Memang kita tidak dapat sepenuhnya menyalahkan pemerintah atas kesenjangan yag terjadi peranan orang tua dan orang dewasa yang memiliki anak juga diharapkan agar mampu mendidik dan juga peduli terhadap anak -- anak Indonesia agar tercapainya Indonesia Emas yang di impikan Bersama -- sama.
Salah satu bentuk sosialisasi yang secara terbuka marak disyi'arkan adalah anjuran kepada umat beragama untuk memberi, sedekah, shodaqoh, infaq, zakat, hibah dan lain sebagainya. Sebab beberapa pengemis yang di wawancarai menyatakan bahwa mereka tidak merasa "bersalah" dengan pekerjaannya sebab hanya semata -- mata menarik apa yang mereka sebut "hak" mereka dari orang lain.
Anjuran bersedekah mencapai puncaknya ketika Ramadhan tiba karena di bulan ini amalan seorang hamba akan dilipat gandakan pahalanya. Di antara nas-nas agama yang menganjurkan bersedekah termaktub dalam surat at-taubah ayat 103 dan SQ Al-Baqoroh ayat 77.
Dalam nas-nas yang lain juga tegas menempatkan harta sebagai barang titipan Yang Maha Kuasa yang di dalamnya terdapat hak fakir miskin. Besarnya perhatian Islam dalam menganjurkan umatnya membantu kaum lemah, anak yatim dan kaum terlantar lainnya lama-kelamaan membentuk semacam "motivasi" tersendiri bagi masyarakat yang hidupnya dibawah garis kemiskinan untuk melakoni diri sebagai "pengemis".
Tak ayal, di hari-hari baik (sayyidul ayyam) seperti hari jum'at bertaburlah para pengemis mewarnai halaman sekitar masjid, pun demikian dengan bulan ramadhan seperti saat ini.
Ketika pemerintah hanya mengedepankan "unsur teknis" dalam penanganan masalah kesejahteraan sosial ini apakah masalahnya akan tuntas?, sedangkan di satu sisi aktifitas  mengemis seperti sudah menjadi tradisi hingga berkembang ke media sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H