Apalagi tidak terlalu jauh dari Likupang, ada Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan juga. Judulnya sih BBPOM di Manado tetapi lokasinya di Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa. Dengan area pengawasan di Sulawesi Utara, BBPOM di Manado juga memiliki tugas untuk menjamin keamanan pangan, termasuk juga peningkatan kualitas penyedia produk pangan di sekitar Likupang. Bagaimanapun, makanan enak itu hanya akan enak bila tidak ada efek sesudahnya. Kalau mules sesudah menikmati makanan enak, yang diingat mulesnya, bukan enaknya. Maka, jika Gambia saja bisa, tentunya North Sulawesi juga dong.
Memanfaatkan Kelimpahan Setempat
Ada framework menarik tentang pariwisata. Sejatinya pengeluaran turis akan memberikan dampak langsung pada sektor pariwisata dan memberikan dampak tidak langsung pada sektor lain seperti makanan dan minuman. Sektor pariwisata juga memberikan multipliers effect pada gaji dan turut menginduksi dampak pada sektor-sektor lain tersebut. Sayangnya, ketika ada impor atau sesuatu yang sejatinya bukan merupakan kearifan lokal, maka hal itu menjadi kebocoran yang hendaknya dinihilkan. Diharapkan kalaupun ada bahan-bahan yang dibutuhkan dan harus didatangkan dari luar Sulawesi Utara apalagi dari luar Indonesia, proporsinya tidak banyak-banyak banget sehingga uangnya tetap bisa beredar di situ-situ saja dan bisa meningkatkan taraf hidup setempat.
Ada Filmnya!
Gul Erkol Bayram dari Sinop Unversity dalam paparannya bertajuk Setting a Brand Image through Film Tourism menyebut bahwa film tourism tipe pariwisata yang menggugah calon wisatawan untuk berkunjung ke suatu tempat yang dia lihat di layar, entah layar bioskop atau bahkan layar HP di platform-platform kekinian. Contohnya sudah jelas dan akrab dengan kita: Cappadocia! Ya, it's my dream, Mas! Not her! Dari serial Layangan Putus, kita bisa melihat sendiri orang-orang Indonesia berbondong-bondong ke Cappadocia.
Kita juga pernah punya contoh promosi daerah Sumba melalui film Susah Sinyal. Rhency (2020) menyebut bahwa film tersebut sukses mengkomunikasikan pariwisata di daerah Sumba yang aslinya sebenarnya sudah cukup kondang sebagai tempat wisata premium-nya. Kalau lebih banyak lagi filmnya, tentu liburan tidak usah jauh-jauh ke luar negeri, di Indonesia aja cukup. Tentunya kalau film harus premium dengan aktor terbaik, cerita yang yahud, serta perencanaan promosi yang prima. Film tapi sembarangan justru bakal kontraproduktif bagi suatu destinasi.
Demikianlah harapan saya dan tentunya kita semua sebagai calon pengunjung DSP Likupang. Di Indonesia, saya pernah punya beberapa pengalaman buruk soal tempat wisata. Tempatnya mungkin oke, tapi kalau lingkungannya tidak prima, impresinya malah sedih. Untuk itulah, semoga harapan-harapan ini dapat difasilitasi oleh pemangku kepentingan terkait guna mendukung suksesnya Likupang sebagai Destinasi Super Prioritas yang betul-betul menjadi hidden paradise yang menyenangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H