Mohon tunggu...
Arie Feryanto
Arie Feryanto Mohon Tunggu... Guru - Natura Magista

Hiker | Pari Wrajaka

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menyikapi Tuntutan Kurikulum Geografi Abad 21 Melalui Pemahaman Kurikulum Berbasis Teknologi, Informasi, dan Komunikasi

17 Juli 2021   16:14 Diperbarui: 17 Juli 2021   17:15 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Arie Feryanto[1], Samadi[2], Aris Munandar[3]

 Jl. Siliwangi Kp. Jaura Rt 01 / Rw 02 Kecamatan Rangkasbitung Timur 

 Kabupaten Lebak Provinsi Banten 

arieferyanto.geo@gmail.com   

Kurikulum Abad 21

Indonesia dan pendidikan begitu banyak pertanyaan tentang akankah pemerataan dapat dilakukan demi menghilangkan unsur kesenjangan, apalagi saat ini arus globalisasi merangksak masuk hampir di setiap lini kehidupan. Kurikulum sebagai kerangka acuan oleh tenaga pendidik di setiap satuan pendidikan dimana saat ini tantangan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi pada abad 21 ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, yang memicu persaingan semakin ketat. Tentunya ini memiliki dampak positif, kajian yang telah dilakukan dalam judul penelitian "Penguatan Karakter Cinta Tanah Air Melalui Pembelajaran Geografi Abad 21" bahwa ada ancaman berupa bahaya dimana keterbukaan informasi dan ekspansi budaya luar yang semakin masif berpotensi menyebabkan merosotnya nilai-nilai karakter generasi bangsa. Maka perlunya upaya-upaya serius mencegah terjadinya disintegrasi bangsa dengan terus memperkuat nilai-nilai karakter siswa khususnya karakter cinta tanah air yang dapat dilakukan dengan : 1) pembelajaran geografi yang berfokus pada pengenalan wilayah NKRI secara utuh dan mendalam, baik terkait bentang alam maupun bentang budaya, 2) pembelajaran geografi yang berfokus pada peningkatan penguasaan keterampilan, berpikir kritis, kreativitas, inovasi, kolaborasi, pengasaan teknologi, dan leadership melalui pembelajaran kontekstual berbasis kompetensi (Hadi, 2020).

Urgensi tersebut dimaksudkan bahwa untuk menghadapi pembelajaran di abad 21 dikatakan lebih lanjut dalam penelitian "Pembelajaran Abad 21 dan Penerapannya di Indonesia" yakni pentingnya secara sinergis mulai menerapkan pembelajaran dimana semua stakeholders pendidikan di Indonesia harus menguasai ICT literacy skill. Artinya peran guru kepada siswa, bahkan orangtua sekali pun harus melek teknologi dan media komunikasi. Dimaksudkan dengan demikian akan tercipta komunikasi yang efektif, cara berpikir kritis, serta dapat memecahkan masalah dan bisa berkolaborasi. Agar generasi manusia Indonesia telah siap menyongsong kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat (Syahputra 2018).

Harapan akan kolaborasi yang terjaga dan tercipta tersebut tentu akan berpengaruh pada pengembangan karakter generasi muda saat ini dimana dikatakan lebih lanjut dalam penelitian yang berjudul "Membangun Karakter Generasi Muda Melalui Model Pembelajaran Berbasis Kecapakan Abad 21". Bahwa unsur yang membentuk tersebut tidak lepas dari budaya dan tiga lingkungan yang mendukung yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Sehingga dalam proses belajar mengajar sebagai cara membangun karakter harus disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran, sehingga dapat tercapai dengan baik sebagai keterampilan abad 21. (Martini 2018).

Outcome Based Education

Pemasalahan yang terjadi untuk merealisasikan tuntuntan abad 21 dengan kemajuan teknologi bagi peserta didik dengan Program Penguatan Karakter (PPK) serta kecapakan hidup abad 21 (creative, critical, communication, collaboration). Maka metode Outcom Based Education dapat diterapkan dalam pembelajaran pada kurikulum abad 21 bagi generasi kekinian. Sistem Pembelajaran Berorientasi Luaran (Outcome-Based Education, OBE) adalah metode pembelajaran yang memberi tumpuan kepada apa yang mahasiswa seharusnya lakukan (Hajadi, 2011). Pada OBE, luaran atau Capaian Pembelajaran diidentifikasi terlebih dahulu kemudian perencanaan metode pembelajaran dan asesmen disesuaikan dengan luaran (Davis dkk, 2003). Hal ini berbeda dengan metode pembelajaran tradisional dimana topik yang diajarkan ditentukan dosen pengampu kemudian dari topik ini luaran akan diidentifikasi.

Dalam penelitian oleh Wahyudi dan Wibowo (2018) tentang "Inovasi dan Implementasi Model Pembelajaran Berorientasi Luaran (Outcome- Based Education, OBE) dan Washington Accord di Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercu Buana" bahwa OBE mengintegrasikan sejumlah proses antara lain desain kurikulum, asesmen dan metode belajar mengajar yang memberi tumpuan kepada apa yang mahasiswa bisa lakukan. Bukan lagi mengukur prestasi mahasiswa setelah proses belajar mengajar selesai, namun OBE lebih menekankan agar Capaian Pembelajaran (CP) dapat dipenuhi dari aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai keadaan sosial, ekonomi dan budaya akademik. Artinya bahwa bagus tidak hasil yang dicapai mahasiswa bukan lagi  bergantung dari proses belajar mengajar yang dilakukan oleh tenaga pengajar atau pendidik. Tapi kembali pada kemampuan mahasiswa dan CP diakomodasi OBE melalui beberapa langkah strategis dan kelengkapan akademik antara lain: tugas kuliah, tugas akhir, presentasi, tes dan portfolio mahasiswa (Ungar, 1996).

Jadi pembelajaran yang umum diterapkan metode Teacher-centered (berorientasi input). Dimana memberi tekanan terhadap proses belajar mengajar yang diangkap sudah cukup saat materi tersampaikan. Sehingga bagus tidaknya hasil luaran tergantung dari proses belajar mengajar tersebut. Model pembelajaran seperti ini relatif bergantung kepada tenaga pengajar. Menyebabkan capaian pembelajaran yang telah ditentukan tidak sepenuhnya tercapai (Wahyudi dan Wibowo 2018).

Kajian literatur dari penelitian tentang " Penerapan Outcome Based Education & Blended Learning Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Menghadapi Era Industri 4.0 Pada Mata Kuliah Teknik Sampling" oleh Purwaningsih (2020) bahwa pendidikan berbasis hasil (OBE) adalah teori pendidikan yang mendasarkan setiap bagian dari sistem pendidikan berada di sekitar tujuannya (hasil). Pada akhir pengalaman pendidikan, setiap siswa seharusnya telah mencapai tujuan. Tidak ada gaya mengajar tunggal atau penilaian dalam OBE; sebaliknya, kelas, peluang, dan penilaian semua harus membantu siswa mencapai hasil yang ditentukan (William, 2006). Peran fakultas / Prodi beradaptasi menjadi instruktur, pelatih, fasilitator, dan / atau mentor berdasarkan hasil yang ditargetkan.

Dalam sistem pendidikan, setidaknya terdapat tiga hal yang menjadi perhatian yaitu input, proses, dan output (Killen, 2000). Pemerhati input berfokus pada hal-hal yang dapat meningkatkan input dalam sistem pendidikan seperti finansial, infrastruktur, dan lainnya. Pemerhati proses berfokus pada proses untuk mengontrol, mengorganisasi, dan menyampaikan pengetahuan dalam pembelajaran. Sementara pemerhati output berfokus terhadap produk pendidikan yang kemudian dikenal dengan Outcome Based Learning (OBE).

OBE merupakan teori dan filosofi yang masih memerlukan penjabaran dalam aksi praktis berbentuk desain instruksional, proses pengajaran, dan perangkat asesmen (Killen, 2000). Dalam hal ini, pengajar mendesain pembelajaran sehingga filosofi OBE dapat dimasukkan ke dalamnya. Menurut Spady, dalam pelaksanaan OBE dapat dimulai dengan memberikan gambaran yang jelas mengenai aktifitas siswa, kemudian mengorganisasi kurikulum, instruksi, dan pengukuran untuk menjamin terjadinya pembelajaran (Killen, 2000). Menurut Jenkins & Unwin, OBE mendorong dan memotivasi pengajar untuk menyampaikan tujuan pembelajaran (harapan) dengan lebih jelas (Harden, 2002). Oleh karenanya penyampaian kurikulum dan capaian pembelajaran kepada siswa menjadi sangat penting.

Karakteristik OBE adalah sebagai berikut (Harden, 2002):

  • Pengembangan yang jelas terhadap capaian pembelajaran yang harus dipenuhi sebelum akhir proses pembelajaran;
  • Desain kurikulum, strategi pembelajaran, dan peluang belajar untuk memastikan pemenuhan capaian pembelajaran;
  • Proses penilaian disesuaikan dengan capaian pembelajaran dan penilaian pada masing-masing siswa untuk memastikan capaian pembelajaran terpenuhi;
  • Penyediaan remediasi dan pengayaan.

Literasi Digital Pendidikan Geografi

Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa tuntutan abad 21 bagi peserta didik untuk dapat meningkatkan kompetensi yang selama ini berbasis Techer Center harus dimulai dengan format baru tentang medeka belajar yang berbasis OBE dimana pencapaian pembelajaran bukan saja hasil berupa formatif nilai dari sikap dan pengetahuan namun juga menyesuaikan kebutuhan dan tantangan zaman. Hal ini senada dikatakan oleh Hidayat (2019) dalam penelitiannya tentang "Kajian Mata Pelajaran Geografi Sebagai Bekal Peserta Didik Untuk Menghadapi Tuntutan Pembelajaran Abad 21 Di Sma Surabaya" bahwa Tuntutan pembelajaran abad 21 mengharuskan peserta didik untuk memiliki keterampilan, pendidikan, dan kemampuan daya saing yang merupakan cara untuk menciptakan sistem pendidikan yang selaras dengan tuntutan global agar dapat memenangkan persaingan. Secara sederhana terdapat empat hal untuk mencapai kompetensi abad 21, yaitu berpikir kritis, komunikatif, kolaboratif, dan kreatif. Kurikulum dikembangkan atas teori "pendidikan berdasarkan standar" (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum).

Pentingnya peran guru serta para stakeholders terkait sistem pendidikan memberikan akses literasi berbasis konten digital bagi peserta didik yang menjangkau bukan saja lingkungan perkotaan namun pelosok NKRI sebagai basis terluar pertahahan keamanan nasional bagi ketahanan bangsa. Pilihan platform digital yang tersedia kini dimana akibat sebaran virus corona semenjak Desember 2019 lalu, praktis membuat proses pembelajaran berlangsung secara daring dimana pun di seluruh Indonesia. Untuk itu sebagai tenaga pendidik menguasi bidang ICT mendukung perannya dalam menggungah keingintahuan wawasan nusantara bagi peserta didik tentang wilayahnya sendiri. Melakukan pembelajaran menarik dan asik menyesuaikan peserta didik sesuai bakat minat multiple intelligences dari Gardner dengan menerapkan model Project Based Learning (PJBL) sampai Problem Based Learning (PBL). Ini dapat direalisasikan bersama lewat aksi sederhana seperti usaha penyelamatan lingkungan sekitar dengan mengurangi penggunaan sedotan, plastik kemasan dan lain sebagainya. Penguatan materi konten literasi geografi pada setiap kompetensi dasar dari kelas X -- XII tentu akan sangat memberikan pengaruh bagi peserta didik, dalam hal kesadaran mencintai lingkungan sekitar serta bagaiamana peserta didik membentuk pemikiran sendiri (konstruk) tentang kasualitas (sebab akibat) dampak negatif dan positif jika tidak dilakukan dan sebaliknya jika terus diupayakan dilanjutkan usaha tersebut. Dengan begitu diakhir memiliki keterampilan geografis serta mental map yang diharapkan sebagai salah satu capaian pembelajaran bukan saja tentang cinta tanah air Indonesia namun kecakapan hidup abad 21.

 

Sumber Pustaka.

Davis, M. G. (2003). Outcome-Based Education, Educational Strategies. Journal of Veterinary Medical Education, 30(3).

Hadi, H. (2020). PENGUATAN KARAKTER CINTA TANAH AIR MELALUI. GENTA MULIA, 220 - 232.

Hejazi, B. M. (2011). Outcomes-Based Education (OBE): A Transformational Perspective on Quality and Mobility in Higher Education. Outcomes-Based Education: A Transformational Perspective, 1-30.

Hidayat, Esa Wahyu. 2019. "Kajian Mata Pelajaran Geografi Sebagai Bekal Peserta Didik Untuk Menghadapi Tuntutan Pembelajaran Abad 21 Di SMA Surabaya." Jurnal Pendidikan Geografi, 1--8.

Martini, Eneng. 2018. "Membangun Karakter Generasi Muda Melalui Model Pembelajaran Berbasis Kecakapan Abad 21." Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan 3 (2): 21--27. 

Purwaningsih, Tuti. 2020. "Penerapan Outcome Based Education & Blended Learning Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Menghadapi Era Industri 4.0 Pada Mata Kuliah Teknik Sampling." Refleksi Pembelajaran Inovatif 2 (1): 233--43.

Spady, W. G & Marshall, K. J. (1991). Beyond Traditional Outcome-Based Education. Educational Leadership. 67-72

Spady, William (1994). Outcome-Based Education: Critical Issues and Answers (PDF). Arlington Virginia: American Association of School Administrators. ISBN 0876521839.

Syahputra, Edi. 2018. "PEMBELAJARAN ABAD 21 DAN PENERAPANNYA DI INDONESIA" I (November): 1276--83.

Ungar, H. G. (Editor, 1996). Encyclopedia of American Education. New York: Facts on File.

Wahyudi, Haris, and Ignatius Agung Wibowo. 2018. "Inovasi Dan Implementasi Model Pembelajaran Berorientasi Luaran (Outcome-Based Education, OBE) Dan Washington Accord Di Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercu Buana." Jurnal Teknik Mesin 7 (2): 50. https://doi.org/10.22441/jtm.v7i2.4214.

[1] Guru Geografi, SMAN 1 Cimarga

[2] Dosen Jurusan Geografi, UNJ

[3] Dosen Jurusan Geografi, UNJ

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun