hingga urutan terendah (RT) dan pranatanya kita sebut sebagai pemerintah. Masing-masing memiliki kewenangan untuk menerapkan hukum aerta perundang-undangan.

Kemudian, bawahan pemerintah yang biaa disebut rakyat dan warga memiliki kewajiban untuk mentaati apa yang menjadi peringatan pemerintah tersebut.

Mengingat implikasinya begitu mengikat, artinya pemberi peringatan haruslah memikirkan secara cermat dampak dan ekses terhadap peringatan tersebut. Setelah itu rakyat dan warga memiliki kewajiban taat dan menjalankannya.

Apa yang terjadi? Kita sebagai rakyat dan warga kini mulai acuh terhadap peringatan pemerintah. Menganggap bahwa pemerintah terlalu arogan, dalam kasus tertentu misalnya. Maka istilah "peringatan" pun diperhalus menjadi "anjuran pemerintah" walau secara substansi dan eksistensinya tidak identik sama.

Orang indonesia memang tidak suka dipaksa-paksa, Berkecenderungan untuk menentang. Walau masih banyak yang penurut.

Contoh paling kecil, ada peringatan pemerintah berupa larangan membuang sampah di sungai. Begitu banyak perda di setiap kota dan daerah, nyatanya di sepanjang sungai masih saja mengapung buntalan-buntalan plastik mengapung. Artinya, peringatan pemerintah tersebut tidak mempan.

Lalu ada yang tersinggung dan berkata, "Banyak koq yang taat. Tak membuang sampah di sungai. Hanya segelintir orang saja yang tak mematuhi. Tak bisa dipukul rata begitu."

Tetap saja! Kalau menurut saya sih, peringatan pemerintah tersebut kurang mendapat tanggapan. Bayangkan saja, jika jumlah pendudk dalam sebuah desa, misalnya 15 ribu sekian. Dan separonya masih suka membuang sampah di sungai. Pastilah air sungai tidak akan terlihat lagi. Dan yang terlihat hanyalah bungkusan plastik yang mengapung. Jadi biar pun sedikit, tetap aja ada warga yang tidak taat peringatan pemerintah.

Demikian juga dengan peringatan pemerintah yang lain. Keberhasilannya bukan tergantung dari seberapa banyak yang mematuhi dan mentaatinya. Karena sampai kiamat pun warga tak mungkin bisa seragam, taat dan mematuhi peringatan pemerintah.

Contoh lainnya lagi. Peringatan tentang bencana yang jelas-jelas akan membahayakan jiwa raga dan harta benda saja. Nyatanya ketika terjadi bencana ada saja korban yang berjatuhan. Dalam keadaan ini pasti ada warga yang cuek bebek terhadap peringatan tersebut.

Nah, kalau peringatan pemerintah tentang larangan merokok, larangan membuang sampah dan lainnya tidak semua rakyat dan warga mematuhinya tidah usah geram. Memang begitulah watak dasar manusia.

Hingga kata "larangan" pun dianggap terlalu arogan dan memaksa. Maka kemudian kata "dilarang" diperhalus menjadi kalimat yang tidak bersifat negatif. Tidak ada kata "dilarang, jangan, tidak boleh dan seterusnya."

Dengan begitu untuk melarang merokok digunakan kalimat, "terima kasih atas kerjasamanya" kemudian ada gambar rokok yang diberi tanda garis miring. Ada juga kalimat, "bersih pangkal sehat" kemudian ada gambar bak sampah dan tangan memasukan sesuatu ke dalam bak sampah.

Namun, ada yang menurut saya lucu. Peringatan pemerintah juga. Di persimpangan jalan desa kami. Simpang tiga tepatnya. Ada papan besar, mirip baleho bertuliskan "Dilarang membakar hutan". Jika peringatan itu dipasang sepuluh atau dua puluh tahun yang lalu pasti sangat cocok. Saat itu hutan di pinggiran desa masih luas. Nah, kalau sekarang hampir tidak ada hutan lagi. Apa yang mau dibakar?

Yang paling banyak peringatan pemerintah yang kini tersebar di mana-mana adalah 3 point, gunakan masker, cuci tangan, dan jaga jarak. Apakah masih diperhatikan oleh warga? Sepertinya tidak tuh. Nyatanya, korona masih belum musnah juga. Dan lucunya penyebarnya mereka yang terpelajar dan orang berada.

Jelas-jelas di desa itu sudah zona hijau. Tiba-tiba saja ada orang yang tertular korona. Dari mana coba? Selidik punya selidik, penularnya ternyata mereka yang bepergian ke daerah dan kota lain. Artinya pada saat bepergian 3 point peringatan pemerintah itu tidak diperhatikan.

Terakhir! Ini tentang peringatan yang berkaitan dengan perayaan. Kalau di awal tulisan ini semua PNS akan menyambut gembira karena setiap peringatan identik dengan liburan.

Nyatanya tidak semua PNS suka. Ada saja yang tidak suka ternyata. Siapa mereka? Silakan raba-raba sendiri saja. Jangan minta saya untuk meraba. Apalagi kalau yang diraba istri orang. Bahaya! Ntar saya masuk penjara. Memangnya enak berada dalam sel? Ogah akh....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun