Mohon tunggu...
Arifah Nurma Zulaida
Arifah Nurma Zulaida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi dan Antropologi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi dan Antropologi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Antisosial Akibat Pandemi Covid-19

30 Oktober 2021   19:26 Diperbarui: 30 Oktober 2021   19:47 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Padahal, interaksi dengan individu lain sangat diperlukan untuk membangun kepercayaan, meningkatkan rasa peduli antar individu, dan membangun relasi atau hubungan antar individu.

Seseorang atau individu yang mengalami antisosial, dalam hal ini mereka akan kesulitan dan merasa sangat tidak nyaman apabila berkumpul disuatu tempat dengan individu lainya. Rasa canggung dan tidak percaya diri selalu membebani dalam aktivitasnya di luar rumah. 

Mereka akan mudah mengalami stres ketika merasa tertekan dengan keadaan lingkungan sekitar yang sulit bagi mereka untuk beradaptasi. Ternyata antisosial yang mereka alami tidak hanya berpengaruh terhadap kondisi kesehatan mental mereka, kesehatan fisik mereka juga akan mudah terganggu .

University of Chicago melakukan penelitian di mana mereka memeriksa sampel setiap urin dan darah dari 141 partisipan, yang sebelumnya mereka telah diteliti oleh penelitian lain. Mereka sebelumnya disurvei tiap tahun mengenai isolasi sosial dan tingkat kesepian yang dialami. 

Para peneliti kemudian mengemukakan bahwa kesepian atau kesendirian yang tinggi  mempunyai tingkat norepinefrin, yang artinya berguna untuk mengubah jumlah sel darah putih di dalam sistem tubuh. Tingkat norepinerfin yang tinggi inilah yang menjadikan mereka mudah terkena flu, infeksi, dan lainya akibat penurunan daya tahan tubuh.

Pada siapa problematika ini bisa dialami? Dalam kasus ini anak usia remaja yang biasanya beraktivitas di sekolah dan bermain bersama teman-temanya, mereka terpaksa berada di dalam rumah dalam waktu yang tak menentu. Berbagai kegiatan yang seharusnya mereka lakukan di luar rumah terpaksa diberhentikan. 

Awalnya mereka berharap pandemi dapat segera berahir agar mereka bisa kembali bertemu dengan teman-temanya dan melakukan kegiatan belajar mengajar secara langsung. Namun lantaran pandemi yang tak kunjung usai mereka mulai terbiasa melakukan berbagai aktivitasnya seperti belajar dan bermain di dalam rumah. Banyak waktu mereka pakai untuk bermain media sosial untuk mengisi kebosanan.

Satu tahun lebih para remaja tersebut diharuskan belajar dari rumah, pertemuan dengan teman-temanya pun hanya dilakukan secara virtual. 

Sebagian besar dari mereka merasa kurang nyaman dan ingin segera kembali melakukan pembelajaran secara tatap muka, biasanya hal ini terjadi pada seseorang dengan kepribadian ekstrovert karena mereka mudah beradaptasi dan suka berinteraksi dengan banyak orang. 

Namun, sebagaian ada juga yang sudah nyaman melakukam pembelajaran di rumah dan enggan untuk kembali melakukan pembelajaran tatap muka, hal inilah yang dialami seseorang dengan kepribadian introvert yang lebih suka menyendiri.

Mereka yang enggan jika pembelajaran dilaksakan secara tatap muka disebabkan oleh berbagai faktor, sebagian dari pelajar tersebut bisa saja meraskan kurang percaya diri apabila bertemu dengan teman-temanya. Terlalu lama membatasi interaksi menjadikan mereka tak nyaman berada di lingkungan yang ramai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun