Mohon tunggu...
Arif GilangDwi
Arif GilangDwi Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia

Penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Buat Bapak

8 Agustus 2019   20:55 Diperbarui: 8 Agustus 2019   20:58 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jangan terbang terlalu tinggi !

"Sayapmu kan terbakar mentari !"

Ah, Bapak. Tenanglah !

Tak ada yang perlu kau takuti

Ya, aku tahu

Pasti kau takut tak bisa lagi mengantarku

Ke dalam lelap tidurku

Ah, Bapak. Tenanglah !

Aku sudah hafal semua alur dongengmu

Biar kurapal sendiri semuanya ;

Demi malam !

Ah, sudahlah, Bapak !

Malam selalu punya ruang sendiri

Untuk kita menyeduh cinta

Aku ingin kita duduk di bangku tua 

Di bawah remang rembulan

Diiringi nyanyian-nyanyian sunyi

Yang dilantunkan gelap pada kekasihnya

Mari duduk, Bapak !

Kita tertawakan kegelapan !

Kita rengkuh ketakutan !

Kita cumbu mesra para pecinta

Di kamar kos. Di hotel

Di toilet. Di semak-semak

Di manapun !

Ya, demi kesucian, Bapak

Tapi, mungkin malam ini agak dingin, Bapak

Kabut yang membisikiku, tadi

Tapi biarlah, Bapak

Biarkan dingin menyelimuti kita

Dan kita tertawakan rasa yang beku !

Mari, Bapak !

Biar kupapah kau berdiri

Kita petik hangat mentari

Kita taruh tepat di jantung malam !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun