Niat mereka itu mengingatkan padaku tentang arti bagaimana Ibu dan Bapakku kembali merangkulku. Mendorongku, dengan penuh pengorbanan dan perjuangan.
Akan bersediih. Tapi aku tak punya kuasa meneteskan air mata didepan mereka. Aku menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan.
Aku tersadar bahwa, ibuku Selain berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan petani kebun hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sekolah kami. Namun ia juga melakukan aktivitas lain dengan cara berjualan hasil kebunnya dipasar ketika pasca azab subuh itu tiba.
Membawakan hasil kebunnya untuk dijual, Itupun Ibu hanya mampu mengumpulkan hasil jualannya selama sehari.
Dari hal tersebut diatas tentunya kita menyadari bahwa, hampir setiap negara menasbihkan satu hari dalam satu tahun adalah untuk mengingatkan kepada kita akan jasa dan pengorbanan besar mereka.Â
Uniknya, tidak semua negara di dunia ini memiliki tanggal yang sama untuk memperingati hari pemimpin sejati bernama Ibu itu.Â
Padahal dalam hadist pun menegaskan "Al Ummu Madrasatul Ula" adalah jelas bahwa, ibu adalah madrasa pertama kita.
Olehnya itu, ketika kau yang telah berhasil dalam pekerjaan, pendidikan dan sebagainya. Gunakanlah kesempatan dengan sebaik-baiknya untuk membalas jasa mereka, berbakti, dan mewujudkan impian mereka. Sebab, mereka tak membutuhkan pemberian harta dan gaji. Namun mereka hanya membutuhkan bakti dari anak-anak-nya. Agar apa yang mereka impikan dan di niatkan selama ini dapat di tunuaikan dikemudian hari.
Semoga ibuku, ibumu dan semua ibu di dunia ini diberikan nikmat kesehatan, kesempatan dan rezeki dari yang maha memberi hidup.Â
Aamiin.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H