Mohon tunggu...
Arifin BeHa
Arifin BeHa Mohon Tunggu... Penulis - Wartawan senior tinggal di Surabaya

Wartawan senior tinggal di Surabaya. Dan penulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Dengan Berat Hati Rasulullah Berkata, "Tidak"

21 November 2018   08:12 Diperbarui: 22 November 2018   15:41 3095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kota Thaif | Sumber foto: thespiceofadulting.com

Apakah Arab Saudi identik dengan gurun pasir belaka? Ternyata tidak sepenuhnya benar.

Silakan mengunjungi Kota Thaif. Udaranya nyaman dan sejuk. Posisinya berada di pegunungan. Aneka sayuran, termasuk buah-buahan mencuri pandang sepanjang perjalanan. 

Thaif merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggian mencapai 1.500 meter dari permukaan laut. Jalan darat butuh waktu sekitar 2 jam, atau berjarak sekitar 80 kilometer dari Tanah Suci Makkah

Dalam sejarah Islam, kawasan Thaif banyak meninggalkan kenangan pahit bagi Rasulullah SAW. Ke wilayah yang bersuhu dingin itulah, Rasulullah pernah berhijrah.

Thaif menjadi makmur dan penghasil sayur mayur (atas-kanan). Tempat nabi dilempari batu dibangun dok pribadi
Thaif menjadi makmur dan penghasil sayur mayur (atas-kanan). Tempat nabi dilempari batu dibangun dok pribadi
Ada dua kisah menarik, setidaknya paling saya gemari. Ketika pertama kali mendengarnya, saya sempat meneteskan air mata.

Dalam satu kesempatan Rasulullah sedang bersantai dengan istrinya, Aisyah. Sang istri bertanya, "Wahai Rasul peristiwa apa yang Baginda rasakan paling berat, selain Perang Uhud?"

Seperti sudah sering diceritakan pada Perang Uhud ini paman kesayangan Nabi yang bernama Hamzah telah gugur. Berikutnya, sebanyak 70 sahabat setianya terbunuh. Rasulullah pun lututnya kena perangkap senjata tajam. Isu kematian Nabi merebak, membuat pasukannya tercerai berai.

Kepada Aisyah Nabi bercerita. Dia mendatangi beberapa tokoh masyarakat Thaif untuk mengajak mereka taat kepada Allah. Semuanya menolak. Nabi tidak putus asa. Nabi menyusuri sudut-sudut kota Thaif. Ia mengetuk setiap pintu rumah menawarkan Islam kepada siapa pun yang ditemui.

Usaha Nabi malah menimbulkan masalah baru. Mereka enggan menerima ajakan Nabi. Sebaliknya, mereka beramai-ramai menolak, mengusir, bahkan menyakiti Nabi. Bukan hanya orang tua, anak-anak kecil juga turut serta melempari batu.

Rasulullah Saw pergi dalam keadaan bercucuran darah. Beliau mengaku sempat tak sadar ketika sampai di Qorn Tsa'alib, sebuah lereng gunung Akhsyabain. Ketika siuman Nabi terperanjat oleh kedatangan Malaikat Jibril. Dengan suara menggelegar memenuhi ufuk, Jibril berkata:

"Rabbmu mengetahui apa yang diperbuat oleh penduduk Thaif. Dia mengutus malaikat penjaga gunung siap menunggu perintahmu. Malaikat penjaga gunung minta izinmu akan membalikkan semua gunung yang ada agar menimpa penduduk Thaif binasa"

"Tidak," jawab Rasul secara spontan. Dengan rasa berat hati Nabi menolak permintaan malaikat. 

"Aku ingin agar diriku diutus sebagai pembawa rahmat, bukan penyebab azab" lanjutnya. Mereka belum mengerti. Nabi tetap berharap kepada Allah, andaikata saat ini mereka tidak menerima Islam, semoga anak-anaknya kelak beribadah kepada Allah SWT. 

Menarik dicermati. Apa yang membuat peristiwa di Thaif ini lebih berat dibandikan dengan Perang Uhud? Yang "berat" bagi Rasul adalah ketika wewenang untuk membalas semua tindakan buruk penduduk Thaif itu sudah mutlak ada di tangannya. 

Ketika kesempatan membalas dendam terbentang di hadapannya, beliau justru mendoakan agar dari keturunan kaum yang ingkar kepadanya, lahir generasi yang taat kepada Tuhannya. Jawaban "tidak" dari Nabi membuktikan kemuliaan Rasulullah.

Tanpa Kekerasan

Dalam kehidupan Nabi Muhammad Saw, Thaif memiliki sejarah penting. Ketika beliau keluar menuju Thaif sebenarnya juga sudah dalam kejaran kaum Quraisy Makkah. Jalan-jalan diblokir, sangat mencekam.

Lokasi pertemuan Nabi Muhammad Saw dengan pemuda Addas ditandai bangunan masjid, namannya Masjid Addas (Dokumen Pribadi)
Lokasi pertemuan Nabi Muhammad Saw dengan pemuda Addas ditandai bangunan masjid, namannya Masjid Addas (Dokumen Pribadi)
Setelah lolos dari kepungan tersebut, Rasul beristirahat di kebun milik orang Yahudi. Dalam keadaan lelah ia didatangi seorang budak, namanya Addas.

Prihatin terhadap kondisi orang yang tak dikenalnya itu Addas memberikan anggur. Setiap kali hendak memakan buah anggur, Nabi mengucapkan "Bismillah", dan sebelum mengakhiri terucap pula "Alhamdulillah".

Lama-lama Addas heran. Maka terjadilah dialog antara Rasulullah dengan pemuda Addas. Akhirnya, tanpa disertai kekerasan Addas memeluk agama baru yang dibawa Muhammad Saw, yaitu Islam. 

Maju Pesat

Kini, Thaif perkembangannya maju pesat. Kawasan tersebut menjadi salah satu daerah pertanian terpenting di Arab Saudi, karena hasil buminya melimpah ruah. 

Selain sebagai pemasok sayur-sayuran dan buah-buahan, seperti delima/rumman, daerah ini juga menjadi pemasok bunga. Bahan baku parfum khas Saudi semacam ambar, misik, dan jasmin, banyak dihasilkan dari kawasan ini.

Belakangan, Pemerintah Arab Saudi menggencarkan daerah ini sebagai daerah wisata dan sedang mempersiapkan diri menjadi tempat pendaratan jamaah haji, selain Jeddah dan Madinah.

Untuk itu, berbagai prasarana dan sarana publik saat ini sedang banyak dibangun. Selain itu, sekitar 20 km dari Thaif akan terlihat daerah As-Safa dengan pemandangan bukit yang menghijau. 

Vila-vila milik para amir dan para konglomerat juga banyak bermunculan di daerah As-Safa ini. Atas prakarsa Juliantono Hadi, Kepala Sekolah SMK Dr. Soetomo -Surabaya, saya mengikuti perjalanan napak tilas jejak Nabi dan Rasul bulan Februari-Maret 2018 lalu. Biro Perjalanan Haji dan Umrah PT Manaya Indonesia ternyata dapat memenuhi keinginan para jemaah, selama Umrah dan ziarah ke Masjid Al Aqsha di Palestina.

Pesan Moral

Berdakwah secara lembut dan santun menjadi sebuah keniscayaan Baginda Rasul. Meskipun dilempari batu, diolok-olok, dan dicaci-maki Nabi tak pernah terlihat matanya melotot. Urat lehernya tidak mengejang sebagaimana orang menjerit.

Dua peristiwa sejarah Nabi Muhammad Saw di atas penuh dengan pesan. Kemuliaan dan keteladanan. Berdakwah tanpa kekerasan. Berdakwah dengan keteduhan

Nabi Muhammad Saw datang di muka bumi ini sebagai contoh terbaik. Menjadi suri teladan manusia yang menjunjung tinggi perdamaian. Menebar harmoni bagi sesama umat manusia. 

Momentum Maulid Nabi 2018, umat Islam seharusnya meneladani jejak Rasul dalam membangun peradaban kemanusiaan.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun