Mohon tunggu...
arifah wulansari
arifah wulansari Mohon Tunggu... Administrasi - lifestyle blogger

Menulis untuk belajar. Kunjungi blog saya di www.arifahwulansari.com

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Agar Bonus Demografi Jadi Bonus yang Menghasilkan Jackpot

6 Oktober 2014   04:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:14 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semakin besarnya jumlah penduduk usia muda pada tahun 2015 nanti bisa jadi akan semakin meningkatkan resiko terjadinya penularan HIV/AIDS di kalangan remaja. Semakin banyaknya jumlah remaja di Indonesia akan sangat mempengaruhi trend pergaulan antar sesama remaja. Apalagi saat ini trend pergaulan bebas dan penggunaan narkoba di kalangan remaja juga makin marak. Jika para remaja tidak dibekali dengan pengetahuan komprehensif mengenai pencegahan HIV/AIDS saya khawatir bisa-bisa jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia akan bertambah dengan cepat. Hal ini harus segera dicegah dan ditanggulangi dari sekarang agar tidak menimbulkan masalah yang semakin besar di kemudian hari.

Selain masalah resiko penyebaran HIV/AIDS yang makin meluas dikalangan remaja, resiko terjadinya ledakan penduduk juga sangat perlu diwaspadai. Apalagi saat ini mulai muncul lagi trend di kalangan keluarga muda untuk memiliki banyak anak. Saya sendiri punya beberapa teman yang memiliki anak berjumlah 4, 5, 6, 7 dan mereka masih ingin menambah lagi jumlah anak mereka. Secara ekonomi teman-teman saya ini memang tergolong mampu dan memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi bahkan ada yang berprofesi sebagai dokter. Memang sih, tidak ada larangan untuk punya banyak anak. Apalagi mereka juga sangat mampu memberikan pengasuhan yang berkualitas bagi anak-anak mereka. Namun mari kita bayangkan jika semua keluarga mulai senang memiliki banyak anak seperti era jaman dulu. Tentu ledakan penduduk akan kembali terjadi dan ledakannya pun semakin besar. Padahal sumber daya alam yang ada saat ini jumlahnya makin terbatas. Contohnya seperti ketersediaan minyak bumi yang makin menipis. Tak hanya minyak bumi, air bersih saja kini mulai sulit didapatkan di beberapa daerah. Bahkan diramalkan pada tahun 2025 bisa saja terjadi yang namanya krisis air bersih di Indonesia. Ledakan jumlah penduduk yang tidak terkendali dikhawatirkan bisa memunculkan masalah bencana kelaparan, kekeringan, kerusakan alam yang semakin parah dan lain sebagainya.

Bonus Demografi jika tidak dikelola dengan baik juga bisa memunculkan masalah pengangguran yang melimpah. Apabila jumlah ketersediaan angkatan kerja tidak sebanding dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja maka keberadaan masyarakat usia produktif ini justru malah akan jadi beban yang memberatkan perekonomian negara. Selain itu jumlah penduduk lanjut usia juga akan semakin bertambah sehingga beban ketergantungan juga meningkat. Jika hal ini sampai terjadi, bisa-bisa bonus demografi yang diterima Indonesia malah akan menjadikan kemunduran ekonomi bukannya kemajuan ekonomi.

Apa yang harusnya dilakukan pemerintah agar bonus demografi benar-benar bisa jadi bonus yang menguntungkan?

Jika kita biasa bermain game, pasti kita sudah sangat akrab dengan istilah bonus dan jackpot. Tentunya disini istilah jackpot jangan dikonotasikan negatif ya, memang istilah ini banyak digunakan dalam permainan poker. Namun dalam tulisan ini yang ingin saya tekankan adalah jackpot yang mengandung arti sebagai suatu hadiah besar yang tak terduga.

Bonus demografi yang akan didapatkan Indonesia pada beberapa tahun ke depan merupakan "hadiah" yang jika dikelola dengan baik maka bonus ini bisa menghasilkan bonus-bonus lain yang lebih besar seperti percepatan pembangunan ekonomi, peningkatan Human Development Index dan sangat memungkinkan apabila bonus demografi tersebut juga bisa mendorong Indonesia lebih cepat berkembang jadi negara maju. Inilah yang saya maksud dengan jackpot dari bonus demografi.


Bonus demografi tidak secara otomatis bisa menjadi sumberdaya pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan. Beberapa persyaratan harus terpenuhi yaitu:  penduduk harus berkualitas, terserap dalam pasar kerja, meningkatnya tabungan di tingkat rumahtangga serta meningkatnya perempuan yang masuk dalam pasar kerja. Keempat persyaratan tersebut selayaknya  menjadi perhatian pemerintah. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan IPTEK serta penguatan daya saing perekonomian juga wajib dilakukan. Sehingga pemerintah sudah semestinya melakukan perencanaan dan persiapan yang matang dalam mengelola bonus demografi ini. Bukan hanya menjadi tanggung jawab BKKBN saja namun upaya ini perlu kerjasama dan koordinasi yang baik dari seluruh lintas sektor instansi pemerintah.

1. Penduduk Harus Berkualitas

Dalam upaya meningkatkan kualitas SDM, maka sektor pendidikan merupakan sektor yang memegang peran yang sangat penting. Kualitas SDM tak hanya ditekankan pada kualitas akademis saja, namun kualitas moral, mental dan akhlak juga harus mendapatkan perhatian besar. Metode pendidikan anak usia dini dan smart parenting yang kini mulai marak seharusnya bisa dimanfaatkan dengan baik sehingga trend pendidikan positif ini bisa menjangkau seluruh masyarakat Indonesia.

Proses pendidikan tak hanya melulu dilakukan di sekolah-sekolah. Keluarga seharusnya bisa menjadi pondasi dasar yang kuat untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak dan remaja sehingga keluarga bisa berfungsi sebagai lembaga yang melahirkan generasi-generasi penerus yang lebih berkualitas.

Konseling pra nikah, pemberian pemahaman tentang perawatan dan pendidikan anak usia dini, edukasi gizi bagi anak dan wanita, perencanaan kehamilan dengan kontrasepsi seharusnya menjadi materi wajib yang diberikan pada para pasangan calon pengantin. Hal ini bisa dilakukan apabila ada koordinasi yang baik antara BKKBN, Kementrian Agama dan Kementrian Kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun