Liat polarization politik amerika berikut :
Namun, bahaya lebih besar muncul ketika media sosial dikuasai oleh pihak yang memiliki kepentingan tertentu. Myanmar menjadi contoh nyata di mana pemerintah menggunakan media sosial untuk menyebarkan narasi yang mengakibatkan pengusiran ratusan ribu etnis Rohingnya. Bahkan, narasi semacam itu dapat menyebar hingga ke Indonesia.
Contoh kasus lainnya yang tidak kalah mencengangkan adalah kasus Pizzagate di tahun 2016 dan penghancuran tiang seluler 5G di Bolivia karena hoaks COVID-19 menunjukkan betapa kuatnya pengaruh media sosial dalam membentuk pandangan dan tindakan masyarakat.
Di Indonesia, efek media sosial juga terasa kuat dalam memperkuat kubu-kubu politik dan menciptakan perpecahan dalam berbagai hal, mulai dari politik hingga hal-hal sepele seperti film atau artis K-pop. Meskipun mungkin tidak mencapai tingkat ekstrem seperti di negara lain, dampaknya tetap signifikan.
Tulisan ini hanya sebagian kecil dari banyak contoh perpecahan yang diakibatkan oleh media sosial. Diperlukan kesadaran dan tindakan bersama untuk mengatasi dampak negatif ini agar media sosial dapat berfungsi sebagai alat yang positif dan mendukung keterbukaan pandangan dalam masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H