"Siapa?" Tanya Geoval mencondongkan ke depan posisi duduknya sembari berkali-kali melirikkan matanya pada benda di atas meja.
"Saya tidak begitu kenal, tuan. Tapi hari itu, saya melihat dia tersenyum culas tepat 20 tahun lalu." Orang di hadapan Geoval menjelaskan dengan singkat sambil menatap Geoval dengan keberanian yang tersisa dari dalam dirinya.
"Paling lambat 4 hari, paham?" Geoval memberi tanda lingkaran merah pada objek yang tergeletak di meja dengan pena nya, entah pena dari mana.
Geoval melangkah pergi dari ruang tamu yang bernuansa gelap tersebut, melangkahkan kakinya Kembali pada jalan yang sebelumnya ia lewati. Ia memasukan kedua tangan nya pada saku celananya, menatap kearah depan dengan tatapan seperti biasa, kosong. Di persimpangan lorong, ia melihat seorang ibu yang sedang berbincang dengan anak laki-lakinya. Anak laki-laki tersebut terlihat beberapa kali menghentak-hentakan kakinya ke bumi, seperti sedang menuntut sesuatu.
"Sialan." Ucap Geoval sedikit berlari Ketika sang ibu dari anak laki-laki itu menolehkan kepalanya dan tidak sengaja mereka bertatap mata.
Geoval Kembali memasuki mobilnya dengan sedikit terengah, menyenderkan punggungnya pada kursi mobil dan lagi-lagi mencari benda yang selalu ia bawa kemana-mana. Tangannya bergetar hebat saat kembali ia mengingat apa yang barusan ia lihat, sosok sama seperti yang ia lihat malam tadi. Ada rasa luka, rindu, dan kebencian dalam dirinya. Geoval menghantamkan kepalanya berkali-kali pada kemudi mobil setelah menenggak setengah air dari dalam botol. Ia terus mengucapkan umpatan dan sumpah serapah.
Pandangannya menggelap, ia kembali terlelap.
Ruang kerja pribadi, remang lampu, dan hampir tengah malam. Geoval memposisikan kursinya menghadap pada jendela besar yang menawarkan indah gemerlap metropolitan. Sesekali ia memijat pelipisnya yang tidak terasa pusing, ia membalikkan posisi duduknya 180 derat menghadap meja. Matanya mengarah pada figura kecil yang ada di sudut meja, terdapat foto keluarga kecil di dalamnya. Anak laki-laki berusia Sembilan tahun dengan ibu dan bapaknya yang berdiri penuh suka cita di depan gerbang kebun Binatang.
Geoval ingin menangis, air matanya jatuh ke hatinya dan masuk kedalam rongga hitam balas dendam. Lampu ruang kerjanya sengaja ia matikan dan hanya menyisakan Cahaya yang datang dari jendela besar di ruangannya. Ia membuka laci mejanya, menampakkan foto yang ia lihat tadi siang, masih dengan goresan pena merah disekeliling wajah salah satu orang di dalam foto tersebut.
"4 hari? Terlalu lama." Batin Geoval sembari menggoreskan kukunya pada salah satu leher seseorang di dalam foto tersebut.
Geoval menaruh foto tersebut buru-buru ke dalam laci mejanya Ketika ia mendengar bel pintu kerjanya berbunyi, lantas ia segera melihat dari CCTV yang terpasang di depan ruangannya. Terlihat sosok Wanita cantik, terpaut usia lima tahun lebihh muda darinya membuka pintu ruangannya dan berjalan mendekati meja pribadinya. Perempuan yang berawakan tinggi semampai menggunakan dress seatas lutut dan sepatu hak berwarna merah dengan kondisi rambut yang sudah terlihat tidak begitu rapih lagi.