Mohon tunggu...
Arifatun Nurus Saadah
Arifatun Nurus Saadah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi membaca dan memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Belajar Humanisme dan Penerapannya dalam Pembelajaran

10 Juni 2024   15:50 Diperbarui: 10 Juni 2024   15:54 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A. Teori Belajar humanisme

Teori belajar humanisme menekankan pada pengembangan tubuh dan pikiran untuk meningkatkan pertumbuhan individu secara menyeluruh. Pembelajaran dianggap sebagai upaya menguasai pengetahuan guna membentuk kepribadian. Menurut humanisme, manusia memiliki kendali atas kehidupan dan perilakunya, dengan tujuan belajar untuk membantu individu mencapai potensi maksimal mereka. Pembelajaran berfokus pada peserta didik dengan pendidik sebagai pendorong, mendorong pemikiran induktif, partisipasi aktif, dan pemahaman diri. Keberhasilan pembelajaran humanistik tercermin dalam kenyamanan, semangat, dan perkembangan positif peserta didik dalam berpikir dan perilaku.

B. Tujuan Aliran Humanisme

Berdasarkan pandangan aliran humanisme, tujuan utama pendidikan adalah untuk memaksimalkan potensi individu dan mencapai pemenuhan diri. Aliran ini menyoroti pentingnya pengalaman pribadi, perasaan, dan motivasi internal dalam proses belajar. Beberapa tujuan pendidikan menurut aliran humanisme mencakup:

1. Pengembangan Potensi Individu: Mengajak individu untuk mengembangkan bakat, minat, dan potensi unik mereka.

2. Pemenuhan Diri: Membantu individu mencapai tingkat perkembangan pribadi tertinggi dan kesadaran diri.

3. Pembelajaran yang Bermakna: Menekankan pada pengalaman belajar yang relevan dan bermakna bagi individu.

4. Kemandirian: Mengarahkan siswa untuk menjadi pembelajar yang mandiri, mampu berinisiatif dan bertanggung jawab atas proses belajar mereka sendiri.

5. Pembelajaran Holistik: Menghargai dan mengakui aspek emosional, sosial, dan spiritual dari individu dalam proses belajar.

6. Penghargaan atas Kebebasan dan Pilihan: Memberikan kebebasan kepada siswa untuk membuat pilihan dalam belajar dan menghormati otonomi mereka.

Tujuan pembelajaran humanisme adalah untuk menghargai kemanusiaan. Kesuksesan pembelajaran tercapai pada masa pelajar memiliki kesadaran terhadap lingkungan serta diri mereka sendiri. Teori ini fokus pada gaya belajar individu, dengan pendidik bertugas mengarahkan peserta didik menuju pembelajaran yang efektif.

C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Humanistik

1. Kelebihan Teori Humanisme 

 Menurut Asri Budiningsih dalam Sulaiman, kelebihan teori humanisme adalah seperti berikut ini :

a. Bahan pelajaran yang bertujuan membentuk sifat-sifat, kesadaran moral, mengubah sikap, dan menganalisis fenomena sosial sesuai dengan teori ini.

b. Aliran humanisme menyebutkan bahwa setiap individu memiliki kemampuan dan keinginan untuk berkembang serta mempercayai pengaruh faktor-faktor genetik dan lingkungan.

c. Pencapaian penerapan ini ditandai dengan kegembiraan, inisiatif belajar, dan pergeseran dalam paradigma mental, perilaku, dan sikap yang timbul dari kemauan yang dimiliki oleh peserta didik secara individu.

d. Peserta didik diinginkan untuk menjadi individu yang mandiri, bertanggung jawab, dan tidak terikat pada opini seseorang yang tidak melanggar norma atau etika yang ditegakkan.

e. Aliran humanisme menolak sikap pesimis, karena individu dalam aliran ini cenderung optimis.

f. Teori Humanisme sangat membimbing bagi pendidik untuk mengerti dimensi luas belajar, memandu upaya pembelajaran untuk mencapai tujuan, dan memahami hakikat kejiwaan manusia.

2. Kekurangan Teori Humanisme

Menurut Asri Budiningsih menyatakan bahwa kekurangan teori humanisme adalah:

a. Jika peserta didik tidak mau mengenali potensi mereka sendiri, mereka akan tertinggal dalam belajar.

b. Memberikan terlalu banyak kebebasan kepada peserta didik.

c. Teori humanisme dianggap terlalu optimis dengan ketidaktauan dan kegagalan yang mengakomodasi sisi negatif dari sifat manusia secara menyeluruh. Teori ini sulit diuji, mirip dengan teori psikodinamik.

d. Beragam gagasan dalam psikologi humanisme, seperti aktualisasi diri, masih bersifat kabur dan subjektif.

e. Beberapa kritikus meragukan konsep ini sepenuhnya mencerminkan nilai dan idelialisme Maslow

f. Psikologi humanisme cenderung memihak pada nilai-nilai individualistik.

g. Kritik terhadap teori humanisme karena sulit diterapkan dalam konteks praktis, lebih condong ke dalam ranah filsafat daripada pendidikan.

D. Ciri-Ciri Teori Belajar Humanisme

Teori belajar humanisme memiliki beberapa ciri utama. Pertama, fokusnya pada pembelajaran sebagai kesempatan bagi individu untuk menjelajahi diri dan memperdalam pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Kedua, integrasi antara aspek kognitif dan afektif dalam proses belajar, mengakui pentingnya kedua aspek ini. Ketiga, penekanan pada pemahaman dan pengetahuan, sambil memperhatikan sikap dan perilaku yang positif dalam pembelajaran. Keempat, perhatian terhadap keunikan sikap dan kepribadian setiap individu dalam proses belajar. Terakhir, teori ini tidak mencoba mengatur atau mengendalikan proses belajar secara universal, melainkan menghargai gaya belajar khas dari setiap individu.

E. Prinsip Teori Pembelajaran Humanisme

Prinsip-prinsip pembelajaran humanisme dalam pendidikan menekankan pendekatan yang manusiawi dalam membentuk individu yang peduli terhadap sesama dan mengoptimalkan pengembangan potensi pribadi. Pertama, siswa diberi kebebasan dalam memilih materi pembelajaran agar relevan dengan kebutuhan dan minat mereka. Kedua, tujuan pendidikan harus membangkitkan motivasi belajar siswa dan memberikan pemahaman tentang proses belajar itu sendiri. Ketiga, penilaian lebih difokuskan pada evaluasi diri daripada penilaian numerik, dengan menolak ujian objektif. Keempat, pentingnya mengintegrasikan aspek emosional dan kognitif dalam pembelajaran. Kelima, perlunya menciptakan lingkungan belajar yang aman dan bebas dari tekanan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Terakhir, penekanan pada pembelajaran mandiri, di mana siswa didorong untuk menjadi independen dan bertanggung jawab atas proses pembelajaran mereka sendiri.

F. Pembelajaran Menurut Humanistic Bloom dan Krathwool

Pandangan Bloom dan Krathwohl terhadap pembelajaran dalam aliran humanis lebih menitikberatkan pada hal-hal yang harus dipahami dan tujuan itu dipegang oleh individu sebagai prioritas pembelajaran, setelah proses belajar. Mereka merangkum tujuan pembelajaran ke dalam tiga kawasan yang dikenal sebagai Taksonomi Bloom, yang telah memotivasi banyak ahli pendidikan yang mengembangkan teori dan praktik pembelajaran.

Taksonomi Bloom telah menjadi alat penting bagi pendidik dan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan cara yang mudah dimengerti. Di Indonesia, taksonomi Bloom sudah umum diketahui dan sangat populer di kalangan pendidikan. Secara ringkas, taksonomi Bloom terdiri dari tiga tingkat utama: domain kognitif, domain psikomotorik, dan domain afektif. Domain kognitif melibatkan enam tingkat, mulai dari pengetahuan hingga evaluasi. Domain psikomotorik memiliki lima tingkat, dari peniruan hingga naturalisasi. Sedangkan domain afektif mencakup lima tingkat, dari pengenalan hingga pengamalan.

G. Pembelajaran Menurut Aliran Humanistic Honey Dan Munford 

Honey dan Mumford mengemukakan pandangan tentang pembelajaran humanis yang sejalan dengan teori Kolb tentang tahapan pembelajaran. Mereka mengklasifikasikan individu ke dalam empat kategori: aktivis, reflektor, teoretis, dan pragmatis. Aktivis menyukai keterlibatan dan partisipasi dalam berbagai aktivitas, meskipun kurang mempertimbangkan dengan cermat sebelum bertindak. Reflektor, sebaliknya, cenderung berhati-hati dan mempertimbangkan baik buruk sebelum mengambil keputusan. Kelompok teoretis sangat kritis, menggunakan penalaran rasional, dan kurang memperhatikan opini subjektif. Sedangkan kelompok pragmatis lebih fokus pada praktikalitas dan menganggap sesuatu bermanfaat jika dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

H. Pembelajaran Menurut Aliran Humanistic Bloom Dan Hubermas

Bloom dan Habermas memandang bahwa proses belajar terjadi saat individu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, baik itu lingkungan alam maupun sosial, yang keduanya saling terkait. Mereka mengklasifikasikan tiga tipe pembelajaran. Pertama, belajar teknis, yang berkaitan dengan cara individu berinteraksi dengan lingkungan alamnya dengan tepat. Kedua, belajar praktis, yang menekankan hubungan individu dengan masyarakat sekitarnya, serta pentingnya pemahaman dan keahlian dalam merawat lingkungan alam yang tidak terpisahkan dari kebutuhan manusia. Ketiga, belajar emansipatoris, yang bertujuan mendorong pemahaman dan kesadaran individu tentang potensi perubahan budaya dalam lingkungan sosial. Ini mencakup pemahaman, keterampilan, dan sikap yang memfasilitasi perubahan budaya, dianggap sebagai fase pembelajaran yang paling tinggi karena merupakan sasaran utama pendidikan yang paling mulia.

I. Pembelajaran Menurut Aliran Humanistic Carl Roger

Rogers menyampaikan lima aspek kunci dalam pembelajaran humanistik. Pertama, keinginan untuk belajar timbul dari dorongan alami manusia untuk mengeksplorasi dunia di sekitarnya. Kedua, belajar memiliki makna saat peserta didik menentukan aktivitas yang bermanfaat baginya. Ketiga, belajar tanpa hukuman memungkinkan ekspresi tanpa rasa takut, sehingga peserta didik dapat bereksperimen dan menemukan hal baru. Keempat, belajar mandiri menunjukkan motivasi intrinsik yang tinggi dalam mengarahkan diri sendiri dan membuat keputusan. Kelima, belajar melibatkan adaptasi terhadap perubahan yang terus-menerus. Menurut Rogers, tujuan pembelajaran adalah membantu peserta didik mencapai pemahaman diri sesuai dengan kemampuan dan keunikan mereka. Teori humanistik Rogers menunjukkan pandangan optimis terhadap manusia, dengan keyakinan bahwa manusia memiliki kemampuan alami untuk tumbuh dan berkembang. Teori ini sejalan dengan pandangan humanisme yang menekankan pentingnya nilai-nilai manusia serta harga diri, kehormatan, dan kemampuan individu untuk mencapai potensi mereka.

J. Pembelajaran Menurut Aliran Humanistic Abraham Maslow

Abraham Maslow menjelaskan tentang konsep hirarki kebutuhan yang membentang dari yang paling dasar hingga tertinggi, memudahkan pendidik memahami siswa dan menciptakan lingkungan belajar yang efektif. Hirarki ini terdiri dari lima tingkatan, dimulai dari kebutuhan fisiologis hingga aktualisasi diri. Setelah memenuhi kebutuhan fisiologis dan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan kasih sayang menjadi penting, dipengaruhi oleh faktor emosional dari keluarga dan lingkungan sekolah. Kebutuhan untuk dihargai melibatkan penghargaan dari orang lain dan dukungan sosial, yang memiliki dampak positif terhadap harga diri individu. Tahap tertinggi adalah aktualisasi diri, yang melibatkan peningkatan potensi dan keterampilan individu untuk mencapai perilaku yang baik, serta penerimaan baik diri sendiri maupun orang lain. Menurut Maslow, ketika individu berhasil mengaktualisasikan diri dengan baik, mereka akan mampu menerima baik diri sendiri maupun orang lain.

K. Pembelajaran Menurut Aliran Kalb

Kalb, seorang ahli dalam aliran humanistik, membagi proses pembelajaran menjadi empat tahap. Tahap pertama, pengalaman konkret, merupakan awal dari proses belajar di mana individu merespons peristiwa tanpa pemahaman yang mendalam. Tahap kedua, pengamatan aktif dan reflektif, melibatkan individu dalam merenungkan situasi yang mereka alami, mulai mencari jawaban, dan mempertimbangkan pertanyaan tentang kejadian tersebut. Pada tahap konseptualisasi, yang ketiga, individu mulai merumuskan abstraksi dan mengembangkan teori, konsep, atau prinsip mengenai objek perhatiannya. Terakhir, pada tahap eksperimen aktif, individu mampu menerapkan konsep-konsep dan teori dalam situasi praktis, menggunakan pengetahuan mereka secara efektif untuk mengatasi masalah.

Kolb menjelaskan bahwa tahap-tahap belajar membentuk siklus yang berkelanjutan dan terjadi tanpa disadari oleh individu yang sedang belajar. Meskipun secara teoritis tahap-tahap belajar bisa dibedakan, namun dalam praktiknya seringkali sulit untuk menentukan kapan tepatnya individu berpindah dari satu tahap ke tahap berikutnya.

L. Penerapan Teori Humanisme dalam Pembelajaran

Dalam menerapkan teori pembelajaran humanistik, persiapan yang matang diperlukan. Langkah-langkahnya mencakup menetapkan tujuan pembelajaran, mengidentifikasi kemampuan peserta didik, memilih topik yang menarik, menyiapkan fasilitas belajar yang efektif, memberikan bimbingan untuk memahami pengalaman pembelajaran, dan melakukan evaluasi berkala selama proses pembelajaran. Dengan memahami pendekatan kognitif dan afektif, pendidik dapat mencapai perubahan yang positif dalam hasil belajar dan sikap peserta didik.

M. Kesimpulan

Teori pembelajaran humanistik merupakan pendekatan yang berfokus pada pertumbuhan jasmani dan rohani individu melalui pembelajaran. Pendidikan dalam konteks ini bertujuan untuk membantu individu mencapai potensi maksimal mereka dengan memahami diri dan lingkungan. Pembelajaran humanistik menekankan pada kesadaran diri dan lingkungan, serta pengembangan kepribadian yang lebih manusiawi. Meskipun memiliki kelebihan seperti fokus pada pembentukan kepribadian dan moralitas, serta inspirasi untuk belajar, teori ini juga memiliki kelemahan, termasuk ketidakmampuan beberapa peserta didik untuk mengakui potensi mereka dan pemberian terlalu banyak kebebasan. Ciri-ciri teori ini mencakup penekanan pada eksplorasi diri, integrasi aspek kognitif dan afektif dalam pembelajaran, serta pengakuan bahwa setiap individu memiliki cara belajar yang unik. Pendekatan humanistik dalam pembelajaran mengutamakan peserta didik sebagai entitas utuh, dengan fokus pada pengembangan kepribadian dan pertumbuhan positif. Pandangan-pandangan dari berbagai tokoh, seperti Bloom, Krathwohl, Rogers, dan Maslow, menyoroti pentingnya aspek-aspek ini dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam menerapkan teori pembelajaran humanistik, persiapan yang matang dan pemahaman mendalam tentang pendekatan pembelajaran kognitif dan afektif sangat penting. Dengan demikian, kesimpulan menyiratkan bahwa teori humanistik memainkan peran penting dalam membentuk lingkungan pembelajaran yang inklusif dan mendukung pertumbuhan positif individu.

N. Referensi

Sumantri, Budi Agus, and Nurul Ahmad. Teori Belajar humanistik dan Implikasinya terhadap pembelajaran pendidikan agama islam. Fondatia 3.2 (2019): 1-18.

Ekawati, M., & Yarni, N. (2019). belajar berdasarkan aliran psikologi humanistik dan implikasi pada proses belajar pembelajaran. Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran (JRPP), 2(2), 266-269.

Nauval, Sevilla. Teori belajar humanistik: pengertian dan implementasinya. https://www.gramedia.com/literasi/teori-belajar-humanistik/

Masdar, M. A. J. Teori belajar humanisme dan pendidikan islam.

Nast, T. P. J., & Yarni, N. (2019). Teori Belajar Menurut Aliran Psikologi Humanistik Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran. Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran (JRPP), 2(2), 270-275.

PERNI, Ni Nyoman. Penerapan Teori Belajar Humanistik dalam Pembelajaran. Adi Widya: Jurnal Pendidikan Dasar, 2018, 3.2: 105-113.

Dina, F ara isnani. Teori belajar humanistik Abraham maslow dan carl Rogers serta implikasinya dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.(Vol. VIII No.2, Th. 2019)

Aiman, Ghiyats, Ahmad Arifi, Maryono. Persepektif Humanistic Abraham Maslow Untuk Menumbuhkan Kararter Siswa Di Sekolah Menengah Atas. Jurnal Pendidikan Islam Dan Multikulturalisme. Vol. 4,No 3 (2022): 349-358

Thabori, Gamal."Teori Belajar Humanistik : Pengertian, Ciri, Tujuan & Prinsip". https://serup

a.id/teori-belajar-humanistik-pengertian-ciri-tujuan-prinsip/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun