Hoax? Apa perasaan anda ketika membaca informasi hoax?Â
Manakah yang lebih baik, menjadi pembuat berita hoax atau menjadi korbannya?
Percaya atau tidak, hampir setiap hari bahkan mungkin dalam rentang hitungan menit, pengguna teknologi komunikasi selalu mengakses informasi. Konsumen dunia maya yang tidak hanya dari kalangan orang tua dan dewasa tetapi juga merambah ke kalangan anak-anak khususnya para pelajar, tampak begitu antusias mengutak-atik alat komunikasi mereka.Â
Apalagi didukung oleh berbagai aplikasi sosial media yang semakin variatif, kreatif, atraktif dan agresif dalam mengelola informasi. Aplikasi-aplikasi tersebut kemudian menjadi candu bagi mereka untuk terus intim dengan alat komunikasinya. Terasa gatal jika jari belum meraba layar dan terasa perih jika mata belum melihat dan membaca kata.Â
Di manapun, kapanpun dan dalam situasi apapun, selalu ada celah dan kesempatan untuk terus mengakses informasi. Sehingga, fenomena ini menjadi sebuah habit kekinian. Mungkin beberapa dari mereka akan mengatakan, "Bukan kids jaman now namanya kalau masih kudet info-info di sosmed."
Karakter pelajar di era digital, umumnya sangat senang berbagi informasi. Entah didasari oleh kebutuhan atau hanya sekedar demam latah yang memborok. Rasa senang berbagi informasi ini yang kemudian memunculkan rasa puas jika berhasil menjadi orang pertama peng-update informasi.Â
Ditambah lagi dengan semakin mudahnya memiliki alat komunikasi dan teknologi digital yang kian mumpuni, sehingga peredaran informasi semakin sulit dibendung. Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara menyebutkan sedikitnya 170 juta masyarakat Indonesia memiliki satu smartphone. Hal ini menjadi salah satu faktor pelengkap masalah-masalah yang telah dikemukakan di atas.
Bagi seorang Pendidik, perkembangan teknologi komunikasi merupakan suatu kemajuan yang positif. Sebab, kebutuhan akan informasi terkini yang mampu didapatkan dengan singkat sangatlah diperlukan. Informasi-informasi tersebut sangat berguna sebagai acuan atau sumber pengembangan komunikasi verbal kepada peserta didik.Â
Namun pada kenyataannya arus informasi yang begitu deras berseliweran di dunia maya, seringnya tidak terfiltrasi dengan baik. Jika tidak bijak dalam menyikapinya, maka dikhawatirkan sang pendidik sendiri ikut terjebak dalam arus lingkaran penyebar informasi yang tidak valid. Karena, ketidakbenaran sebuah informasi yang dikontruksi dengan berbagai macam pengembangannya baik yang disengaja maupun tidak disengaja, dapat disimpulkan sebagai informasi hoax atau berita bohong.
Hoax merupakan usaha untuk menipu para penikmat informasi. Padahal sang pembuat informasi tersebut sadar dan tahu bahwa informasi yang ia buat merupakan informasi yang tidak benar.Â
Oleh karena itu, seorang Pendidik harus mampu menangkal informasi hoax tersebut dengan cara mengenali ciri-cirinya serta menyikapinya dengan bijak.