Salah satu akar masalahnya adalah perbedaan nilai antara generasi. Generasi sebelumnya cenderung memegang teguh tradisi dan formalitas, sementara generasi sekarang lebih egaliter dan menuntut kesetaraan. Dalam survei Gallup (2023), 67% generasi muda menyatakan bahwa penghormatan harus didasarkan pada sikap, bukan usia. Pandangan ini sering kali disalahartikan sebagai ketidaksopanan oleh generasi yang lebih tua.
Solusi untuk Memperbaiki Krisis Etika
Mengkritik tanpa solusi tidak akan membawa perubahan. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil:
1. Keluarga sebagai Pondasi Utama
Orang tua harus memberikan teladan yang baik. Jika ingin anak-anak sopan, orang tua juga harus menunjukkan kesopanan dalam interaksi sehari-hari. Luangkan waktu untuk berbicara, bukan hanya memerintah.
2. Pendidikan Karakter di Sekolah
Sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilai etika dalam kegiatan belajar. Tidak hanya teori, tetapi praktik langsung melalui kegiatan sosial dan pembelajaran berbasis pengalaman.
3. Penggunaan Teknologi Secara Bijak
Generasi muda harus diajarkan bahwa teknologi adalah alat, bukan pengganti komunikasi manusia. Pengawasan dan pengelolaan waktu layar sangat penting untuk menghindari dampak negatif media sosial.
4. Dialog Antar-Generasi
Daripada saling menyalahkan, generasi muda dan tua perlu berdialog untuk memahami perspektif masing-masing. Dengan cara ini, jarak antargenerasi bisa dijembatani.
Fenomena "attitude nol" pada generasi sekarang tidak sepenuhnya salah mereka. Lingkungan, pola asuh, pendidikan, dan pengaruh teknologi semuanya berkontribusi. Alih-alih hanya mengkritik, semua pihak perlu bekerja sama menciptakan generasi muda yang tidak hanya pintar secara intelektual, tetapi juga kaya dalam nilai moral. Sebab, generasi muda adalah cerminan dari kita—dan masa depan bangsa ada di tangan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H