Mohon tunggu...
Arif Budi Nur Cahyo
Arif Budi Nur Cahyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Sebelas Maret

Saya merupakan mahasiswa aktif universitas Sebelas Maret, dan memiliki hobi membaca, dance,. Saya merupakan mahasiswa jurusan S1 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Sebelas Maret. Saya memiliki ketertarikan dalam penelitian dan lingkungan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Generasi Minus Sopan Santun? Salah Siapa?

21 November 2024   19:44 Diperbarui: 21 November 2024   20:07 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seringkali kita mendengar ungkapan, “Anak muda zaman sekarang sopan santunnya nol.” Kritik ini datang dari berbagai kalangan, terutama generasi yang lebih tua. Namun, apakah klaim ini sepenuhnya benar? Mari kita telaah lebih dalam, didukung dengan data dan fakta, untuk memahami mengapa fenomena ini terjadi dan siapa yang bertanggung jawab.

Data Tentang Perilaku Generasi Muda

Sebuah survei oleh Pew Research Center (2022) menunjukkan bahwa 64% orang tua di seluruh dunia merasa anak-anak mereka kurang sopan dibandingkan generasi sebelumnya. Di Indonesia, survei dari Lembaga Demografi UI (2023) mengungkap bahwa 78% orang tua khawatir anak-anak mereka terlalu bergantung pada teknologi dan mengabaikan nilai-nilai tradisional seperti tata krama dan etika sosial.


Di sisi lain, sebuah laporan UNICEF (2023) menyebutkan bahwa 45% remaja Indonesia merasa kurang didukung dalam pendidikan karakter, baik di rumah maupun di sekolah. Mereka mengaku lebih sering mendapat tekanan untuk berprestasi akademik daripada diajarkan pentingnya nilai moral.

Faktor-Faktor yang Membentuk Attitude Generasi Muda

1. Teknologi: Berkah atau Bencana?

Generasi Z tumbuh di tengah derasnya arus digitalisasi. Berdasarkan data We Are Social (2023), rata-rata remaja Indonesia menghabiskan lebih dari 8 jam sehari menggunakan gadget. Media sosial seperti TikTok, Instagram, dan Twitter menjadi platform utama mereka berinteraksi. Namun, komunikasi yang serba cepat ini sering kali mengabaikan unsur sopan santun, karena lebih mengutamakan efektivitas pesan.

Teknologi juga menciptakan budaya instan. Generasi muda terbiasa mendapatkan apa yang mereka mau dalam hitungan detik, mulai dari hiburan hingga jawaban atas tugas sekolah. Akibatnya, mereka cenderung kehilangan kesabaran dan empati dalam situasi dunia nyata yang membutuhkan proses dan toleransi.

2. Kurangnya Keteladanan dari Generasi Sebelumnya

Generasi muda tidak lahir begitu saja dengan perilaku yang dianggap kurang sopan. Lingkungan, terutama keluarga, memainkan peran penting. Studi dari Harvard Graduate School of Education (2023) menunjukkan bahwa anak-anak meniru perilaku orang dewasa di sekitar mereka. Jika orang tua lebih sering sibuk dengan pekerjaan atau gadget daripada meluangkan waktu untuk berbicara dengan anak-anak mereka, nilai-nilai etika sulit ditanamkan.

3. Sistem Pendidikan yang Terlalu Berorientasi pada Akademik

Laporan Kemendikbudristek (2023) menyebutkan bahwa hanya 30% sekolah di Indonesia yang memiliki program pendidikan karakter yang terintegrasi dalam kurikulum. Fokus utama pendidikan masih pada capaian akademik dan ujian standar. Padahal, pembentukan sikap dan moral seharusnya menjadi prioritas yang seimbang dengan pembelajaran kognitif.

Polarisasi Antargenerasi: Saling Menyalahkan atau Memahami?

Salah satu akar masalahnya adalah perbedaan nilai antara generasi. Generasi sebelumnya cenderung memegang teguh tradisi dan formalitas, sementara generasi sekarang lebih egaliter dan menuntut kesetaraan. Dalam survei Gallup (2023), 67% generasi muda menyatakan bahwa penghormatan harus didasarkan pada sikap, bukan usia. Pandangan ini sering kali disalahartikan sebagai ketidaksopanan oleh generasi yang lebih tua.

Solusi untuk Memperbaiki Krisis Etika

Mengkritik tanpa solusi tidak akan membawa perubahan. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil:

1. Keluarga sebagai Pondasi Utama
Orang tua harus memberikan teladan yang baik. Jika ingin anak-anak sopan, orang tua juga harus menunjukkan kesopanan dalam interaksi sehari-hari. Luangkan waktu untuk berbicara, bukan hanya memerintah.

2. Pendidikan Karakter di Sekolah
Sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilai etika dalam kegiatan belajar. Tidak hanya teori, tetapi praktik langsung melalui kegiatan sosial dan pembelajaran berbasis pengalaman.

3. Penggunaan Teknologi Secara Bijak
Generasi muda harus diajarkan bahwa teknologi adalah alat, bukan pengganti komunikasi manusia. Pengawasan dan pengelolaan waktu layar sangat penting untuk menghindari dampak negatif media sosial.

4. Dialog Antar-Generasi
Daripada saling menyalahkan, generasi muda dan tua perlu berdialog untuk memahami perspektif masing-masing. Dengan cara ini, jarak antargenerasi bisa dijembatani.

Fenomena "attitude nol" pada generasi sekarang tidak sepenuhnya salah mereka. Lingkungan, pola asuh, pendidikan, dan pengaruh teknologi semuanya berkontribusi. Alih-alih hanya mengkritik, semua pihak perlu bekerja sama menciptakan generasi muda yang tidak hanya pintar secara intelektual, tetapi juga kaya dalam nilai moral. Sebab, generasi muda adalah cerminan dari kita—dan masa depan bangsa ada di tangan mereka.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun