Bonus demografi jadi semakin populer sejak istilah ini muncul dalam debat cawapres antara Yusuf Kalla dan Hatta Rajasa pada musim pemilu bulan April lalu. Pasca debat cawapres waktu itu, bonus demografi jadi trending topic dimana-mana. Mulai di fb, twitter, kompasiana, blog pribadi, surat kabar semuanya berlomba-lomba membuat posting soal bonus demografi. Masyarakat awam yang tadinya tidak begitu paham atau mungkin malah belum pernah mendengar tentang istilah bonus demografi jadi ikutan "kepo" ingin lebih tau, apa sih maksudnya bonus demografi itu?
Bonus demografi adalah bonus atau peluang yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialaminya. Di Indonesia fenomena ini terjadi karena proses transisi demografi yang berkembang sejak beberapa tahun lalu dan dipercepat oleh keberhasilan negara kita dalam menurunkan tingkat fertilitas, meningkatkan kualitas kesehatan dan suksesnya program-program pembangunan sejak era Orde Baru hingga sekarang. Kondisi ini jika dibuat gambar piramida penduduk bentuknya sudah bukan seperti segitiga piramid lagi, tapi menggembung ditengah dengan bentuk seperti ini :
Kondisi semacam ini menguntungkan, karena dengan demikian beban ketergantungan atau dukungan ekonomi yang harus diberikan oleh penduduk usia produktif kepada penduduk usia anak-anak (di bawah 15 tahun) dan tua (di atas 64 tahun) menjadi lebih ringan. Bonus Demografi akan dinikmati Indonesia pada rentang waktu tahun 2015-2035. Momen ini merupakan momen yang sangat langka dan jarang terjadi pada suatu negara.
Yang namanya bonus, biasanya punya image tentang sesuatu yang positif dan menguntungkan. Misalnya main game dapat bonus poin, kerja dapat bonus gaji tambahan, ikut undian dapat bonus hadiah mobil dan lain sebagainya. Kata Bonus ini memang sangat menggiurkan, begitu pula dengan Bonus Demografi ini. Sebagai suatu kondisi yang sangat jarang terjadi, sudah seharusnya pemerintah Indonesia bisa memanfaatkan bonus demografi yang akan didapatkan pada tahun 2015-2035 dengan bijak. Semestinya hal ini bisa ditangkap sebagai peluang yang menguntungkan serta benar-benar dimanfaatkan untuk mendorong kemajuan pembangunan dalam segala bidang.
Kembali ke soal bonus yang punya image positif, apabila bonus tidak dikelola dengan baik maka bonus tersebut bisa jadi malah membawa petaka bagi penerimanya. Sebagai contoh misalnya kita dapat bonus tambahan gaji sebesar 10 juta. Jika kita tidak punya perencanaan anggaran yang jelas maka kita akan bingung mau digunakan untuk apa bonus tersebut. Bisa jadi bonus tersebut hanya akan terbuang percuma karena habis digunakan untuk belanja konsumtif dan tidak memberikan efek peningkatan kesejahteraan bagi kita. Alih-alih bisa sejahtera, peluang terjadinya hutang mungkin saja terjadi jika kita terlalu larut dalam kesenangan belanja konsumtif hingga over budget.
Begitu pula dengan bonus demografi yang akan didapatkan Indonesia pada beberapa tahun ke depan. Dengan besarnya jumlah penduduk usia produktif, apabila tidak ada langkah-langkah persiapan dan perencanaan yang dilakukan dari sekarang bisa jadi bonus demografi di masa mendatang malah akan jadi bencana besar bagi negara kita.
Usia produktif adalah rentang usia antara 15 - 64 tahun. Rentang usia ini dianggap produktif karena pada usia ini seseorang dianggap mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Selain produktif dalam urusan pekerjaan, rentang usia ini juga termasuk usia produktif dalam urusan berkembang biak. Dalam rentang usia ini setiap pasangan usia subur punya kemungkinan untuk melahirkan anak-anak yang mereka dambakan dalam jumlah yang besar.
Menurut survey, komposisi demografi penduduk Indonesia saat ini juga ditandai dengan banyaknya penduduk yang berusia di antara 15 – 34 tahun, 34,47% atau hampir 82 juta penduduk Indonesia berada di rentang usia ini. Jumlah anak muda yang sedemikian besar ini merupakan sumber daya yang potensial bagi peningkatan pembangunan, namun juga bisa jadi masalah manakala keberadaan mereka tidak dimbangi dengan kualitas pegetahuan dan skill pribadi yang memadai.
Kenapa Bonus Demografi bisa berpotensi jadi malapetaka bagi Indonesia?
Pada tahun 2013 yang lalu penderita HIV/AIDS di Indonesia telah menembus angka ribuan dalam kurun waktu kurang dari enam bulan. Kementerian Kesehatan mencatat pada semester pertama 2013 dari Januari hingga Juni terdapat 1.996 jumlah infeksi baru HIV/AIDS pada kelompok usia 15-24 tahun di Indonesia. Jumlah tersebut sudah lebih dari separuh jumlah infeksi baru HIV/AIDS usia 15-24 tahun yang tercatat di Kemenkes pada sepanjang 2012 silam yakni 3.661 kasus. Sementara pendataan yang sama turut menyebutkan 77% penyebab penularan HIV/AIDS tersebut yakni kasus hubungan seks tidak aman pada heteroseksual sisanya melalui jarum suntik, hubungan sesama jenis, dan lain sebagainya. HIV/AIDS merupakan penyakit yang penularannya terutama melalui proses pertukaran cairan tubuh seperti hubungan seksual dengan penderita HIV. Tabunya permasalahan seksual di Indonesia menyebabkan minim bahkan ketiadaan pendidikan seksual bagi anak-anak dan remaja sehingga penularan baru HIV/AIDS di kelompok usia 15-24 tahun jadi semakin tinggi.
Semakin besarnya jumlah penduduk usia muda pada tahun 2015 nanti bisa jadi akan semakin meningkatkan resiko terjadinya penularan HIV/AIDS di kalangan remaja. Semakin banyaknya jumlah remaja di Indonesia akan sangat mempengaruhi trend pergaulan antar sesama remaja. Apalagi saat ini trend pergaulan bebas dan penggunaan narkoba di kalangan remaja juga makin marak. Jika para remaja tidak dibekali dengan pengetahuan komprehensif mengenai pencegahan HIV/AIDS saya khawatir bisa-bisa jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia akan bertambah dengan cepat. Hal ini harus segera dicegah dan ditanggulangi dari sekarang agar tidak menimbulkan masalah yang semakin besar di kemudian hari.
Selain masalah resiko penyebaran HIV/AIDS yang makin meluas dikalangan remaja, resiko terjadinya ledakan penduduk juga sangat perlu diwaspadai. Apalagi saat ini mulai muncul lagi trend di kalangan keluarga muda untuk memiliki banyak anak. Saya sendiri punya beberapa teman yang memiliki anak berjumlah 4, 5, 6, 7 dan mereka masih ingin menambah lagi jumlah anak mereka. Secara ekonomi teman-teman saya ini memang tergolong mampu dan memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi bahkan ada yang berprofesi sebagai dokter. Memang sih, tidak ada larangan untuk punya banyak anak. Apalagi mereka juga sangat mampu memberikan pengasuhan yang berkualitas bagi anak-anak mereka. Namun mari kita bayangkan jika semua keluarga mulai senang memiliki banyak anak seperti era jaman dulu. Tentu ledakan penduduk akan kembali terjadi dan ledakannya pun semakin besar. Padahal sumber daya alam yang ada saat ini jumlahnya makin terbatas. Contohnya seperti ketersediaan minyak bumi yang makin menipis. Tak hanya minyak bumi, air bersih saja kini mulai sulit didapatkan di beberapa daerah. Bahkan diramalkan pada tahun 2025 bisa saja terjadi yang namanya krisis air bersih di Indonesia. Ledakan jumlah penduduk yang tidak terkendali dikhawatirkan bisa memunculkan masalah bencana kelaparan, kekeringan, kerusakan alam yang semakin parah dan lain sebagainya.
Bonus Demografi jika tidak dikelola dengan baik juga bisa memunculkan masalah pengangguran yang melimpah. Apabila jumlah ketersediaan angkatan kerja tidak sebanding dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja maka keberadaan masyarakat usia produktif ini justru malah akan jadi beban yang memberatkan perekonomian negara. Selain itu jumlah penduduk lanjut usia juga akan semakin bertambah sehingga beban ketergantungan juga meningkat. Jika hal ini sampai terjadi, bisa-bisa bonus demografi yang diterima Indonesia malah akan menjadikan kemunduran ekonomi bukannya kemajuan ekonomi.
Apa yang harusnya dilakukan pemerintah agar bonus demografi benar-benar bisa jadi bonus yang menguntungkan?
Jika kita biasa bermain game, pasti kita sudah sangat akrab dengan istilah bonus dan jackpot. Tentunya disini istilah jackpot jangan dikonotasikan negatif ya, memang istilah ini banyak digunakan dalam permainan poker. Namun dalam tulisan ini yang ingin saya tekankan adalah jackpot yang mengandung arti sebagai suatu hadiah besar yang tak terduga.
Bonus demografi yang akan didapatkan Indonesia pada beberapa tahun ke depan merupakan "hadiah" yang jika dikelola dengan baik maka bonus ini bisa menghasilkan bonus-bonus lain yang lebih besar seperti percepatan pembangunan ekonomi, peningkatan Human Development Index dan sangat memungkinkan apabila bonus demografi tersebut juga bisa mendorong Indonesia lebih cepat berkembang jadi negara maju. Inilah yang saya maksud dengan jackpot dari bonus demografi.
Bonus demografi tidak secara otomatis bisa menjadi sumberdaya pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan. Beberapa persyaratan harus terpenuhi yaitu: penduduk harus berkualitas, terserap dalam pasar kerja, meningkatnya tabungan di tingkat rumahtangga serta meningkatnya perempuan yang masuk dalam pasar kerja. Keempat persyaratan tersebut selayaknya menjadi perhatian pemerintah. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan IPTEK serta penguatan daya saing perekonomian juga wajib dilakukan. Sehingga pemerintah sudah semestinya melakukan perencanaan dan persiapan yang matang dalam mengelola bonus demografi ini. Bukan hanya menjadi tanggung jawab BKKBN saja namun upaya ini perlu kerjasama dan koordinasi yang baik dari seluruh lintas sektor instansi pemerintah.
1. Penduduk Harus Berkualitas
Dalam upaya meningkatkan kualitas SDM, maka sektor pendidikan merupakan sektor yang memegang peran yang sangat penting. Kualitas SDM tak hanya ditekankan pada kualitas akademis saja, namun kualitas moral, mental dan akhlak juga harus mendapatkan perhatian besar. Metode pendidikan anak usia dini dan smart parenting yang kini mulai marak seharusnya bisa dimanfaatkan dengan baik sehingga trend pendidikan positif ini bisa menjangkau seluruh masyarakat Indonesia.
Proses pendidikan tak hanya melulu dilakukan di sekolah-sekolah. Keluarga seharusnya bisa menjadi pondasi dasar yang kuat untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak dan remaja sehingga keluarga bisa berfungsi sebagai lembaga yang melahirkan generasi-generasi penerus yang lebih berkualitas.
Konseling pra nikah, pemberian pemahaman tentang perawatan dan pendidikan anak usia dini, edukasi gizi bagi anak dan wanita, perencanaan kehamilan dengan kontrasepsi seharusnya menjadi materi wajib yang diberikan pada para pasangan calon pengantin. Hal ini bisa dilakukan apabila ada koordinasi yang baik antara BKKBN, Kementrian Agama dan Kementrian Kesehatan.
Dalam hal peningkatan pemahaman terkait kesehatan reproduksi remaja, BKKBN juga perlu mengoptimalkan kolaborasinya dengan kementrian kesehatan. Setahu saya BKKBN punya program BKR (Bina Keluarga Remaja) sementara kementrian kesehatan juga punya program yang namanya PKPR (Program Kesehatan Perduli Remaja). Kedua program ini seharusnya tidak berjalan sendiri- sendiri, namun sumber dana dan sumber daya yang ada bisa dikolaborasikan dengan baik sehingga hasil kegiatannya bisa lebih nyata di masyarakat.
Sektor kesehatan juga perlu bekerjasama dengan sektor pendidikan agar informasi komprehensif tentang pencegahan HIV/AIDS bisa mencakup semua remaja di sekolah. Tak hanya ditingkat sekolah, pemberian pemahaman yang benar terkait masalah ini juga perlu di lakukan di tingkat desa dengan menggandeng karang taruna. Peningkatan Pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS pada remaja juga merupakan salah satu indikator yang harus di capai Indonesia dalam MDGS 2015.
2. Penyerapan Tenaga Kerja yang Meningkat
Meningkatnya jumlah masyarakat usia produktif tentunya harus diimbangi dengan penyiapan lapangan kerja yang memadai. Namun sumber daya alam kita yang makin terbatas serta jumlah angkatan kerja yang semakin besar dapat menciptakan kondisi dimana tidak mungkin jika semuanya bisa terserap jadi pegawai negeri atau pegawai swasta. Untuk itu dibutuhkan sebuah model pendidikan yang bisa merangsang kreativitas dan mendorong lahirnya generasi muda yang memiliki jiwa dan semangat enterpreuner. Ekonomi kreatif yang saat ini juga sedang jadi trending topic harus benar-benar mendapat perhatian yang serius dari pemerintah sehingga hal tersebut bisa dijadikan alternatif baru dalam rangka meningkatkan penyerapan tenaga kerja di Indonesia.
3. Meningkatnya Tabungan di Tingkat Rumah Tangga
Tahun 2015 - 2035 sudah selayaknya dijadikan rentang waktu untuk meningkatkan investasi. Melimpahnya jumlah penduduk usia produktif harus didorong untuk menjadi masyarakat yang gemar menabung. Angka Melek Finansial masyarakat harus ditingkatkan dengan cara memberikan pendidikan dan pemahaman tentang pengelolaan finansial sejak dini. Sayangnya hingga saat ini angka melek finansial di Indonesia masih rendah. Hasil survei PT Visa World Wide Indonesia mengenai Barometer Global Financial Literacy 2012 menyatakan Indonesia berada dalam peringkat ke-26 dari 28 negara di Asia. Hal ini secara nyata bisa dilihat di masyarakat kita, karena kebanyakan dari kita masih kurang tertarik apabila ditawari untuk berinvestasi atau membeli asuransi. Namun sebaliknya jika ditawari kredit dengan angsuran murah untuk keperluan konsumstif maka kita akan berbondong-bondong mangambilnya.
Meningkatnya jumlah masyarakat usia produktif sebagai bonus demografi seharusnya dibarengi dengan dorongan untuk lebih banyak berinvestasi. Apabila dalam rentang waktu tahun 2015-2035 jumlah investasi masyarakat meningkat maka tentunya masyarakat sendiri yang akan menikmati hasil akhirnya yaitu berupa kemandirian finansial. Saat usia tua menghampiri, beban ketergantungan dapat dikurangi karena tabungan dan investasi telah disiapkan jauh-jauh hari sejak usia masih produktif.
4. Meningkatnya Jumlah perempuan yang masuk dalam Pasar Kerja
Perempuan harus diberi kesempatan yang besar untuk bisa masuk dalam dunia kerja. Tidak seperti jaman dulu dimana perempuan hanya di tuntut untuk hamil dan merawat anak di rumah sehingga kehilangan kesempatan untuk bekerja. Perempuan bekerja bukan berarti mengabaikan pengasuhan anak di rumah. Siapa bilang jika perempuan bekerja maka anaknya akan jadi tidak terurus. Masalahnya sebenarnya lebih terletak pada manajemen waktu serta jumlah anak yang dimiliki. Jika seorang perempuan memiliki anak yang banyak tentu bebannya akan semakin berat jika ia ingin bekerja di luar rumah, sebaliknya jika hanya memiliki 1 atau 2 anak saja tentunya ia jadi tidak terlalu repot bila memilih untuk bekerja di luar rumah.
Sehingga disinilah pentingnya peningkatan kampanye program KB. Selain dalam rangka menekan laju pertumbuhan penduduk, Program KB juga dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada perempuan agar bisa masuk dalam pasar kerja.
Dalam rangka meningkatkan jumlah akseptor KB, sosialisasi dan pemberian pemahaman yang benar tentang penggunaan alat kontrasepsi yang sesuai bagi pasangan usia subur perlu terus dilakukan. Pola-pola penyuluhan dan sosialisasi model lama harusnya mulai ditingkatkan dengan upaya yang lebih menarik dan inovatif.
Saya tertarik dengan hal yang telah dilakukan oleh dr. Hasto Wardoyo,SPoG(K) selaku Bupati Kulonprogo dalam rangka meningkatkan jumlah akseptor KB Metode Operasi Pria (MOP) atau vasektomi di wilayah kerjanya. Dr. Hasto mengatakan bahwa di Kabupaten Kulonprogo angka partisipasi KB dengan metode MOP saat ini cukup tinggi, dan ini merupakan sebuah prestasi yang patut dibanggakan. Menurut dr. Hasto, rahasia kesuksesan MOP di Kulon Progo adalah karena adanya program inovasi yang dilakukan oleh Bupati dalam rangka mendorong minat kaum pria untuk mau KB dengan metode MOP. Program inovasi tersebut berupa pemberian hadiah 1 ekor kambing bagi masyarakat yang bersedia KB secara MOP. Hasilnya banyak masyarakat yang kemudian tertarik untuk mendaftar MOP. Secara perhitungan biaya, dana yang dibutuhkan untuk memberi hadiah kambing ini jumlahnya juga hampir sama dengan anggaran dana yang dibutuhkan untuk sosialisasi dan penyadaran masyarakat agar mau ikut KB MOP. Namun secara hasil, program pemberian hadiah kambing ternyata lebih mendorong peningkatan partisipasi MOP jika dibandingkan dengan program sosialisasi yang sudah dilakukan selama ini. Kenapa kambing yang dipilih sebagai hadiah? Karena kambing bisa digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan cara diternakkan. Sehingga harapan untuk bisa menekan laju pertumbuhan penduduk dan peningkatan ekonomi di Kulonprogo bisa tercapai melalui program inovatif ini.
Inovasi yang dilakukan oleh Bupati Kulon Progo ini berhasil mengantarkan Kabupaten Kulon Progo meraih Prestasi bidang kependudukan dan Keluarga Berencana (KB) dari Presiden RI berupa Penghargaan Manggala Karya Kencana (MKK). Penghargaan ini memang diberikan kepada kepala daerah maupun tokoh masyarakat yang mempunyai kepedulian dan peran menonjol dalam mendukung program KB nasional dan ini bisa dijadikan contoh bagi para kepala daerah di seluruh Indonesia untuk bisa berinovasi sesuai dengan situasi dan kondisi di wilayah kerja masing-masing.
Inovasi yang telah dilakukan oleh Bupati Kulon Progo tersebut juga dapat mendorong kesadaran kaum pria untuk ikut berpartisipasi aktif dalam program KB, sehingga urusan KB tidak hanya melulu dibebankan pada kaum perempuan saja.
5. Pengembangan Kemampuan IPTEK
Saat ini terdapat hampir 82 juta penduduk Indonesia yang berada pada rentang usia antara 15-34 tahun. Kondisi ini merupakan potensi bagi pengembangan kemampuan IPTEK di Indonesia. Para Remaja identik dengan minat IPTEK yang tinggi, seperti penguasaan teknologi informasi dan internet yang semakin meluas seperti saat ini. Pemerintah hendaknya tanggap dengan situasi saat ini sehingga program-program pemerintah yang menjadikan kelompok remaja sebagai sasarannya hendaknya juga mengoptimalkan penggunaan teknologi informasi dan internet yang dewasa ini semakin mudah di akses oleh para remaja kita.
Tak hanya remaja di perkotaan saja, para remaja di desa juga memiliki hak yang sama untuk dapat mengakses perkembangan IPTEK sehingga sarana dan prasarana juga harus disiapkan secara merata sehingga seluruh masyarakat Indonesia bisa melek teknologi dan melek internet.
6. Penguatan Daya saing Ekonomi
Tahun 2015 dicanangkan sebagai awal dimulainya komunitas ASEAN. Secara ekonomi Indonesia juga dituntut untuk siap menjadi bagian dari Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Sehingga diperlukan penguatan daya saing ekonomi yang mantap supaya kita tidak kalah bersaing dengan negara tetangga. Sudah seharusnya jika dalam MEA nanti, Indonesia mampu jadi tuan rumah di negeri sendiri. Jangan sampai perekonomian kita kalah karena dibanjiri oleh produk-produk luar negeri yang masuk ke negara kita. Kemampuan bahasa asing wajib dikuasai oleh para pelaku ekonomi baik industri skala kecil maupun menengah semua harus dipersiapkan sejak dini demi menghadapi persaingan di era komunitas ASEAN. Bonus Demografi yang dimiliki Indonesia hendaknya dimanfaatkan secara optimal dalam rangka menyongsong komunitas ASEAN di tahun 2015 nanti.
Bonus Demografi seharusnya menjadi isu bersama. Jumlah dan komposisi penduduk merupakan data dasar yang harus selalu dijadikan acuan dalam menyusun rencana program pembangunan di semua sektor. Proyeksi penduduk yang menggambarkan bagaimana komposisi penduduk Indonesia di masa mendatang ini hendaknya dijadikan sebagai cetak biru bagi setiap instansi pemerintah dalam menyusun rencana kegiatan di sektor masing-masing.
Di era otonomi daerah seperti sekarang komitmen para kepala daerah memegang peran penting dalam rangka mengendalikan laju pertumbuhan penduduk di daerahnya masing-masing. Sudah semestinya jika perencanaan yang dilakukan di masing-masing daerah tetap mengacu pada visi misi yang ditetapkan oleh pemerintah pusat sehingga jalannya program dan kegiatan dari setiap daerah bisa seiring sejalan. Inovasi-inovasi tetap mungkin untuk dilaksanakan namun jangan sampai menyimpang terlalu jauh dari visi misi yang ditetapkan ditingkat pusat.
BKKBN mempunyai visi yakni “Penduduk Tumbuh Seimbang 2015″ dan misi yaitu “Mewujudkan Pembangunan yang Berwawasan Kependudukan dan Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera”. Sebagai masyarakat kitapun dapat berperan serta secara aktif dalam rangka membantu pemerintah mewujudkan visi misi tersebut. Semua pihak baik itu pemerintah maupun masyarakat harus memahami tentang isu bonus demografi sehingga semua pihak bisa bergerak bersama dalam menyiapkan diri hingga pada akhirnya nanti bonus demografi yang kita terima bisa jadi bonus yang menghasilkan jackpot berupa percepatan pembangunan ekonomi dan mengantarkan Indonesia tumbuh menjadi negara maju di masa mendatang.
Sumber Referensi :
1. http://www.bkkbn.go.id/ViewSekapurSirih.aspx?SekapurSirihID=23
3. http://www.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx?BeritaID=2006
4. http://health.kompas.com/read/2014/01/24/0944493/Fakta.HIV/AIDS.Ini.Wajib.Diketahui.Remaja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H