Hari demi hari, ketegangan antara Iksan dan Wida semakin memuncak. Wida merasa dipermalukan di depan teman-temannya karena nilainya tidak keluar. Dia sering kali mengeluh ke orang tuanya, berharap bisa menekan Iksan untuk memberikan nilai yang lebih baik.
Suatu pagi, saat Iksan sedang mengajar, Wida masuk ke kelas dengan wajah penuh amarah. Tanpa basa-basi, dia menginterupsi pelajaran.
"Pak Iksan, saya ingin tahu kenapa nilai saya belum keluar sampai sekarang!" serunya di depan kelas.
Iksan menatap Wida dengan tenang. "Wida, saya sudah memberi penjelasan. Nilai adalah hasil dari usaha dan kerja keras. Anda tidak menunjukkan itu di ujian."
Wida mengepalkan tangannya. "Anda pikir Anda siapa? Saya bisa membuat Anda dipecat kapan saja!"