Mohon tunggu...
Arifin BeHa
Arifin BeHa Mohon Tunggu... Penulis - Wartawan senior tinggal di Surabaya

Wartawan senior tinggal di Surabaya. Dan penulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

RA Kartini dan Arifin

25 April 2024   12:43 Diperbarui: 25 April 2024   12:57 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak banyak yang tahu sosok Arifin yang namanya dijadikan sebagai nama jalan tersebut. Mengutip dari surakarta.go.id, kisah Arifin berkaitan dengan pendudukan tentara Jepang di Solo pada 1945.

Jalan Arifin di Solo (Dok. pribadi)
Jalan Arifin di Solo (Dok. pribadi)

Saat itu, tentara Kekaisaran Jepang memiliki kesatuan polisi militer bernama Kenpeitai atau Kempeitai. Usai Jepang kalah perang dari Amerika dan sekutunya, upaya perundingan pun dilakukan di Solo pada 12 Oktober 1945.

Perundingan itu terjadi atas inisiasi Ketua Komite Nasional Indonesia, Pimpinan Barisan Rakyat, dan Barisan Keamanan Rakyat (BKR), yang mengutus beberapa wakilnya ke Solo. Delegasi ini menemui Komandan Kempetai Surakarta, Kapten Sato.

Delegasi dari Indonesia ini meminta agar Jepang segera menyerahkan kekuasaannya. Dalam perundingan itu, Kempeitai setuju untuk menyerah dengan syarat penyerahan dilakukan di Tampir, Boyolali. Saat itu, Tampir, Boyolali, memang menjadi pertahanan Jepang.

Keinginan Jepang pun membuat Pimpinan Barisan Rakyat dan Badan Keamanan Rakyat tak puas dan tetap menginginkan penyerahan senjata dilakukan di Surakarta.

Mereka akhirnya nekat menyerbu markas Kempeitai pada malam hari. Penyerbuan itu mengejutkan pihak Jepang yang kalang kabut meladeni pertempuran para pejuang Solo.

Pertempuran yang berlangsung semalaman itu membuat Jepang menyerah pada pagi harinya, 13 Oktober 1945. Dalam pertempuran sengit tersebut, seorang pemuda bernama Arifin gugur dan beberapa lainnya luka-luka.

'Nasi Liwet' kuliner khas Kota Solo (Dok. pribadi)
'Nasi Liwet' kuliner khas Kota Solo (Dok. pribadi)

Pengorbanan Arifin yang gigih bertempur di depan markas Kempeitai pun membuahkan hasil. Oleh teman-teman Arifin, tentara Jepang yang kalah dalam pertempuran tersebut dilucuti senjatanya.

Mereka juga digiring masuk ke penjara Surakarta. Tak lama berselang, pasukan Jepang yang kalah pun dibawa ke Tampir, Boyolali, untuk menghindari aksi balas dendam rakyat Solo. Penyerahan pasukan Jepang yang menyerah pada 13 Oktober 1945 itu menandai berakhirnya kekuasaan Jepang di kawasan Solo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun