Memang telihat jelas bahwa perbukitan lah yang mendominasi rute mendekat ke bibir kaldera Tambora ini, pembentukannya pun seperti hasil dari endapan lapisan letusan beberapa abad silam, inilah salah satu ciri dari kegiatan gunungapi bertipe straovolcano (kerucut). Walau terpangkasnya sebagaian badan gunung akibat letusan tahun 1815 dari ketinggian 4.200 m dpl menjadi 2.851 m dpl ini tetap tidak menghilangkan puncak tetingginya.Â
Pukul 05.26 WITA sampai lah di puncak gunungapi Tambora dengan berbagai kekhasannya, walau hanya bebatuan sekali lagi berkuasa, kehidupan kecil tumubuhan pun tetap lestari menampakan dirinya, apalagi kalau bukan Bunga Edelweiss.Â
Dan begitu lah akhirnya menggapai titik tertinggi Pulau Sumbawa Puncak Gn. Tambora 2.851 m dpl telah menjadi pengalaman melihat Indonesia dari ketinggian, bukan hanya keindahan alam serta proses suksesi tentang bagaiamana rumitnya kehidupan berproses kembali setelah letusan super volcano pada skala 7 VEI ini, tapi kesan pembelajaran bentang alam serta pengaruhnya terhadap interaksi masyarakat menjadi unsur sosial-budaya adalah hal lainnya menjadi pengamatan menarik selama penjelajahan menghabiskan waktu 3 hari 2 malam serta 56 km total jarak pendakiannya.
 Hal paling penting lainya tentang gunungapi adalah terciptanya pijakan kehidupan daratan bagi manusia agar dapat melangkahkan kaki kecilnya, tidak heran itulah yang membuat sebagian mendatanginya bukan sekedar ajang pamer sosial media semata, tapi pembelajaran bahwa melihat ciptaan Kuasa Tuhan dalam bentuk rupa kehidupan lainnya yang terus bersiklus tersimpan jauh dalam terdiam tapi sesaat akan mengancam jika tidak peka akan peringatannya yaitu bencana.
semoga bermanfaat, Lestari Bumi ku . . .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H