"Tidak," jawab Rasul secara spontan. Dengan rasa berat hati Nabi menolak permintaan malaikat.Â
"Aku ingin agar diriku diutus sebagai pembawa rahmat, bukan penyebab azab" lanjutnya. Mereka belum mengerti. Nabi tetap berharap kepada Allah, andaikata saat ini mereka tidak menerima Islam, semoga anak-anaknya kelak beribadah kepada Allah SWT.Â
Menarik dicermati. Apa yang membuat peristiwa di Thaif ini lebih berat dibandikan dengan Perang Uhud? Yang "berat" bagi Rasul adalah ketika wewenang untuk membalas semua tindakan buruk penduduk Thaif itu sudah mutlak ada di tangannya.Â
Ketika kesempatan membalas dendam terbentang di hadapannya, beliau justru mendoakan agar dari keturunan kaum yang ingkar kepadanya, lahir generasi yang taat kepada Tuhannya. Jawaban "tidak" dari Nabi membuktikan kemuliaan Rasulullah.
Tanpa Kekerasan
Dalam kehidupan Nabi Muhammad Saw, Thaif memiliki sejarah penting. Ketika beliau keluar menuju Thaif sebenarnya juga sudah dalam kejaran kaum Quraisy Makkah. Jalan-jalan diblokir, sangat mencekam.
Prihatin terhadap kondisi orang yang tak dikenalnya itu Addas memberikan anggur. Setiap kali hendak memakan buah anggur, Nabi mengucapkan "Bismillah", dan sebelum mengakhiri terucap pula "Alhamdulillah".
Lama-lama Addas heran. Maka terjadilah dialog antara Rasulullah dengan pemuda Addas. Akhirnya, tanpa disertai kekerasan Addas memeluk agama baru yang dibawa Muhammad Saw, yaitu Islam.Â
Maju Pesat
Kini, Thaif perkembangannya maju pesat. Kawasan tersebut menjadi salah satu daerah pertanian terpenting di Arab Saudi, karena hasil buminya melimpah ruah.Â