"Jangan terbang terlalu tinggi !
"Sayapmu kan terbakar mentari !"
Ah, Bapak. Tenanglah !
Tak ada yang perlu kau takuti
Ya, aku tahu
Pasti kau takut tak bisa lagi mengantarku
Ke dalam lelap tidurku
Ah, Bapak. Tenanglah !
Aku sudah hafal semua alur dongengmu
Biar kurapal sendiri semuanya ;
Demi malam !
Ah, sudahlah, Bapak !
Malam selalu punya ruang sendiri
Untuk kita menyeduh cinta
Aku ingin kita duduk di bangku tuaÂ
Di bawah remang rembulan
Diiringi nyanyian-nyanyian sunyi
Yang dilantunkan gelap pada kekasihnya
Mari duduk, Bapak !
Kita tertawakan kegelapan !
Kita rengkuh ketakutan !
Kita cumbu mesra para pecinta
Di kamar kos. Di hotel
Di toilet. Di semak-semak
Di manapun !
Ya, demi kesucian, Bapak
Tapi, mungkin malam ini agak dingin, Bapak
Kabut yang membisikiku, tadi
Tapi biarlah, Bapak
Biarkan dingin menyelimuti kita
Dan kita tertawakan rasa yang beku !
Mari, Bapak !
Biar kupapah kau berdiri
Kita petik hangat mentari
Kita taruh tepat di jantung malam !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H