Mohon tunggu...
Ariennova
Ariennova Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Happy to make other people happy.

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

"Tragedi Cinta Bai Lima", Kumpulan Cerpen Seputar Mitos Tanah Air

24 Oktober 2022   16:37 Diperbarui: 27 Oktober 2022   13:15 1353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: memegang buku "Tragedi Cinta Bai Lima". (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Meski memiliki tema yang sama, cerita pada tiap-tiap cerpen mampu memancarkan sinarnya masing-masing dengan gaya penulisan yang berbeda-beda. 

Pengarang-pengarang dengan beragam latar tempat dan budaya membuat buku kumpulan cerpen ini penuh warna. Mengangkat isu tentang mitos, ritual dan pantangan di berbagai desa di Indonesia, menampakkan dunia-dunia tersembunyi di balik kehidupan kota yang modern.

Buku Tragedi Cinta Bai Lima merupakan kumpulan cerpen-cerpen pemenang lomba dan pilihan Terakota pada tahun 2020, yang kemudian diterbitkan pada tahun 2021. 

Cerita dengan judul Tragedi Cinta Bai Lima, Azimat, Mereka Telah Naik ke Surga, Darmayu, Geman Sangkolan Mbak Kasiya, Pasar Janda, Pertunjukan Gaib, Kisah Sebilah Keris, Perempuan Kemuning Jawa, Lebu Ketiup Angin, Mitos Lantai Dua, Asrar Suara, Perempuan dalam Tubuh Gelisah, Dewi Sri di Ujung Jawa mengisi buku kumpulan cerpen ini secara berurutan.

Cerita diawali sesuai dengan judul yang menamai buku ini, Tragedi Cinta Bai Lima karya Anggi Gayatri Purba. 

Cerpen yang berhasil meraih juara pertama ini mengisahkan tentang seorang perempuan yang masih muda, dipercaya diganggu oleh roh dewa air karena telah melanggar aturan dilarang buang kotoran di sungai. 

Sering diingatkan, tetapi gadis itu masih saja berkali-kali kedapatan saat buang kotoran di sungai. Selama lima tahun ibu Bai Lima berusaha untuk melepaskan gangguan itu dari anaknya. 

Cerpen ini juga mengisahkan cintanya Bai Lima pada Teu Ronganga, kakak iparnya, yang telah lama ditinggal mati istrinya. Baginya hanya ia seorang lah yang paling menyerupai kakaknya, sehingga ia yakin betul jika Teu Ronganga pun mencintainya. 

Namun sayang, cintanya ternyata tak terbalaskan karena Teu Ronganga sudah menaruh hati pada wanita lain. 

Merasa usahanya merawat diri sia-sia, ia pun mengakhiri hidupnya. Kisah cinta yang tragis ini juga diceritakan pada cerpen selanjutnya yang berjudul Azimat yang ditulis oleh Annisa Widya Shafira. 

Bedanya dengan cerpen sebelumnya, pada cerpen ini tidak sampai menelan korban jiwa. Azimat mengisahkan seorang perempuan yang ingin balas dendam dengan menggunakan ilmu hitam. 

Sebab cintanya dulu yang tak terbalaskan, ia pun menggunakan ilmu hitam untuk mempermainkan lelaki yang dulu dicintainya.      

Cerita ketiga dilanjutkan dengan cerpen Mereka Telah Naik ke Surga karya Muhammad Yasir. Menceritakan masyarakat yang seakan berada di medan perang saling beradu nasib kehidupan. 

Mereka yang "kalah" atau mati, menjalani tiwah atau ritual pengangkatan arwah ke surga. Ritual ini memerlukan kerbau yang kemudian akan ditombaki dalam prosesnya. 

Dikatakan tanpa kerbau, ritual tiwah takkan sakral. Dalam cerpen ini terlihat penulis seperti mengkritisi ritual yang dilaksanakan, ritual yang membutuhkan pengorbanan makhluk lain demi kepentingan atau suatu yang dianggap baik bagi masyarakat itu. 

Dalam cerpen tersebut, penulis seakan menanyakan apakah ritual ini baik untuk terus dilakukan. 

Sama halnya dengan cerpen Lebu Ketiup Angin karya Rekha Aqsoliafitrosah dan cerpen Perempuan dalam Tubuh Gelisah karya Nindy Ajeng Saputri. Keduanya sama-sama mengisahkan kisah cinta yang tidak berakhir baik karena kepercayaan mitos orang dulu-dulu. 

Seakan terus mempertanyakan apakah benar ritual dan mitos yang ada di Indonesia benar adanya, dalam cerpen Mitos Lantai Dua yang ditulis oleh Rori Maidi Rusji dan cerpen Dewi Sri di Ujung Jawa karya Silviana Dini Kunanti.

Kedua cerpen tersebut sama-sama seperti mempertanyakan kebenaran mitos yang beredar. Pada cerpen Mitos Lantai Dua, menceritakan kepercayaannya pada nasihat nenek moyang yang melarangnya untuk tidur di lantai dua, konon jika dilanggar akan memberikan kesialan. 

Mitos yang selalu ia percaya pun ditertawai oleh temannya yang selama ini hidup di kota. Banyak yang menganggap mitos itu konyol dan tidak masuk akal. Apa hubungan nenek moyang dengan lantai dua, bahkan hal itu tidak bisa dijawab oleh orang yang memercayainya. 

Pada cerpen Dewi Sri di Ujung Jawa juga menceritakan tokoh utama, Dewi Sri, yang mempertanyakan langsung kebenaran mitos yang beredar di masyarakat kepada Kepala Dusun. 

Kepala Dusun pun menjawab bahwa sebenarnya mitos yang beredar itu hanyalah sebuah sugesti yang telah mendarah daging pada masyarakat itu. 

Dewi Sri pun bertanya kembali, mengapa mitos-mitos itu tidak dihilangkan saja dan digantikan dengan pemikiran ilmiah. Kepala Dusun kembali menjelaskan bahwa hal itu tidak bisa dilakukan karena sudah menjadi kepercayaan turun-temurun, maka harus dijaga untuk menghormati para leluhur. 

Meski sugesti atau mitos yang beredar bisa dipikir secara ilmiah dan logika, namun pada praktiknya tetap harus memperhatikan adat yang berlaku.

Penjelasan Kepala Dusun pada cerpen Dewi Sri di Ujung Jawa yang mengatakan bahwa kepercayaan yang diwariskan turun-temurun harus dijaga, dikisahkan pada cerpen Geman Sangkolan Mbak Kasiya karya Akhmad Mustaqim, dan cerpen Kisah Sebilah Keris karya Ezzah Nuranisa. 

Kedua cerpen tersebut sama-sama mengandung maksud bahwa benda pusaka yang ada sebagai warisan turun-temurun, harus berada di tangan atau dijaga oleh orang yang tepat untuk menghargai leluhur. 

Selain itu jika tidak dijaga dengan baik, bisa saja menimbulkan mala petaka, begitulah yang diceritakan dalam cerpen Geman Sangkolan Mbak Kasiya, Darmayu, dan Asrar Suara, berbeda dengan cerpen lainnya, ketiga cerpen itu justru membenarkan mitos atau ritual yang ada di Indonesia

Pada cerpen Darmayu hasil tulisan Dody Widianto, dikisahkan keluarga tokoh utama yang mendapat kesialan atau kutukan, kehilangan cucu tersayang, akibat tidak menjalani ritual untuk menghormati Dewi Sri, sosok yang dianggap sebagai pelindung bumi. 

Asrar Suara karya Aditya Kurniawan sebenarnya kurang terasa mengisahkan tentang pada suatu kepercayaan atau hal-hal mistis semacamnya. Namun pada cerpen tersebut dikisahkan jika tidak merawat alam dengan baik maka akan mendapatkan malapetaka.

Sebenarnya jika dilihat dari segi positif, selama memang tidak ada yang merugikan dan memberikan hal baik, tidak ada yang salah dengan hal-hal mistis seperti ritual, pantangan, mitos yang beredar di masyarakat. 

Seperti halnya pada dua cerpen karangan Laras Setianinrum, Pertunjukan Gaib dan cerpen Perempuan Kemuning Jawa. Pada kedua cerpen itu sama-sama melihat hal-hal mistis yang menimpa tokoh utama dari segi positif.

Ada pula cerpen kedua yang ditulis oleh Rori Maidi Rusji, yaitu cerpen Pasar Janda, mencereritakan budaya lokal di mana pekerja yang biasa menyiangi ladang adalah para janda-janda. 

Tidak hanya menceritakan hal tersebut, pada cerpen ini juga diceritakan sepasang suami istri yang saling mencurigai tingkah satu sama lain. 

Namun akhirnya dugaan-dugaan yang dimiliki oleh tokoh tidak terjawab kebenarannya, sehingga membuat pembaca menjadi bebas untuk menentukan ending sesuai yang mereka inginkan.

Secara keseluruhan tiap-tiap cerpen pada buku kumpulan cerpen ini memiliki alur cerita dan konflik yang menarik dan jarang ditemukan sehingga memberikan kesan baru pada pembaca. 

Ditambah dengan judul-judul yang unik, mampu menarik perhatian para pembaca hanya dari judulnya saja. Cerpen-cerpen yang kental akan kebudayaan membuat kita semakin mengenal Indonesia. 

Urutan cerpen dalam buku pun dirasa tepat. Mulanya kita akan dikenalkan oleh mitos-mitos, pantangan dan ritual yang ada di inonesia, kemudian semakin ke tengah cerpen-cerpen yang ada seperti mempertanyakan dan ragu dengan kebenaran hal-hal mistis itu, seperti halnya di dunia nyata, banyak yang tidak percaya dan meninggalkan hal semacam itu.

Namun kemudian buku ini diakhiri dengan cerita pendek yang tepat, seakan menjawab semua permasalahan, karena pada cerpen terakhir yang berjudul Dewi Sri di Ujung Jawa dikatakan, meski kepercayaan-kepercayaan itu bisa dipikir secara ilmiah dan logika.

Tetapi karena sudah diwariskan secara turun-temurun, maka tidak bisa dihilangkan begitu saja, kita harus menjaganya dengan baik, memperhatikan adat dan menghormati leluhur.

Meski begitu, tetap terdapat beberapa kelemahan yang mengerubungi buku kumpulan cerpen Tragedi Cinta Bai Lima. Salah ketik, kata-kata yang ditulis tidak sesuai dengan KBBI dan PUEBI, penulisan yang bertele-tele, banyak ditemukan pada buku ini. 

Hal itu sangat disayangkan karena ide-ide cerita yang semenarik itu dikemas dengan kurang baik. Seperti pada cerpen Lebu Ketiup Angin, bahasanya cenderung bertele-tele. 

Cerpen yang mengisahkan dua latar waktu sekaligus, sayangnya tidak diberi tanda saat akan terjadi perpindahan latar waktu, sehingga sangat besar kemungkinan membuat pembaca kesulitan memahami alur cerita cerpen tersebut. 

Pada cerpen Geman Sangkolan Mbak Kasiya, bahasanya dirasa berputar-putar yang cukup mengganggu saat membaca cerpen tersebut. 

Selain itu cerpen-cerpen pada buku ini banyak menggunakan bahasa kedaerahan, namun tidak diartikan. Masyarakat dengan latar budaya yang berbeda akan kesulitan memahami dan mendalami isi cerita pendek itu.

Kesimpulannya, cerpen-cerpen ini dengan konflik yang sangat menarik, layak untuk dibaca. 

Cerpen ini akan sangat cocok bagi pembaca yang menggemari hal-hal mistis dalam kehidupan, terlebih hal-hal mistis yang diceritakan berkaitan dengan kebudayaan Indonesia sehingga menjadi cerita yang unik dan menjadi nilai tambah bagi buku kumpulan cerpen ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun