Mohon tunggu...
AArdi
AArdi Mohon Tunggu... Buruh - buruh

menulis dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kutukan Buku Tua

16 Juli 2024   06:24 Diperbarui: 16 Juli 2024   06:39 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dengan nyala api yang membakar buku terkutuk tersebut, makhluk jahat mengeluarkan jeritan terakhirnya sebelum lenyap dalam kepulan asap. Kutukan itu akhirnya terangkat, dan kedamaian pun kembali. Namun, Lena tiba-tiba terjatuh. Wajahnya pucat, dan ia kesulitan bernapas.

"Lena, apa yang terjadi?" teriak Edo panik.

Lena tersenyum lemah. "Aku tahu ini akan terjadi,"ujar Lena pendek.

Air mata mengalir di wajah Edo dan Dwi saat mereka menyaksikan Lena menghembuskan nafas terakhirnya

Keesokan harinya, di koran kampus, muncul berita mengejutkan. Lena, yang selama ini dikenal sebagai mahasiswa dengan pengetahuan tentang okultisme, ternyata memiliki hubungan darah dengan penyihir jahat itu Dalam artikel tersebut terungkap bahwa nenek moyangnya adalah saudara dari penyihir yang dihukum mati

Edo dan Dwi membaca artikel itu dengan perasaan campur aduk. Mereka menyadari bahwa meskipun kutukan buku itu telah dihentikan, misteri dan bahaya dari masa lalu Lena masih mengintai di bayang-bayang. Mereka bertanya-tanya apakah mereka benar-benar telah terbebas dari kutukan, atau jika ada lebih banyak rahasia gelap yang menunggu untuk terungkap. . Mereka tidak tahu bahwa Lena telah mengetahui kutukan tersebut sejak awal dan sebenarnya berusaha membalas dendam atas kematian nenek moyangnya dengan mengarahkan Edo untuk menemukan buku itu.

"Edo, apakah kita benar-benar tahu siapa Lena sebenarnya?" tanya Dwi dengan wajah penuh kekhawatiran.

"Tidak, kita tidak pernah tahu sepenuhnya siapa dia," jawab Edo dengan tatapan kosong. "Tapi kita belajar bahwa kebenaran terkadang lebih menakutkan daripada fiksi."

"Dalam setiap manusia, ada sisi gelap yang kadang tidak kita sadari," lanjut Dwi. "Mungkin Lena hanya korban dari nasib yang tak bisa ia kendalikan."

Edo mengangguk. "Ya, dan mungkin kita semua, pada suatu titik, harus menghadapi kegelapan dalam diri kita sendiri. Yang penting adalah bagaimana kita memilih untuk menghadapinya."

Dwi menatap langit yang mulai gelap. "Hidup ini penuh dengan pilihan yang sulit, dan kadang kita harus membayar harga yang mahal. Lena sudah pergi, tapi kita harus melanjutkan hidup kita dengan belajar dari apa yang telah terjadi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun