Mohon tunggu...
arie febstyo
arie febstyo Mohon Tunggu... Tenaga Lepas -

Penggemar Malam

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Tolak Angin, Tolak Musuh, dan Awal dari Persahabatan

23 Juli 2018   14:34 Diperbarui: 23 Juli 2018   15:02 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah barang-barang logistik untuk keperluan di atas gunung nanti sudah selesai dimasuki ke bagasi bus, saat itu Jumat malam pukul 21.00 WIB, bus  pun berjalan menuju Garut, Jawa Barat, tempat dimana Gunung Papandayan bersemayam.

Aku memilih kursi paling depan, tepat dibelakang supir, dibagian sisi jendela, dan untungnya yang duduk disampingku adalah rekan dari ketua pelaksana, yang juga merupakan panitia acara pendakian gunung Papandayan ini, hati akhirnya terasa tenang, diri ini tidak akan dibelenggu sepi, karena yang namanya panitia pasti bisa menjadi teman cerita sepanjang perjalanan, karena tidak ada alasan baginya untuk bersikap sombong kepada peserta seperti saya, tidak seperti kelompok-kelompok yang hanya ingin duduk saling berdekatan sesama kelompoknya masing-masing.

Bus melaju cepat ketujuan, di perjalanan banyak sekali yang saling tukar menukar cerita, ramai sekali, namun sayangnya terdengar seperti cerita antar kelompok saja, meski demikian antar kelompok saling menggebu seakan ada kompetisi kelompok yang paling seru, hingga sampai pada akhirnya suasan menjadi senyap karena sebagian sudah lelah dan tertidur, sebagain sibuk dengan ponselnya masing-masing.

Saat aku sedang asyik bercengkarama kepada panitia yang layaknya kami teman sebangku di sekolah, tiba-tiba dibelakang mendadak gaduh, mencari kantong plastik. Ternyata salah satu peserta wanita ada yang muntah karena mabuk perjalanan,  obrolan kami terputus, panitia itu langsung menuju kebelakang untuk antisipasi dan meredam suasana, sebenarnya itu hal yang biasa, tapi suasananya seakan ada yang sekarat dibuatnya, meski begitu bus tetap melaju, sebagian peserta juga sibuk bermimpi, tak peduli dengan teman sesama haha-hihinya tadi.

Bahkan banyak juga terdengar komentar "wah, gw juga pengen muntah kalau ada yang muntah begini" dengan suara sengau karana berbicara sambil menutup hidungdan mulut. Padahal dia pria berbada besar, "ah payah" gumamku dalam hati.

Situasi pun sudah mulai  terkendali, panitia tersebut memanggil rekannya yang ada di depan untuk membawa kotak obat yang sudah mereka siapakan untuk peserta. Panitia menawarkan obat pusing agar peserta yang mabuk tersebut bisa tidur, namun dia menolak, dengan suara agak pelan, ia berkata "kalau bisa Tolak Angin aja bang". Dengan teriak panitia itu menyampaikan ke ketua panitia yang duduk pas di samping supir, "ketua kita punya Tolak Angin gak?", ketua panita terdiam. Aku pun langsung berkesimpulan mereka tidak menyediakan Tolak Angin, langsung ku sambar pertanyaan tersebut " saya punya", sambil merogoh tas, dan mengambil sekotak Tolak Angin.

"buset banyak amat bang" kata panitia tersebut. Dia langsung mengambil sekotak Tolak Angin itu dan membawanya kebelakang untuk diberikan pada perempuan yang mabuk perjalanan itu. setelah menerima satu saset Tolak Angin dari panitia, perempuan itu langsung mengucapkan terimaksih padaku, aku menoleh kebelakang dan menjawab "iya", tak tau mana orangnya yang sedang mabuk perjalanan itu, karena dari depan, bagian belakang tak terlihat, karena gelap, sesekali terlihat samar, saat bus melintasi lampu jalan.

Panitia pun kembali ke depan dan mengembalikan sisa Tolak Angin itu pada ku. "bagi-bagi aja ke yang lain siapa tau masih ada yang mau", kata ku.

Dan benar saja, ternyata banyak sekali peminat Tolak Angin yang kubawa tersebut, sisa Tolak Angin pun habis dalam sekejap. Dan yang tidak kebagian entah kenapa tampak kecewa, banyak yang seraya mengeluh, "buat saya aja dong-buat saya aja dong, kapala saya udah pusing". Adalagi yang, "saya aja dong perut saya udah mual".

Karena merasa saya masih cukup banyak stok Tolak Angin, saya mengeluarkan satu kotak lagi, "ini, ada satu kotak lagi, atur rapi aja siapa yang paling butuh" ucapku dengan santai. "sini bang, biar saya aja yang bagiin" kata panitia.

"Makasih bang, makasih ya bang" kata peserta yang mendapat suntikan Tolak Angin tahap dua dari ku itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun