"Permisi Bu, saya izin ke ruang guru sebentar." Seperti biasa Adelia minta izin kepada guru pendamping kelas untuk memenuhi panggilan.
"Iya, silahkan," jawab guru pendamping kelas.
"Enak ya jadi Adelia, sering tidak mengikuti pelajaran," bisik Salma, salah satu murid perempuan yang duduk di kursi paling belakang.
"Iya, hampir setiap hari dia izin keluar kelas," sahut murid lainnya yang duduk sebangku dengan Salma.
"Biar bagaimanapun dia salah satu kebanggaan sekolah, sering menang dalam beberapa perlombaan mewakili sekolah," sanggah murid lainnya yang diam-diam menaruh hati padanya.
"Selain itu dia juga bendahara umum OSIS. Pasti sibuk, mengurus ini dan itu."
Beberapa murid merasa iri dan tidak menyukai Adelia, tetapi tidak sedikit yang mendukungnya. Tidak hanya di kalangan siswa, di ruang guru pun ada gunjingan-gunjingan terkait Adelia yang sibuk dengan kegiatan-kegiatan selain pembelajaran di dalam di kelas.
 "Adelia lagi, apa tidak ada waktu lain, setiap di tengah jam pelajaran selalu dipanggil keluar kelas," cetus salah satu guru.
"Mungkin ada kepentingan mendesak Pak. Lagipula, dia banyak berjuang demi nama baik sekolah kita, dan pastinya demi mengembangkan skill dia," jelas guru yang lain.
"Tapi mengikuti pelajaran itu juga penting, kalau begini caranya, bagaimana dia bisa menyerap semua materi pelajaran?" gumam Salma.
Menjadi Adelia memang tak mudah. Semua yang ia lakukan menuai pro dan kontra. Beberapa guru yang sangat fanatik dengan pelajaran, sebagian lain sangat mendukung murid untuk mengembangkan skill, dan ada pula yang senang muridnya aktif di organisasi. Tentu satu sama lain memiliki pendapat masing-masing. Namun, bagi Adelia semua itu hanyalah bumbu-bumbu dalam proses yang akan menjadikan masakannya semakin  nikmat.