Mohon tunggu...
Muhamad ArifJumansa
Muhamad ArifJumansa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Amatri writer

writer

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kokoleceran Tanaman Endemik Banten dan Responnya terhadap Kondisi Iklim

9 November 2024   22:40 Diperbarui: 9 November 2024   22:48 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Provinsi Banten terletak di ujung barat Pulau Jawa, berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat Sunda di barat, Jawa Barat di timur, dan Samudra Hindia di selatan. Banten memiliki topografi yang beragam mulai dari pesisir pantai hingga pegunungan, variasi topografi tersebut menyebabkan variasi fenomena cuaca lokal dan kondisi iklim mikro di wilayah Provinsi Banten (Hadi dkk., 2002). 

dengan iklim tropis yang berfluktuasi antara suhu 19.6 -- 37.40 derajat Celsius dengan curah hujan perbulannya adalah 0 sampai 436.7 mm/bulan (Yayat Ruhiat, 2022). Daerah administratif Banten terdiri dari empat kabupaten dan empat kota dengan serang sebagai ibukotanya. Wilayah pantai seperti Anyer dan Carita menjadi destinasi wisata populer, sementara perbukitan dan pegunungan di bagian tengah dan selatan, seperti Gunung Pulosari, mendukung keanekaragaman hayati di Banten. 

Di wilayah Banten, terdapat banyak sungai besar, seperti Sungai Ciujung dan Cidurian, yang mengalir dari pegunungan hingga bermuara di Laut Jawa. Sungai-sungai ini mendukung aktivitas pertanian dan perikanan di dataran rendah, yang merupakan sumber mata pencaharian penting bagi masyarakat setempat. Kondisi geografis yang beragam ini juga mendukung keanekaragaman flora dan fauna, seperti keberadaan hutan alami di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) yang menjadi habitat Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), spesies langka yang dilindungi. 

Selain itu TNUK juga merupakan habitat dari tanaman khas endemik Provinsi Banten atau Kokoleceran. Kokoleceran sendiri tumbuh di habitat dengan karakteristik geografis wilayah yang topografinya lereng dan pegunungan dengan ketinggian rata-rata 300 -- 500 meter diatas permukaan laut (Robiansyah dkk., 2019). 

Topografi wilayah ujung kulon yang terdiri dari pesisir, perbukitan, dan pegunungan membuat wilayah ini menjadi cocok untuk pertumbuhan tanaman kokoleceran. Selain itu kokoleceran mendapatkan manfaat dari kondisi topografi Ujung Kulon yang kaya akan sumber daya air, tanah yang subur, dan kelembaban tinggi---kondisi ideal bagi pertumbuhannya. Respon tanaman Kokoleceran terhadap berbagai ketinggian yaitu sebagai berikut :

  • Dataran Rendah dan Rawa: Ujung Kulon memiliki dataran rendah yang lembap dan kaya akan tanah aluvial yang subur. Kokoleceran tumbuh baik di lingkungan ini karena kebutuhan utamanya akan tanah yang kaya nutrisi dan kelembaban tinggi. Dataran rendah dengan curah hujan tinggi dan ketersediaan air yang stabil membantu mempertahankan kelembaban tanah, sehingga mendukung pertumbuhan akar kokoleceran secara optimal (Murti & Maya, 2021).
  • Perbukitan: Meskipun kokoleceran lebih umum di dataran rendah sampai menengah, perbukitan rendah di Ujung Kulon menawarkan variasi ketinggian yang berfungsi sebagai penyangga iklim mikro. Ini menciptakan lingkungan yang sejuk dan tidak terlalu ekstrem bagi kokoleceran, yang membutuhkan kelembaban tetapi sensitif terhadap kondisi kekeringan dan perubahan suhu yang drastis. Lereng bukit juga memungkinkan drainase air yang baik, mencegah akar kokoleceran dari kondisi tergenang yang berlebihan.
  • Kedekatan dengan Sumber Air: Sungai-sungai kecil, rawa, dan daerah berair lainnya di Ujung Kulon menyediakan cadangan air yang berkelanjutan bagi habitat kokoleceran. Ketersediaan air dari sungai dan curah hujan yang tinggi menjaga kelembaban tanah di sekitarnya, yang penting untuk pertumbuhan tanaman ini, terutama selama musim kemarau.

Kondisi klimatologis Provinsi Banten

Provinsi Banten terletak di bagian barat Pulau Jawa dan memiliki iklim tropis lembap, yang sangat dipengaruhi oleh pola angin monsun dan lokasi geografisnya yang dekat dengan Laut Jawa serta Samudera Hindia. 

Daerah ini memiliki dua musim utama, yakni musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan berlangsung dari bulan November hingga Maret, dengan curah hujan tertinggi pada Desember hingga Februari. Rata-rata curah hujan tahunan di wilayah ini berkisar antara 2.000 hingga 4.000 mm, tergantung pada ketinggian dan jarak dari laut. 

Wilayah pegunungan di Banten, seperti sekitar Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, biasanya menerima curah hujan lebih tinggi daripada daerah dataran rendah dan pesisir (Sambas dkk., 2018). Suhu di Banten rata-rata berkisar antara 23C hingga 33C sepanjang tahun, dengan kelembapan relatif yang tinggi, umumnya di atas 70%. 

Kelembapan ini membuat udara terasa lembap dan mendukung berbagai tipe vegetasi tropis, termasuk hutan hujan dataran rendah dan mangrove di daerah pesisir. Faktor-faktor seperti ketinggian dan jarak dari pantai memengaruhi suhu di daerah-daerah tertentu. Misalnya, daerah pegunungan di wilayah selatan cenderung lebih sejuk dibandingkan dengan kawasan perkotaan dan pesisir yang panas (Linacre, 1982). 

Pengaruh angin monsun juga cukup signifikan terhadap pola iklim di Banten. Angin monsun barat daya yang lembap membawa curah hujan tinggi pada musim hujan, sedangkan angin monsun timur yang kering menyebabkan penurunan curah hujan selama musim kemarau, umumnya dari Mei hingga September. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun