Tidak hanya menceritakan hal tersebut, pada cerpen ini juga diceritakan sepasang suami istri yang saling mencurigai tingkah satu sama lain.Â
Namun akhirnya dugaan-dugaan yang dimiliki oleh tokoh tidak terjawab kebenarannya, sehingga membuat pembaca menjadi bebas untuk menentukan ending sesuai yang mereka inginkan.
Secara keseluruhan tiap-tiap cerpen pada buku kumpulan cerpen ini memiliki alur cerita dan konflik yang menarik dan jarang ditemukan sehingga memberikan kesan baru pada pembaca.Â
Ditambah dengan judul-judul yang unik, mampu menarik perhatian para pembaca hanya dari judulnya saja. Cerpen-cerpen yang kental akan kebudayaan membuat kita semakin mengenal Indonesia.Â
Urutan cerpen dalam buku pun dirasa tepat. Mulanya kita akan dikenalkan oleh mitos-mitos, pantangan dan ritual yang ada di inonesia, kemudian semakin ke tengah cerpen-cerpen yang ada seperti mempertanyakan dan ragu dengan kebenaran hal-hal mistis itu, seperti halnya di dunia nyata, banyak yang tidak percaya dan meninggalkan hal semacam itu.
Namun kemudian buku ini diakhiri dengan cerita pendek yang tepat, seakan menjawab semua permasalahan, karena pada cerpen terakhir yang berjudul Dewi Sri di Ujung Jawa dikatakan, meski kepercayaan-kepercayaan itu bisa dipikir secara ilmiah dan logika.
Tetapi karena sudah diwariskan secara turun-temurun, maka tidak bisa dihilangkan begitu saja, kita harus menjaganya dengan baik, memperhatikan adat dan menghormati leluhur.
Meski begitu, tetap terdapat beberapa kelemahan yang mengerubungi buku kumpulan cerpen Tragedi Cinta Bai Lima. Salah ketik, kata-kata yang ditulis tidak sesuai dengan KBBI dan PUEBI, penulisan yang bertele-tele, banyak ditemukan pada buku ini.Â
Hal itu sangat disayangkan karena ide-ide cerita yang semenarik itu dikemas dengan kurang baik. Seperti pada cerpen Lebu Ketiup Angin, bahasanya cenderung bertele-tele.Â
Cerpen yang mengisahkan dua latar waktu sekaligus, sayangnya tidak diberi tanda saat akan terjadi perpindahan latar waktu, sehingga sangat besar kemungkinan membuat pembaca kesulitan memahami alur cerita cerpen tersebut.Â
Pada cerpen Geman Sangkolan Mbak Kasiya, bahasanya dirasa berputar-putar yang cukup mengganggu saat membaca cerpen tersebut.Â