Mohon tunggu...
Arif
Arif Mohon Tunggu... Dosen - Bersahabat dengan Bersahaja

Tukang Baca

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Relaksasi PSBB, Ancaman atau Peluang?

4 Mei 2020   11:43 Diperbarui: 4 Mei 2020   11:56 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemerintah melalui Menko polhukam Mahfud Md mewacanakan dilakukan relaksasi atau pelonggaran terhadap PSBB. Hal ini dilakukan setelah melihat banyaknya keluhan masyarakat akibat diberlakukannya PSBB.

Masyarkat tidak dapat bergerak bebas terutama dalam bidang ekonomi. Tanpa pendapatan masyarakat akan semakin sulit dalam mejalani kehidupannya. Relaksasi ini tetap memperhatikan standar-standar yang telah ditetapkan oleh WHO. 

Rencana ini mendapatkan penolakn dari berbagai unsur masyarakat, salah satunya adalah Ketua DPR RI Bambang Soesatyo yang akrab dipanggil Bamsoet. Menurut Bamsoet pelaksanaan  relaksasi (pelonggaran) PSBB sebaiknya tidak dilakukan dulu sebelum penyebaran covid-19 dapat dikendalikan (m.cnnindonesia: 4 Mei 2020).

Saya pun bertanya-tanya, apakah relaksasi sudah layak  dilakukan? Kalupun dilakukan maka apa dasar pertimbangannya, selain bidang ekonomi? Jika dilaksanakan maka ancaman dan peluangnya akan seperti apa? 

Khusus bidang kesehatan apa pertimbangannya? sebelum kita masuk pada pembahasan saya ingin menunjukkan grafik perkembangan covid-19 di indonesia yang saya bagi menjadi 1o hari terakhir di bulan April dan 3 hari awal di bulam Mei. Setelah teman-teman melihat dan menganalisanya maka kesimpulan dapat dibuat masing-masing berdasarkan pertimbangannya masing-masing. 

JUMLAH KASUS

Pergerakan grafik covid-19 di Indonesia mulai tanggal 20 April sampai dengan 3 Mei 2020 menunjukkan trend yang meningkat, setiap hari selalu ada penambahan kasus covid-19 baru. Diawali tanggal 20 April dengan 6760 kasus dan meningkat pada tanggal 3 Mei dengan 11192 kasus. 

Jika dibuat 10 hari terakhir dibulan April maka ada penambahan kasus sebanyak  3358 kasus baru. jika dipersentasekan maka ada kenaikan sebesar 49,67%. Kenaikan lebih dari 3000 kasus baru bukanlah angka yang sedikit termasuk angka yang mengkhawatirkan. 

Jika dirata-ratakan maka setiap hari jumlah kasus sebanyak 9682. Perkiraan saya terjadinya perlambatan/menurunnya penyebaran virus ini dikarenakan faktor diberlakukannya PSBB oleh pemerintah dan dipatuhi oleh masyarakat.

PASIEN SEMBUH 

Pasien sembuh terus mengalami kenaikan ini membuktikan bahwa pemerintah lebih siap lagi dalam menghadapi wabah ini. Alat-alat kesehatan makin banyak didatangkan termasuk APD bagi dokter, tenga medis dan pihak-pihak lain yang terlibat di dalamnya. 

Jumlah pasien sembuh pada tanggal 20 April sebanyak 747 orang dan meningkat pada tanggal 3 Mei sebanyak 1876 orang. Tanggal 20 sd 30 April ada tambahan pasien sembuh sebanyak 775 orang atau naik sebesar 103,75%. 

Tanggal 1 sd 3 Mei ada peningkatan pasien sembuh sebanyak 285 orang atau naik sebesar 17,91%. Paisen sembuh jika dirata-ratakan dari tanggal 20 April sampai dengan 3 Mei maka pasien sembuh setiap hari sebanyak 1255 orang.

PASIEN MENINGGAL

Pasien meninggal dunia akibat covid-19 pada tanggal 20 April sebanyak 590 orang, kemudian pada tanggal 3 Mei meningkat menjadi 845 pasien meninggal 10 hari terakhir di bulan April ada penambahan korban meninggal sebanyak 202 orang atau sebesar 34,24%. 

Kemudian pada tanggal 1 sd tanggal 3 Mei ada penambahan lagi sebanyak 45 korban meninggal sehingga total korban meninggal menjadi 845 orang. Naik sebesar 5,63%. Tanggal 2 Mei ada penambahan pasien meninggal sebanyak 31 orang atau 3,88%. Kemudian pada tanggal 3 Mei penambahan korban meninggal sebanyak 14 orang (1,68%) Jika dirata-ratakan maka setiap hari ada korban meninggal sebesar 2,78%.

Dari penjelasan grafik di atas yang secara umum menunjukkan bahwa setiap hari masih ada penambahan pasien covid-19 maka menurut saya relaksasi PSBB belum saatnya diterapkan. Tunggulah saat yang tepat dimana jika grafik telah menunjukkan pergerakan yang datar yang menunjukkan bahwa tidak ada lagi tambahan pasien covid-19 baru. 

Gerakan datar tersebut berjalan selama kurang lebih 2 Minggu maka bolehlah pemerintah melakukan relaksasi terhadap PSBB ini. Terhadap keadaan ekonomi pemerintah terus membantu penyaluran bantuan-bantuan sosial yang telah dilaksanakan. Perbaiki sistem distribusi dan pertegas lagi pihak-pihak yang mendapatkannya. 

Update terus terhadap individu-individu yang menerima bantuan tersebut. Jangan sungkan, nama penerima bansos di umumkan di setiap RT agar sesama warga dapat saling melakukan kotrol sosial terhadap data penerima tersebut. 

Jika sudah tepat maka dilanjutkan, namun jika tidak tepat maka diperbaiki lagi berdasarkan informasi dari warga RT setempat. Warga RTlah yang lebih tau kondisi disekitar rumahnya, bukan orang kelurahan, kecamatan atau walikota/bupati. Percayakan apada warga RT yang lebih tau kondisi untuk menyalurkannya secara terbuka tanpa harus ditutup-tutupi dari warganya.

Jika relaksasi dilaksanakan maka acaman bagi kesehatan jelas akan terlihat, korban covid-19 akan meningkat pesat ditambah lagi dengan musim mudik sebentar lagi. Ancaman ekonomi juga jelas, pemerintah dan masyarakat sama-sama akan kehilangan mata rantai pendapatan yang akan berujung pada lemahnya nilai konsumsi keluarga. 

Keadaan hidup yang keras bisa berdampak pada masalah baru, khusunya masalah kriminal. Orang lapar secara alamiah akan melakukan tindakan apapun untuk dapat mengisi perut, jika dia memilih langkah yang salah maka angka kejahatan akan naik. 

Lalu peluang apa yang akan didapat oleh pemerintah dan masyarakat jika PSBB dilonggarkan pelaksanaannya? Pelaku ekonomi akan kembali melaksanakan kegiatan ekonominya dan peluang pendapatan untuk menghidupi keluarga juga akan berputar positif. 

Namun tidak serta merta keadaan akan berbalik 100% seperti keadaan semula sebelum datangnya wabah covid-19 ini. Yang terjadi adalah akan perlahan-lahan berputar sampai keadaan yang diharapkan yakni negara benar-benar bebas dari wabah ini.

Sederhananya begini, Jika negara mengutamakan kesehatan dengan mengeyampingkan ekonomi, maka PSBB tetap dilaksanan dan bila perlu diperketat lagi dengan pertimbangan penyebaran covid-19 akan benar-benar putus. 

Jika negara mengutamakan ekonomi/ pendapatan, maka PSBB dilonggarkan dan bila perlu ditiadakan saja, maka peluang bertambahnya korban covid-19 akan semakin besar bertambah. Keadaan tersebut akan secara otomatis membuat masyarakat menjalani kehidupan dengan penuh kehati-hatian kemudian akan timbul saling curiga satu sama lainnya. 

Jika negara ingin kesehatan dan ekonomi berjalan seimbang maka relaksasi dilakukan dengan tetap berpedoman pada standar kesehatan yang telah ditetapkan WHO seperti selalu memakai masker, selalu cuci tangan setelah melakukan aktivitas diluar rumah, atau bila perlu setiap masyarakat yang akan beraktivitas diwajibkan memakai APD selayaknya seperti yang dipakai dokter dan tenaga medis. 

Nyamankah anda dengan berpakain seperti itu hanya untuk pergi membeli makan? :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun