Mohon tunggu...
Arif Nasiruddin
Arif Nasiruddin Mohon Tunggu... Administrasi - Buruh ketik kantor pemerintah

Penglaju Bantul-Jogja PP, penggiat pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Teror di Ujung Senja

20 Februari 2024   16:32 Diperbarui: 20 Februari 2024   16:49 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

TEROR DI UJUNG SENJA

Isi:

1. Tertusuk

2. Pulang Menagih Janji

3. Luka Lama

4. Asing

5. Bertemu dengan mu ketika senja

6. Aku Adalah Korban Mu

7. SIAL

8. Pada Akhirnya Kita Akan Sendiri

TERTUSUK 

 

Oh Aku,

yang dibesarkan dengan Pizza dan tart

tiap tahun meniup lilin;

disamping hadiah bunga dan mainan

musnah kini semua impian.

Oh Aku,

yg dicinta dengan penuh: ayah dan ibu,

Begitu bodohnya aku

Yg tertipu oleh keju dan rayu.

Laki laki penipu

Oh aku,

Apakah masih ada.

Harapan bagiku.

Jogja-Bantul, Januari 2024

PULANG MENAGIH JANJI 

Remuk redam ku,

Pulang.

meminang rindu-sepasang bahu;

yang oleh janji di hadirkan bersamamu,

Semoga tidak palsu.


Jogja - Bantul : Januari 2024

 

LUKA LAMA 

 

Membuka album lama;

seperti meneteskan darah pada luka : yang tinggal bekasnya.

tak lagi perih. Memang.

namun ingatan meronta,

memanggil rasa itu lagi.

ASING 

 

Seperti terpisah samudra;

Padahal hanya di depan mata;

Hiruk pikuknya; degub di dada;

Hanya kau simpan; sendiri saja.

BERTEMU DENGAN MU KETIKA SENJA 

 

Kukira kau akan bosan,

Memandangi langit; 

Menyimak-burung burung pulang dan pergi.

Tapi senja tampaknya tak mampu mengusirmu: tetap bertahan.

Ketika kau mulai dewasa dan belajar mencintai malam.

Begitulah,

kutemui engkau masih berdiri;

ketika bertemu rekahnya pagi.

Jogja- Mei 2022

AKU ADALAH KORBAN MU 

Hati ku seperti Karet,

Mudah meleleh lalu lengket,

Itulah, yang dahulu membuatmu bahagia, dan senyummu yg merekah, tawa sinis dan berkata, "Maaf Aku sudah bosan".

Kau sulut korek, lalu terbakar sampai habis. Hatiku, tak tersisa.

Hati ku seperti Karet,

bisa dibanting-banting: tak mudah patah,

itulah yang kau cari: "korban idamanmu"

yang kau pilih, untuk luka.

Kata penghiburanmu kau tulisakan dalam sebuah pesan, "Dalam percintaan orang yang baik akan binasa".

 

SIAL

 

SIAL #1:

Waktu: pemisah

Jarak: pemisah,

Idealisme: memisah,

Keyakinan: memisah,

Egomu-egoku seperti batu.

Buntu.

SIAL #2:

Sore begitu panas dan aku berlari di atas aspal yg meleleh. 

Kupilih jatuh, lalu rebah diatas hijau rumput sintetis.

Oh, indahnya bunga-bunga berwarna-warni; bau pabrik

tak elok bagi pecinta alam.

SIAL #3:

Orang-orang berkumpul dipinggir jalan, menunggu berkah: "Makan Gratis katanya". 

Pongah, mereka pulang saat senja, 

menengok atap gubuknya

.deretan kardus nasi kotak 

di jemur hingga senja,

Ah, jangan kau kira ini semua tentang perut kosong,

 atau esok hari yang terancam mati.

PADA AKHIRNYA KITA AKAN SENDIRI 

 

Pada akhirnya kita semua akan sendiri.
Mau dimana?
Di tengah hutan atau samudra;
Di tengan ramai pasar malam;
Di tengah cengkerama warung kopi;
Masing-masing menuju akhirnya sendiri;
Satu persatu akan pergi tak kembali.

Pada akhirnya kita akan sendiri
Termasuk engkau :penguasa lalim yg datang dengan berdasi.
Datangmu membawa gembira;
esok menjadi bencana

sial,
dompetku kini sepi,
meronta,
menagih janji; tak terdengar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun