“Iya, itu langsung antara Pak Gubernur dengan Pemerintah Desa. Nah, Dinas Pariwisata DIY yang mengawal kegiatan-kegiatannya.”
Apa yang dilakukan Gubernur DIY dengan memberi perhatian kepada sebuah tempat, segera menimbulkan resonansi tindakan dan memicu gerak para bawahannya. Dari Dinas Pariwisata DIY, Dinas Kebudayaan DIY, Pemerintah Kabupaten Sleman maupun instansi lain ikut ‘nyengkuyung’ (menopang bersama) dengan menyelenggarakan berbagai program maupun event di Tebing Breksi.
Sebagai contohnya, salah satu rangkaian event akbar tahunan Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) digelar di Tebing Breksi beberapa waktu yang lalu. Sebuah acara off-road juga diselenggarakan di sini September 2016 kemarin. Kemudian beberapa hari lagi, musisi kenamaan Dewa Budjana akan menggelar konser di tempat yang dulunya menjadi area tambang ini.
Roda ekonomi mulai bergerak dari turunan sektor pariwisata. Kuliner menjadi salah satu hal yang mulai digiatkan oleh masyarakat. Jika awalnya penambangan bersifat eksploitatif, maskulin, dan penuh risiko, kini Tebing Breksi berubah wajah lewat pariwisata yang lebih lestari, mampu merangkul ibu-ibu untuk ikut ambil bagian, dan ramah bagi berbagai kalangan.
Sultan Memberi Tantangan Kepada Kepala Desa
“Selain Tebing Breksi, mana lagi yang menjadi perhatian pemerintah?” kembali saya menanyai teman di Dinas Pariwisata DIY.
“Mangunan, Mas. Kawasan Mangunan juga sama, pengembangannya langsung dari rekening bantuan Pak Gubernur”.
“Oh ya?”
“Iya. Coba Njenengan ke Mangunan. Monggo dicek sendiri bagaimana kondisinya di sana.”