Kedua, Kompeten. Tentu saja, dengan segala pengalamannya di atas bisa dikatakan bahwa Dr. Bahtiar adalah sosok yang kompeten. Ia memiliki segudang pengalaman dalam memimpin jajaran birokrasi.
Selain itu, juga berpengalaman menjadi seorang Pj Gubernur. Dapat dikatakan dirinya tak terlalu kaget dengan pos baru yang akan diembannya, jika terpilih menjadi pemimpin Jakarta.
Ketiga, Non-Polarisasi. Menurut saya, ini yang paling penting. Bahtiar dapat dilihat sebagai sosok yang dekat dengan seluruh pihak, dan bebas dari politik identitas masa lalu.Â
Selain itu, Bahtiar juga diuntungkan karena dia tidak diidentikkan dengan kelompok manapun. Ia bukan dianggap dari kalangan Istana, tetapi juga bukan bawahan Walikota. Sehingga diharapkan sosoknya bisa menjembatani komunikasi antara kedua pihak.
Meski samar, tapi publik selama ini memahami bahwa memang ada ketegangan antara pihak Istana dan Walikota. Dengan sosok yang tidak berada dalam keduanya, maka justru lebih baik.
Dengan begitu, pemerintahan DKI Jakarta selama dua tahun ke depan bisa fokus pada melanjutkan pembangunan dan melayani publik sebaik-baiknya. Tidak ikut terpolarisasi atau hanyut dalam politik praktis.
Inilah taruhan besarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H