Simalakama, maju-kena-mundur-pun-kena. Tak heran saat itu tidak ada yang berani melewati kampung ini.
Bang Doli melanjutkan kisahnya. “Mas arif pernah melihat langsung ledakan? Saya pernah mas. Jaraknya kira-kira kayak (kita) ini dengan yang di depan”, seraya menunjuk mobil bak pengangkut sapi kurban THK Dompet Dhuafa yang kini hanya berjarak kisaran 50-80 meter saja.
Narasi konflik bersenjata Aceh yang dulu hanya bisa saya baca di literatur perkuliahan, kini sangat dekat saya rasakan. Bayangan kontak senjata antara kombatan GAM dengan prajurit TNI yang ketat bak film Saving Private Ryan, karya klasik gubahan sutradara Steven Spielberg menjadi referensi saya dalam membayangkan kondisi Aceh saat itu. Tak sadar, saya bergidik cukup hebat.
***
Kini, damai telah menyambangi bumi Aceh. Dini hari kami menelusuri gampong-gampong di pelosok Langsa tanpa perasaan was-was sedikit pun. Distribusi sapi-sapi THK dengan bobot berkisar antara 270-370 kg pun bisa dengan aman saya lewati.
Dini hari itu, satu-per-satu kami mengetuk rumah-rumah pak gechik menyampaikan amanah donatur kurban THK Dompet Dhuafa untuk disalurkan kepada warga yang membutuhkan. Tak sedikit gechik dan imam masjid yang berdecak kagum dengan ukuran lembu – begitu masyarakat Aceh menyebut sapi – dari THK Dompet Dhuafa.