Populernya cherry kopi dengan nama Kaffa dan Mocha, tersebar hingga seantero negara-negara Arab. Afrika dan Arab menjadi rumah yang nyaman bagi cherry kopi, bahkan diisolir agar tidak keluar dari dua negara tersebut. Arab menyebut makanan ini dengan nama Qahwa yang mengambil dari akar kata Kaffa.
Kenikmatan suplemen cherry kopi di Afrika dan Arab berlangsung lama. Setidaknya mereka menjadi terbiasa memakan cherry kopi itu dan menjadikan tanaman tersebut sebagai "candu" di dalam wilayah mereka kurang lebih 500 tahun. Hingga akhirnya, di tahun 1200-an pada masa Constantinopel memiliki wilayah kekuasaan yang luas di Eropa mulai mendengar kemasyhuran makanan tersebut.
Tahun 1200-an itulah, cherry kopi mulai dibawa ke Constantinopel yang kemudian berganti nama menjadi Istanbul (Turkey). Di Turkey, cherry kopi ini memiliki nama baru dengan yakni Kahve, yang mengambil akar kata yang sama dari kata Kaffa namun menyesuaikan cara penyebutan orang-orang Turkey. Di Turkey inilah, peradaban Kaffa dan Mocha berubah. Yang awalnya hanya diaplikasan dengan ditumbuk segar bersama kulit dan bijinya, menjadi diseduh menggunakan air panas.
Cara pengolahan kopipun mulai berubah yang hingga saat ini digunakan umum di seluruh dunia. Orang-orang Turkey menjemur cherry kopi hingga kering, lalu ditumbuk untuk memisahkan kulit keras dari cherry yang telah dikeringkan. Hasil perontokan kulit keras yang menghasilkan biji kopi lalu disangrai hingga berwarna hitam dan kemudian ditumbuk halus menjadi tepung (powder). Bubuk inilah yang hingga saat ini menjadi umum sebagai bubuk kopi yang diseduh dengan air panas ataupun dingin.
Peradaban pengaplikasian cherry kopi yang pada masa lalu hanya ditumbuk dan langsung dicampur pada makanan, berubah menjadi bahan minuman. Begitu pula dengan nama cherry kopi yang menjadi kaya akan kosakata sesuai tempat dimana dia berada.
Dari Kaffa di Ethiopia menjadi Mocha di Yaman lalu Kahve di Turkey. Satu abad perjalanan Kopi yang diwarnai peradaban baru pengaplikasian Kopi dari makanan menjadi minuman.
Kembali ke pesisir Yaman dengan pelabuhan Mocha sebagai jalur masuk utama para pedagang dari penjuru negeri ke Yaman. Tak terkecuali masuknya kapal-kapal dagang Eropa, khususnya Holland (saat ini Netherland/Belanda). Pedagang-pedagang Holland pun telah mengetahui adanya Kopi sebagai komoditas baru yang menjadi perbincangan banyak kalangan. Kalangan Pedagang, Pemerintahan Kerajaan, Petani hingga Rohaniawan banyak membincangkan tentang manfaat yang mereka peroleh dari mengkonsumsi Mocha ini. Baik dengan cara dimakan maupun cara baru yang berkembang di Turkey menjadi minuman.
Kapal-kapal dagang Holland mulai mengangkut cherry Kopi dalam jumlah besar ke Amsterdam, berikut sample pohonnya untuk diadaptasi di negara mereka. Tahun 1616, Holland mulai mengenal Kopi dan membawanya ke negara mereka. Pohon-pohon kopipun dibawa untuk ditanam di negara-negara jajahannya. Holland menyebutnya Koffie yang mengambil akar kata dari Kaffa dan Kahve.
Setelah menguji cobakan tanaman Kopi di negaranya, Holland kemudian menyebar tanaman Kopi tersebut ke Srilanka yang merupakan salah satu daerah yang dijajahnya melalui dukungan kekuatan Perancis. Tahun 1658, Holland mengirim bibit pohon Kopi untuk ditanam di Srilanka dan India (Malabar). Percobaan penanaman kopi di Srilanka dan India oleh Holland, tidak terlalu memuaskan. Mereka terus mencari wilayah-wilayah yang bisa dijadikan perkebunan Kopi dengan hasil yang bagus.
Dari Malabar di India, Holland terus menyebar pohon-pohon kopi tersebut hingga ke Jawa (Indonesia) pada tahun 1699. Batavia (saat ini Jakarta) adalah tempat pertama yang dipilih untuk mengembang biakkan Kopi. Di Batavia, orang-orang Jawa menyebutnya Kopi yang mengambil akar kata dari Koffie. Hampir seluruh Jawa, khususnya Jawa Barat akhirnya menjadi penghasil Kopi terbaik yang digemari bangsa Eropa. Bahkan nama Java akhirnya dikenal untuk menyebutkan varietas kopi unggul di Eropa, dengan nama Java atau Java Coffee.
Hasil Kopi dari Jawa lah yang kemudian menjadi Kopi unggulan dengan rasa yang baik menurut orang-orang Eropa. Perancis melalui Raja Louis XIV kemudian mengadopsi Kopi ini menjadi sajian minuman berkelas di Eropa sekaligus menjadi komoditi yang sangat menguntungkan dalam perdagangan. Tahun 1714, Perancis menggandrungi hasil cherry ini dengan nama Cafe. Banyak kalangan bangsa Eropa yang akhirnya menggandrungi minuman ini. Dari kalangan Seniman, Politikus, Â Bangsawan Kerajaan dan Pedagang tidak luput dari "sihir" kenikmatan Kopi.