Mohon tunggu...
Arifin BeHa
Arifin BeHa Mohon Tunggu... Penulis - Wartawan senior tinggal di Surabaya

Wartawan senior tinggal di Surabaya. Dan penulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bebek Sinjay: Dari Hati, Saling Berbagi

17 Agustus 2017   08:02 Diperbarui: 17 Agustus 2017   15:57 3611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Atas, dari kanan Hadiaman Santoso, M. Goffar. Dua dari kiri Aqua Dwipayana

"Dibuat biografi lebih manfaat" tulis Eddy Santoso, seorang blogger dan web developer, tinggal di Trenggalek.

Berkah Dari Hati

Secara berhati-hati, disertai logat bicara Madura yang  kental, M. Goffar merinci perjalanannya membangun Warung Sinjay menjadi sebuah brand kuliner nasi bebek terkenal.

Semuanya dari bawah. Berawal dari tukang servis sepeda motor, mulai mencoba-coba meracik bumbu nasi bebek, lalu mulai dikenal masyarakat, dan beranjak sukses. Pembangunan jembatan Suramadu yang semula ditujukan mempercepat pembangunan di Pulau Madura, ternyata belum sepenuhnya dapat diharapkan. Di lain pihak bisnis Warung Bebek Sinjay terbukti malah mengangkat pamor ekonomi lokal. Setidaknya saat ini, sepanjang jalan menuju lokasi Bebek Sinjay berdiri ratusan kios usaha. Harga tanah dan rumah melambung tinggi.

Suka dan duka mengiringi sukses Warung Bebek Sinjay.  Ada cerita, Goffar bertemu seseorang mengaku utusan pejabat. Goffar dimintai "setoran" uang sebanyak Rp. 2.000,- setiap satu porsi nasi bebek. Tentu saja Goffar menolak. "Mereka cuma duduk-duduk mendapat uang duaribu rupiah, sementara karyawan saya yang pontang-panting."

Suatu hari Goffar didatangi sahabatnya. Kebiasaan orang Madura, kalau ada tamu datang selalu disambut hangat, termasuk disuguhi nasi bebek. Sahabat ini mengeluarkan uang tunai Rp. 300.000.000,- seraya meminta agar brand Bebek Sinjay diberikan padanya. "Saya mau diduitin. Duitnya ditaruh di atas meja maunya membeli nama Sinjay" kata Goffar.

Sejak itu Goffar menggandeng sanak familinya menjadi mitra usahanya. Dia lebih memilih saudara sendiri, ketimbang membangun jaringan franchise. Apapun namanya usaha selalu mempunyai risiko. Tetapi berbisnis dengan saudara sendiri masih dirasa lebih nyaman.

Anugerah Saling Berbagi

Mendengar dua cerita M. Goffar tadi Aqua Dwipayana tertawa lebar. Aqua menuding Si Om, "Dia Madura juga, Dia ini guru saya" kata Aqua, sambil menunjuk Hadiaman Santoso. Hadiaman orang pertama pada tahun 1988  yang mengajak Aqua menjadi wartawan Suara Indonesia di Malang.

Si Om, kelahiran Pamekasan 70 tahun silam, tiba-tiba bermuka serius. "Dua orang ini -M. Goffar dan Aqua Dwipayana, punya kesamaan. Keduanya, sama-sama ikhlas" ujar Hadiaman. Goffar anak desa. Dia rela meninggalkan bangku sekolah asalkan adik-adiknya bisa mengenyam pendidikan yang lebih baik. Sedangkan Aqua, meninggalkan Pematang Siantar, Sumatera Utara demi menuntaskan cita-citanya di pulau jawa. Setelah sukses kuliah hingga meraih pascasarjana, Aqua menjadi dosen di Seskoal, Seskoad, Seskoau, Sesko TNI, Sespimti dan motivator di sejumlah BUMN.

"Orang Madura punya anggapan, pendidikan formal itu mahal, sehingga kalau ada orang Madura rela tidak bersekolah, itu pengorbanan luar bisa." cetus Si Om.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun