Berdasarkan pengamatan dan sharing dengan guru / teman sejawat SMK Dwija Bhakti 1 Jombang , untuk mata Pelajaran  Produk Kreatif dan Kewirausahaan pada saat penelitian, adanya suasana belajar yang tidak kondusif membuat motivasi belajar siswa menurun, ditambah lagi kegiatan pembelajaran yang dilakukan berpusat pada guru, yang lebih banyak menggunakan metode ceramah membuat siswa cenderung pasif, beberapa siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, siswa memilih bercerita dengan temannya dan kurang aktifnya siswa dalam memberikan umpan balik terhadap pertanyaan dan stimulus yang diberikan oleh guru sehingga guru susah mengontrol sejauh mana pemahaman siswa, kegiatan pembelajaran menjadi membosankan jika terlalu lama. Hal ini juga mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar siswa. Sebagian besar aktivitas pembelajaran yang dilakukan siswa adalah mendengarkan penjelasan guru. Akibatnya siswa menjadi tidak tertantang untuk berfikir kritis, analitis, solutif, dan aktif di dalam kelas. Adanya aktivitas belajar yang monoton dan kurang menarik akan berpengaruh pada hasil belajar siswa, penggunaan media pembelajaran yang monoton yang tidak bervariasi, dimana kurang melibatkan aktivitas peserta didik, adanya anggapan bahwa pembelajaran Kompetensi Kejuruan (Produk Kreatif dan Kewirausahaan) itu sulit, peserta didik terkesan bahwa guru adalah satu-satunya sumber belajar (teacher centered), sehingga kesulitan memahami materi dan mengerjakan tugas yang disampaikan, yang ditunjukkan oleh masih adanya peserta didik yang nilainya belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75.
Adanya fenomena tersebut menuntut para guru untuk bisa menetapkan strategi belajar yang efektif dan efisien agar dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik sehingga tujuan pembelajaran tetap dapat tercapai . Sudjana (2001:8) menjelaskan bahwa pembelajaran hendaknya diupayakan oleh pendidik secara sistimatis untuk untuk menciptakan kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan belajar mengajar. Perkembangan teknologi yang sangat pesat, sangat membantu dalam menetapkan strategi tersebut
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning, yang merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang membantu peserta didik untuk menemukan masalah dari suatu peristiwa yang nyata, mengumpulkan informasi melalui strategi yang telah ditentukan sendiri untuk mengambil suatu keputusan pemecahan masalahnya, yang kemudian akan dipresentasikan dalam bentuk unjuk kerja. Peneliti disini mencoba menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dengan tujuan meningkatkan hasil belajar siswa. Dimana model ini akan menciptakan pembelajaran yang tidak kaku dan penuh kerjasama antar siswa serta melatih kesiapan siswa dalam memahami materi yang diberikan oleh guru
- Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah serta untuk memperjelas permasalahan yang dihadapi, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Apakah penerapan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI-  Teknik Komputer dan Jaringan  1 pada mata pelajaran Mata Pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan di SMK Dwija Bhakti 1 Jombang?.
Apakah penerapan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa  kelas XI- Teknik Komputer dan Jaringan 1 pada Mata Pelajaran Projek Kreatif dan Kewirausahaan di SMK Dwija Bhakti 1 Jombang?
- Tujuan
Berdasarkan batasan masalah di atas, tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah:
- Untuk mengetahui peningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI- Teknik Komputer dan Jaringan 1 melalui model pembelajaran problem based learning pada mata pelajaran Produk Kreatif Kewirausahaan di SMK Dwija Bhakti 1 Jombang.
- Untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar siswa kelas kelas XI- Teknik Komputer dan Jaringan 1 Â melalui model pembelajaran problem based learning pada mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan di SMK Dwija Bhakti 1 Jombang.
BAB II
Aktivitas Belajar
Pengertian
Prinsip belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar (Sardiman, 2014:95). Proses pembelajaran merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Siswa yang ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran, dapat mengembangkan cara-cara belajar, berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses belajar itu sendiri, maka pengalaman siswa lebih diutamakan dalam memusatkan titik tolak kegiatan (M. Yamin, 2007:75). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sophocles (lima abad Sebelum Masehi) dikutip dalam Warsono dan Hariyanto, (2013:3) bahwa "Seseorang harus belajar dengan cara melakukan sesuatu, karena walaupun Anda berpikir telah mengetahui sesuatu, Anda tidak akan memiliki kepastian tentang hal tersebut sampai Anda mencoba melakukannya sendiri".